KARANGAN BUNGA UNTUK PELAKOR

KARANGAN BUNGA UNTUK PELAKOR

By:  Izz Rustya  Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
29Chapters
373views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Mahasiswi gatal menganggu suamiku. Kukirimkan karangan bunga di acara wisuda untuk mempermalukannya! Buat apa sekolah tinggi kalau ujungnya cuma jadi pelakor!

View More
KARANGAN BUNGA UNTUK PELAKOR Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
29 Chapters
MENGIRIM KARANGAN BUNGA KE KAMPUS
SELAMAT WISUDA ANITA SANJAYA, ATAS KEBERHASILANNYA MEREBUT SUAMI ORANG.PERCUMA SEKOLAH TINGGI, KALAU UJUNGNYA CUMA DAPAT GELAR PELAKOR.TTD Istri sah pacarmu!***[ Ini Suami kamu kan?! ]Delin mengirimkan sebuah foto yang memperlihatkan suamiku sedang merangkul seorang wanita berpakaian seksi di Mall.Baju crop top warna krem, dipadukan dengan celana jeans pendek warna biru muda. Rambutnya panjang berwarna pirang. Itu jelas suamiku. Foto yang diambil itu terlihat sangat epic, di mana suamiku sedang menoleh ke arah wanitanya sambil tersenyum semringah. Pria itu terlihat sangat bahagia. Wajahnya cerah, berbeda 180 derajat ketika ada di rumah. Jangankan tersenyum lebar seperti di foto ini, bahkan sikapnya sangat dingin padaku. kalau meminta jatah saja dia memperlakukanku dengan acuh tak acuh, layaknya aku ini sebuah patung yang tak memiliki perasaan.Dadaku bergemuruh penuh emosi."Mas Romi?!" Tanganku mengepal kuat.Mataku memanas, otakku terasa mendidih melihatnya. Bagaimana tidak!
Read more
MINTA CINCIN BERLIAN, KAYAK MINTA KERUPUK
Part 2Aku semangat menunggu orang-orang berdatangan. Tak sabar rasanya melihat reaksi mereka. Bukan hanya pelakor yang akan menanggung malu. Tapi juga keluarganya. Ini akibatnya kalau macam-macam dengan suami orang. bukan hanya dia sendiri yang menanggung malu, tapi satu keluarga akan terkena imbasnya. Harusnya ini bisa memberi efek jera. kecuali, kalau urat malu mereka sudah putus.Aku menatap jalanan sambil menggigit kuku-kuku tangan. Mataku awas menatap sekitar. peristiwa memalukan ini tak boleh sampai dilewatkan barang sedetikpun. Kehancuran wanita itu, masih tetap tidak sebanding dengan rasa sakit di hatiku. Gara-gara, Mas Romi tak peduli pada anak dan istrinya.Aku tidak bisa membayangkan, bagaimana perasaan pelakor itu saat mendapati acara sakralnya berubah jadi hari yang tak akan pernah ia lupakan seumur hidup. Sebentar lagi, pertunjukan segera dimulai. Aku sungguh tak sabar.Heh, ini adalah hal memalukan yang tidak akan pernah dia lupakan dalam seumur hidupnya. Bukankah ini
Read more
Maling Perhiasan
Part 3Enteng banget ya kalau ngomong. Dia minta cincin berlian, udah kayak minta kerupuk. Emangnya aku bank yang seenaknya bisa diminta uang untuk beli barang. Nasabah aja bayar kali, bank gak bakal ngasih gratisan. Apa dia gak malu kali ya. Padahal baru saja dia menghardikku. bahkan mengatakan aku bodoh, mengatakan cucunya pesakitan. Eh, sekarang, dia minta dibelikan barang mahal. Entah dimana otaknya. minimal, dia harus sadar diri."Cincin berlian?!" Tiba-tiba saja otakku merasa pusing kalau berhadapan dengan wanita yang satu ini.Dia mendongakkan wajahnya, menatapku angkuh. "Ya, yang sama kayak punya kamu, yang baru!" celetuknya."Kayak aku? yang baru? yang mana?!" tanyaku memastikan. karena memang sudah lama aku tak beli perhiasan. Bukan tanpa alasan, aku lebih sibuk mengurus Aura daripada menyenangkan diri sendiri. Mereka selalu menyuruhku fokus pada kesehata Aura saja. Hingga aku tak sadar telah lalai pada diri sendiri. bahkan aku tak ingat, kapan terakhir kali aku memanjakan
Read more
