STATUS ISTRIKU DI AKUN FACEBOOKNYA

STATUS ISTRIKU DI AKUN FACEBOOKNYA

By:  Langit Senja  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 rating
20Chapters
414views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Karena kemalasan Revan, Rina iseng membuat status di akun fesbuknya. Dia membuat status seolah menjual suaminya karena malas bekerja. Sudah tiga tahun, Revan tidak menafkahi Rina istrinya, membuat Rina kesal pada Revan. Jauh sebelum tiga tahun lamanya Revan tidak bekerja, Rina sudah sempat ingin berpisah dengan Revan, Namun saat itu orang tua Rina tidak mengizinkan, dengan alasan Revan pasti akan berubah. Karena sampai saat ini tidak ada perubahan, keputusan Rina sudah bulat untuk bercerai dengan Revan. Selain Revan yang pemalas, Kakak iparnya juga sangat nyebelin. Kali ini orang tuanya pun, setuju. Luka-liku hidup, di alami oleh Revan setelah ia bercerai, sampai titik dimana ia bisa merubah sifat pemalasnya itu.

View More
STATUS ISTRIKU DI AKUN FACEBOOKNYA Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Adny Ummi
lanjut thoor!
2023-08-01 07:59:27
2
20 Chapters
BAB 1 Status fesbuk istriku
“Bro, sini deh!” ucap Angga, dia adalah temanku. Tiba-tiba dia melambaikan tangannya, sepertinya ada hal penting. Aku yang sedang asik ngopi dan main game, buru-buru menghampirinya.“Lihat! Binilu jual elu di fesbuk!” ucapnya, sambil memperlihatkan layar ponselnya ke arahku. [Dijual! Suamiku sendiri. Pemakaian lima tahun. Body mulus, cuma satu minusnya yaitu gak mau kerja. Kuy, yang minat bisa chat aku!] Aku benar-benar tidak percaya, mengapa Rina melakukan hal itu padaku. Tak lupa, dia juga membubuhkan fotoku di atas caption tersebut. Dasar memalukan! Aku mengumpat dalam hati.“Benar-benar ya, si Rina," gumamku.“Emangnya, lu habis ngapain aja, sih? Sampai dijual sama bini lu sendiri?” Angga menertawakanku. Astaga, benar-benar malu. “Lah, gue gak ngapa-ngapain, Ga. masalah gak kerja, ya ... saat ini gue juga lagi berusaha kali. Dasar si Rina aja yang lebay,” ucapku lagi.“Usaha apa usaha ni, Bro ...? Yang namanya cewek itu butuh kasih sayang dan juga uang. Kerja, kerja, kerja,” s
Read more
BAB 2 Kemarahan Rina
"Van ... Revan!" Di saat badanku basah kuyup, tiba-tiba di luar ada yang manggil. Suaranya seperti aku kenal, Mbak Ratih. Ya, dia kakakku satu-satunya. Buru-buru aku melangkah, ingin membukakan pintu. Tapi, saat aku mendorong pintunya, ternyata tak bisa dibuka. Astaga ... si Rina benar-benar membuatku emosi hari ini. Dia mengunciku di dalam rumah.Kulihat dari jendela, Mbak Ratih sedang menunggu di depan teras. Dia menjinjing sebuah kresek besar, pasti membawa makanan untukku."Mbak!" teriakku, sambil menggedor jendela."Revan, buka pintunya. Mbak mau masuk!" Mbak Ratih melangkah mendekati pintu depan. "Pintunya dikunci si Rina, Mbak!" teriakku, di balik jendela."Apa? Istrimu itu benar-benar kurang ajar ya! Masak, suami sendiri dikunci di rumah!" pekiknya."Aku mau lihat dulu pintu belakang, siapa tahu gak dikunci, Mbak!" teriakku lagi. Aku buru-buru melangkah ke dapur. Pintu belakang memang letaknya ada di dapur."Iya, buruan deh!" jawabnya, kesal."Gak dikunci, kuncinya ada meng
Read more
BAB 3 Pulang ke rumah orang tua
Aku menyusulnya menuju kamar, dan ternyata dugaanku benar. Dia sedang mengemasi pakaiannya ke dalam koper.Dia menangis sesenggukan, apa aku telah menyakitinya, ya? "Rin, Rina. Kamu jangan pergi, Mas mohon," ucapku, memohon padanya.Namun dia tidak mendengarkan ku, dia terus saja menangis dan mengambil semua bajunya yang ada di almari. Aku mencoba menyentuh tangannya, dan langsung dia tepis. Membuatku sedikit terkejut."Jangan sentuh aku, Mas. Awas aku mau pergi!" Dia melangkah meninggalkanku sambil menyeret kopernya. Di sini aku tidak bisa berkata apa-apa, dia memang bakalan tetap pergi dari rumah ini, meskipun aku membujuknya dengan seribu kata. "Argh, sialan!" umpatku, saat Rina sudah hilang dari pandangan.***Namaku Rina Amelia, aku adalah istri Mas Revan, sudah lima tahun kami menjalani pernikahan. Satu tahun, dua tahun, rumah tangga kami baik-baik saja. Namun setelah tahun ke tiga, Mas Revan dipecat dari kantornya. Aku pikir, Mas Revan bakalan cari kerja lagi. Iya aku tahu,