Playing Victim
Part 4Enak sekali hidupnya. Tinggal minta, ngambil, beres! Tanpa mau peduli dengan perasaanku!Aku berdiri tepat di depan mobil yang hendak melaju. Wanita yang selalu bergaya bak sosialita itu membuka kaca jendela, lalu menyembul di baliknya."Apa-apaan si kamu, Mitha!Minggir, Mama mau pulang!" sentaknya sambil membunyikan klakson berkali-kali."Enak aja, main pulang.Tunggu dulu sebentar!" ucapku lantang.Ck! Wanita itu berdecak kesal."Mama ada acara di rumah, awas!" kelakarnya."Gak bisa, keluar sekarang juga, Ma.Sebelum kesabaranku habis!" ucapku tegas sambil berkacak pinggang.Wanita itu membuang napas kasar, lalu keluar dengan ragu-ragu. Dia pasti takut padaku.Dia menatapku tajam lalu bicara dengan ketus."Ada apalagi?!Sudah Mama bilang, Mama ada acara!Kecuali, kalau kamu mau beliin cincin itu. Baru, Mama ada waktu buat kamu!" cetusnya sambil membuang muka.Dia masih pura-pura tidak tahu apa-apa rupanya. bahkan sudah mengambil barang punyaku, tapi masih berlagam polos dan
Read more
Dibully
Part 5Aku meremas dada dengan tangan yang mengepal kuat. Sesak rasanya. kalau bukan karena Aura, mungkin aku sudah gila menghadapi mertua dan ipar setengah siluman seperti mereka. Bik Asih mengejar Aura yang berlari menghampiriku. putriku memeluk, wajahnya kemudian mendongak."Mama, baik-baik aja, kan Ma?"Aku mengangguk, ikutan mendongak agar air mata tidak jatuh di hadapan Aura. Dia pasti tahu kalau ibunya sedang bersedih saat ini.Aku berjongkok, kemudian membingkai wajah kuyu putriku.Kasihan sekali kamu, Nak, harus selalu mendengarkan pertengkaran dari orang-orang dewasa yang seharusnya memberimu kebahagiaan."Sayang, kamu pasti nguping lagi ya?" tanyaku yang disambut dengan anggukan. Ya Allah."Mafkan Mama ya, Sayang. Seharusnya kami bisa jaga sikap di depan kamu. Ayo, kita masuk, anginnya kencang, gak bagus buat kesehatan kamu," ajakku, kemudian menggendong tubuh kurusnya.Sejak lahir, daya tahan tubuh Aura memang lemah. Dia sering sakit-sakitan, dan Mas Romi serta keluargan
Read more
Ternyata ....
Part 6Wanita itu mencak-mencak, wajahnya merah padam, rasanya pasti campur aduk jadi satu tuh!Rasain! dasar pelakor. dandanannya yang udah rapi jadi berantakan. Impiannya mengambil ijazah kelulusan dan berjabat tangan dengan Pak Rektor akhirnya gagal total. Kebanggaan yang seharusnya dielu-elukan pada hari ini hanya ada dalam angan. Aku yakin, dia akan benci mengenang hari wisudanya sendiri. Hahaha, ups. tapi pelakor seperti dia memang pantas mendapatkannya!Dadanya kembang kempis menandakan ia amat marah padaku. Gak kebalik emang? Bukannya aku yang harusnya marah seperti itu? yang mencak-mencak dan mengumpat! yang wajahnya merah padam dan ingin menjambak! harusnya dengan kejadian ini dia sadar, bukan malah bersikap bagai orang terdzolimi, padahal di sini aku yang jelas-jelas tersakiti.Kedua orang tuanya tampak sibuk menenangkan anak gadisnya, kemudian mereka mengajak Anita pergi sambil merangkul, melindungi dari tatapan orang-orang yang menatapnya dengan rasa jijik.Sesak dadaku,
Read more
Mempermalukan
Part 7Aku menjatuhkan bobot di kursi kemudi, lalu menarik napas dalam-dalam. Aku merasa jalan ini terlalu gelap, bahkan untuk sekedar bernapas pun aku merasa kesulitan. Aura, kasihan sekali kamu, Nak. Menghidupkan mesin, aku melajukan mobil menuju toko kue langganan. meski seluruh badanku terasa lemas setelah melihat kelakuan Mas Romi secara langsung, tapi aku harus tetap kuat demi Aura. Di perjalanan, entah bagaimana ceritanya, tapi hampir saja aku menabrak orang yang mau menyebrang. Aku yang terkejut langsung menginjak rem mendadak hingga tubuhku serasa terdorong dengan kencang ke depan.Buru-buru aku membuka kaca jendela untuk memastikan keadaannya.Dengan raut wajah yang merah padam. wanita itu mendatangiku dan menghardik tanpa belas kasihan. tapi aku juga tidak bisa berbuat apa-apa selain minta maaf dan memberinya beberapa lembar uang untuk mengobati rasa syok yang dia alami. wajar juga dia marah, karena hampir saja aku menabraknya."Heh, Mbak!Kalau bawa mobil hati-hati dong
Read more
Main Cantik Dulu
Part 8"Mama, kembaliin cincinku!" teriakku lantang di hadapan semua orang, hingga membuatnya mati kutu.Semua orang terperangah, lalu melihat ke kearah ibu mertua dengan tatapan tak percaya."Enak aja, ini punya Mama!" sergahnya sambil menyimpan jemari di belakang tubuhnya.Heh, gini deh kalau punya mertua kleptomania. Semua barang yang dia ambil dariku, diakui sebagai miliknya."Mama jangan ngaku-ngaku, mana buktinya kalau itu punya Mama?Ini, surat pembeliannya aja ada di aku!"Kutunjukakan kertas pembelian yang telah kusimpan sejak lama.Semua mata tertuju padaku. Bak seorang artis besar di depan para wartawan. Mereka kemudian kembali menatap Mama mertua dengan tajam. Wanta berusia 50 tahun itu menunduk malu dengan jemari tangan saling bertautan, ia meremasnya dengan kesal. Aku yakin sekali, dia sedang mengumpatku di dalam hatinya karena aku mengacaukan acaranya. Acara arisan, yang lebih tepatnya sebagai ajang berpamer ria. Ya, gak apa-apa sih kalau barang yang dipamerkan milik se
Read more
Ambil Alih Perusahaan
9"Sayang, aku besok mau dinas keluar kota,kamu siapin baju-baju aku ya," pintanya. Bibir tebal itu hendak mencium pipi, tapi aku sigap berdiri.Aku merenggangkan tubuh, kemudian menguap."Kamu beresin aja sendiri ya, Mas, aku capek banget hari ini, abis chek up Aura, mana sendirian lagi," kataku berbohong. Aku juga gak percaya kalau dia benar-benar dinas kerja. mungkin saja dia pergi sama pacarnya, ke mana gitu. Pria itu membuang napas kasar. "Ya udah deh, gimana kesehatan Aura?" "Tumben kamu peduli," sindirku, sambil berpangku tangan."Gini-gini aku kan juga Papanya, aku sibuk kerja buat Aura juga," timpalnya."Iya, Mas, aku tahu kok, kamu itu sudah kerja keras, banting tulang, lintang pukang sampai gak tahu arah jalan pulang.Ya udah, aku ke kamar Aura ya.""Lagi?""Iya, seperti biasa.""Untuk malam ini saja, biarkan dia ditemani Bik Asih," ujarnya dengan raut wajah kesal."Maaf, Mas, akhir-akhir ini Aura sering bangun malam, aku khawatir terjadi apa-apa, lagipula besok kamu kan
Read more
Membekukan ATM
10"Kenapa Bapak tidak melaporkannya pada saya? Jadi kan hal bisa segera diatasi," tegurku kemudian membuang napas kasar. Aku sangat kesal. Kalau tidak ada aduan dari Delin tentang pelakor itu, sungguh aku hanya sedang menunggu pemakamanku sendiri."Saya sungguh-sungguh minta maaf, Bu Mitha, Pak Romi mengancam akan memecat saya.Jadi saya tidak berani melaporkannya sama Ibu," jawabnya tertunduk lesu.Kurang ajar benar kamu, Mas! Apa maksudmu melakukan ini semua. Setelah membuat perusahaanku bangkrut, kau lalu akan meninggalkan aku, begitu?!Tanganku mengepal geram."Mulai sekarang, saya yang akan mengambil alih perusahaan!" Tak akan kubiarkan perusahaan ini jadi pemakaman!"Jadi, ibu akan kembali mempimpin perusahaan?""Ya secepatnya, saya tidak mau perusahaan yang sudah dibangun susah payah oleh almarhum Ayah jadi bangkrut gara-gara lelaki itu!" tegasku dengan tatapan yakin.Awas kamu ya, Mas."Saya mendukung penuh keputusan Ibu.Para petinggi perusahaan juga pasti akan setuju dengan
Read more
DMCA.com Protection Status