Read more
BAB 4 Keputusan cerai
Aku baru teringat, status FB yang aku buat tempo hari. Saat itu juga aku buru-buru membuka aplikasi FB. Ternyata di sana sudah banyak yang berkomentar, teman-temanku juga ada yang komentar."Gak bakal laku, laki-laki kaya gitu mah!""Tampang aja yang bagus, tapi kere dan pemalas. Enggak banget deh!" "Ih, si Mbak ada-ada saja. Tapi bener juga si. Siapa tahu laku." "Jangan ngaco, Rin. Gitu-gitu juga suamimu, haha.""Beneran, Rin?" Itu beberapa komentar yang ada di statusku, dan masih banyak lagi. Aku gak tahu, ini dosa, apa enggak. Aku melakukan ini, karena aku begitu jenuh dan ingin menangis setiap melihat suamiku kerjanya tidur dan nongkrong.Seperti tidak ada beban, aku hanya cengengesan membaca satu persatu komentar teman-temanku.Astaghfirullah .... "Nak, belum tidur?" Tiba-tiba Ibuku menghampiriku ke dalam kamar. "Eh, Ibu. Belum ngantuk, Bu," ucapku."Ini, Ibu buatkan susu hangat buat kamu." Ibu meletakkan sebuah gelas yang berisi penuh dengan susu. "Terima kasih ya, Bu. Ibu
Read more
BAB 5 Kejadian usai dari pengadilan agama
Hari ini, adalah hari di mana aku harus datang ke pengadilan agama memenuhi undangan sidang. Oke, aku siap berpisah dengan Rina. Apalagi keluarganya itu, mereka sama aja tidak sabar menungguku untuk mencari pekerjaan. Aku akan datang ditemani oleh Mbak Ratih. Mbak Ratih juga setuju kalau aku pisah sama Rina, malah tempo hari dia nyuruh aku pisah, dan akhirnya kejadian juga.Saat ini, aku dan Rina sudah berada di ruang sidang. Pokoknya semua berjalan lancar, aku gak peduli dia menjelekkan namaku di depan hakim, yang penting aku akan pisah sama dia. Dipikir-pikir, aku juga udah muak hidup sama dia.Setelah kami keluar dari ruangan, tiba-tiba Rina berteriak menuduh Mbak Ratih mengambil jam tangannya,"Heh, Mbak! itu jam tanganku kan?""Eh, jangan asal nuduh ya! ini jam tangan dibeliin suamiku, enak aja dibilang punyamu!" jawab Mbak Ratih."Oke, akan aku buktikan kalau itu punyaku!" ucapnya, sambil membuka paksa jam tangan yang sedang dipakai Mbak Ratih, dasar gak sopan."Tuh, lihat! Di
Read more
BAB 6 Diusir
Sudah hampir satu bulan, aku berada di rumah Mbak Ratih. Bisa makan enak, santai-santai, main game, nonton TV. Ah pokoknya aku senang banget berada di sini. “Van, ini tugas buat kamu, ya!” Bang Rendi menghampiriku saat sedang menonton TV, lalu memberikan sebuah kertas yang berisi penuh dengan tulisan. “Apa ini, Bang?” Aku menerima sebuah kertas yang dia berikan. “Baca saja,” ucapnya datar. Tugas harian Revan, selama berada di rumah saya, Rendi. - Beres-beres rumah (Ngepel, nyuci baju, nyuci piring, nyapu, lap kaca, sikat kamar mandi dll) - Setrika baju, jemur baju, angkatin jemuran. Catatan: Berlaku setiap hari, jangan malas-malasan. Kalau tidak mau, silakan angkat kaki dari rumah ini. Demikian isi kertas yang diberikan Bang Rendi padaku. Astaga ... dia ini sebenarnya menganggap aku adik ipar, atau babu, sih? Gak habis pikir. “Benaran ini, Bang?” tanyaku. Aku menelan ludahku yang terasa amat berat di tenggorokan. “Apa ada tanda-tanda bercanda dengan diri saya?” Dia berkata
Read more
BAB 7 Gagal pamer uang pinjol
Sampai di rumah, aku semakin malas saja melihat keadaannya. Sebulan lebih ditinggalkan, rumput-rumput sudah memenuhi pekarangan rumah. Belum debu-debu yang ada di dalam dan luar rumah. Huh! Gara-gara Bang Rendi, dasar! Aku berbaring di atas sofa, perutku sudah kelaparan saja. Uang gak punya, beras juga gak ada di sini. Gimana ya, caranya aku mendapatkan uang. Aku berpikir sejenak. Dan ... Aha aku ada ide! Bukannya dari dulu ya, aku coba pinjam uang lewat aplikasi, syaratnya juga mudah cukup pakai foto KTP doang. Aku mulai mencari aplikasi pinjol di internet. Di sana banyak sekali aplikasi-aplikasi serupa yang sedang aku cari, dan aku memilih aplikasi yang berada paling atas. Ratingnya juga bagus. Langsung saja aku klik download. Tak lama kemudian, aplikasi sudah terpasang otomatis. Aku begitu bersemangat membuka aplikasi tersebut. Langsung saja kuajukan pinjaman senilai empat puluh juta rupiah, lalu mengisi syarat-syarat yang ada. Ting! Hanya menunggu beberapa menit, uang sudah m
Read more
BAB 8 Bertemu Nina, tak sengaja bertemu Rina
Setelah menunggu berlalunya malam yang panjang, akhirnya aku bertemu dengan fajar. Aku begitu bersemangat pagi ini. Mulai dari mandi, memilih baju terbagus dan tidak lupa memakai parfum. Mungkin ini parfumnya si Rina ketinggalan, soalnya aku tidak pernah memakai parfum sebelumnya. Aku begitu penasaran ingin mengecek ponselku yang semalaman aku cas. Begitu kulihat, tidak ada pesan masuk dari Nina. Aku akan mencoba mengirimi dia pesan lagi.(Nin? Sudah siap?) Hah? Langsung centang biru.(Iya, deh aku siap bertemu. Kebetulan ini hari libur) "Yes! Yes! Yes!" Aku berteriak kegirangan setelah membaca balasan dari Nina. Huhuuu ... pasti dia mau balikan sama aku. Gak mungkin dia nolak, secara sekarang aku kan banyak duit, udah gitu tampan dari lahir. Tak henti-hentinya aku senyum-senyum sendiri sambil bernyanyi-nyanyi layaknya orang yang sedang kasmaran. Sekali lagi aku bercermin, memastikan kalau penampilanku sudah keren. Dompet berisi uang pinjol itu sudah aku masukkan ke dalam tas k
Read more
BAB 9 Bu bos
Mau ngapain dia, apa dia ngintilin aku sama Nina? Bagus deh! Biar aku panas-panasin sekalian dia."Sayang, pokoknya kamu mau apa pun, aku akan belikan. Silakan kamu pilih yang mana saja di mall ini, yang menurut kamu suka!" ucapku pada Nina, sengaja dengan nada yang sedikit keras."Beneran, sayang? Aku mau banget! Ya sudah sekarang kita makan aja dulu, nanti habis makan kamu temani aku belanja baju dan aksesoris lainnya." Nina begitu antusias, dia senang sekali ditraktir olehku.Aku melihat Rina ke belakang, tapi dia sudah tidak ada. Ck! Gagal deh manasin hati dia. Rupanya dia mampir ke stand ice cream, dia begitu banyak membelinya. Ah aku gak peduli, sekarang pokoknya aku harus nyenengin Nina.***"Spaghetti bolognese sama steak sudah siap, Kak," ucap seorang waiters sambil meletakkan makanan tersebut dengan hati-hati. "Terima kasih, Mbak," balasku sambil tersenyum ramah. "Sama-sama, selamat menikmati," ucapnya lagi, sambil berlalu meninggalkan kami berdua. "Apaan sih, kamu sok ra
Read more
BAB 10 Pacar mata duitan
Hujan begitu deras saat aku sudah sampai di halaman rumah. Buru-buru memasuki rumah, pasti akan banyak yang bocor, aku mengambil ember-ember yang berada di kamar mandi untuk menampung air yang menetes dari langit-langit rumah. "Yap! Beres deh, tinggal bersantai ria." Aku bergumam sendiri. Oh iya aku lupa. Aku harus chat Nina, dia sudah sampai apa belum ya.(yang, gimana kamu sudah sampai belum?)Dua centang biru, pesanku langsung dibacanya.(Sudah, sayang. Aku sudah sampai di rumah) (Baiklah, selamat istirahat sayangku) Baru sadar, kalau aku sekarang sudah menjadi duda, berasa masih ABG aja. Hahaha. Gak papa lah, duda-duda juga keren aku. Ting! Satu pesan baru masuk lagi.(Yang, boleh minta transfer gak?) Apa? Gak salah nih. Nina, baru aja aku traktir udah minta di transfer. Buat apa, coba? (Buat apa, yang?)(Ih, ayang. Emangnya aku gak boleh ya minta uang sama pacar aku sendiri?) (Iya, boleh sayang. Maksudnya berapa yang kamu minta?) (Gak banyak kok, cuma lima juta saja) H
Read more
DMCA.com Protection Status