Live with the CEO

Live with the CEO

Oleh:  KIKHAN  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
42Bab
878Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Haris selamat dari kecelakaan pesawat namun terdampar di pulau kecil tengah laut. Aira memutuskan menolong Haris dan mencari cara supaya dia bisa bertahan hidup dengan nama baru, yaitu Griffin. Haris dan Griffin memiliki sifat bertolak belakang. Haris adalah pria licik memiliki temperamen buruk, sementara Griffin pria polos yang humoris. Selagi Haris bersama Aira, para saudarinya hendak mengambil alih Top Mirror tetapi selalu gagal. Apakah mereka mampu merebut perusahaan yang Haris bangun? Bagaimana upaya Aira menyembunyikan Griffin dari para tetangga agar mereka tetap bersama?

Lihat lebih banyak
Live with the CEO Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
42 Bab
Punya Niat Pribadi
Ruangan kerja didominasi warna hitam dan abu-abu. Terdapat seorang pria duduk di kursi sedang bicara melalui telepon. Benda-benda di dalam tertata rapi dan bersih tanpa noda, mencerminkan pemiliknya. Papan nama akrilik terpajang kilau di meja tertera nama "Haris Liam", di bawah namanya pula jabatan yang didudukinya "Presdir of Top Mirror". "Mereka bilang kapan?" Suara berat khas Haris hanya bisa dinikmati oleh orang tertentu. Dia cenderung tegas jika bicara sampai ditakuti karyawan bahkan keluarganya. Helaan napas Haris mengisi satu ruangan. "Kenapa bisa mendadak?!" teriaknya di telepon. Inilah Haris, dia dijuluki "Presdir Gila" karena temperamennya buruk. Di balik kegilaannya Haris mampu mendirikan perusahaan sendiri dengan modal pribadi. Usai menutup telepon cukup kasar, Haris berdiri di sisi kiri ruangan di mana bisa melihat pemandangan kota. Jadwal penerbangan ke China besok, lebih cepat dari prakiraan Haris dan terbilang mendadak. Gara-gara masalah yang dibuat adik tirin
Baca selengkapnya
Menyimpang dari Rencana
Pengalihan kepemilikan Freelist telah diresmikan. Ucapan selamat serta karangan bunga berdatangan di depan kantor utama Freelist. Elisha adalah bintang utama. Elina berdiri di sisinya memasang wajah dengki. Yuna tentu bahagia salah satu putrinya mendapat bagian. Sementara itu Haris dan David bertemu para tamu di mana ada dewan direksi dan pemegang saham yang menyetujui Elisha sebagai Presdir Freelist. Elisha melihat Haris. Mereka saling senyum memiliki arti tersendiri. "Kau pasti senang diberikan perusahaan besar oleh Haris. Kita lihat apa kau mampu mengatasi masalah yang kubuat," ucap Elina. "Jaga ucapanmu. Banyak tamu di sini," tegur Yuna pada Elina. Elina abai jika didengar. Tujuannya hidup kan memang mengganggu mereka. "Haris pasti tidak asal memberimu jabatan, bukan? Dia tidak seperti pria gampangan yang aku temui di luar sana." "Urus hidupmu yang menyedihkan itu. Berapa pun masalah yang kau buat tidak akan membuat Haris menyukaimu." "Apa katamu barusan?" "Hentikan." Yuna
Baca selengkapnya
Menolong Tidak Perlu Alasan
"Aira, ini kayu bakar untukmu." "Terima kasih." Kehidupan yang Aira jalani tidak membosankan. Tinggal di pulau kecil baginya penuh makna. Walau penghuni pulau tidak sebanyak kota besar, Aira bahagia selama masih punya teman-teman. Pulau Pakat jauh dari kata layak huni di era serba teknologi. Namun telah mengetahui fakta itu pun mereka enggan meninggalkan pulau bahkan saat tahun lalu pemerintah akan menjadikan Pulau Pakat sebagai destinasi wisata. Aira menyalakan perapian di dalam rumah menjelang matahari terbenam. Dia tinggal seorang diri, orangtuanya tiada sejak Aira lulus sekolah menengah, untuk bertahan hidup Aira bekerja di pasar membantu temannya menjual sayur hasil panen dan ikan. Orang yang memberi Aira kayu bakar tadi adalah Deva, sahabatnya dari kecil. Orangtua Deva adalah wali Aira setelah orangtuanya tiada. Mereka yang hidup di pulau terbiasa hidup berkecukupan asal bisa makan, minum, dan tidur dalam keadaan hangat. Sekarang Aira dan Deva menonton kartun favorit me
Baca selengkapnya
Kebiasaan Tak Pernah Hilang
Aira menemui Haris dan terlibat adu pandang. Aira masih bergeming. Ragu mau membukakan pintu atau tidak.Di luar Deva mengetuk pintu sampai tangannya pegal. "Dia pasti kelayapan. Dasar perempuan aneh! Suka jalan-jalan sendiri di pinggir laut cuma lihat langit seperti tidak bisa lihat besok!" gerutunya persis emak-emak.Plak!"Siapa lagi yang memukul kepalaku!" Deva mengusap kasar kepalanya, ketika berbalik melihat pelakunya dia mengulum bibir. "Eh, Ibu.""Ibu?" bisik Aira berubah pikiran."Ibumu?" tanya Haris.Aira menyuruh Haris diam dengan meletakkan telunjuk di depan mulut. "Ssutt, diam dulu."Haris menyantap bubur dengan polos menatap kebingungan Aira. "Jam berapa sekarang? Pulang dari laut harusnya kau ke rumah orangtuamu dulu! Bukan malah ke rumah Aira!" omel Novita. "Ini lagi," tunjuknya ke ember yang ditenteng Deva."Milik Ibu sudah aku pisahkan, tapi besok baru aku bawa ke pasar. Jangan pukul kepalaku lagi. Bagaimana kalau aku amnesia dan lupa dengan jasa-jasamu?" ancam Deva
Baca selengkapnya
Mempersulit Diri Sendiri
Griffin perhatikan Aira mudah sekali menyalakan api, tidak seheboh dia."Aku tadi berhasil." Griffin membela diri sendiri."Tapi?" "Aku sangat terkejut.""Dan kayu yang basah harus diganti.""Maaf. Apa yang harus kulakukan?" Aira berdiri melihat Griffin duduk selonjor di lantai. "Aku ingin menyuruhmu menjemur kayu, tapi sudahlah. Kakimu belum sembuh lagipula aku harus pergi."Griffin bertumpu pada meja untuk bangun. "Tidak bisakah aku ikut?""Tidak bisa." Orang-orang bisa menyangka Aira menyembunyikan pria dari planet lain."Setelah sembuh?" tanya Griffin ragu."Tentu.""Kau sudah janji ya.""Iya."*Di sela-sela sepi pembeli, Aira mampir ke lapak sebelah. Semalam Novita dan Deva datang ke rumahnya namun kembali setelah membuat keributan."Kebetulan kau ke sini," kata Novita."Aku dengar semalam kalian ke rumahku. Maaf, Bu. Aku lelah sekali dan ketiduran.""Tidak apa-apa. Deva memang suka mengganggumu istirahat. Anak itu mau mengajakmu bakar ikan tengah malam. Dia sudah gila!" Aira
Baca selengkapnya
Hilang dan Muncul Seenaknya
Griffin masuk kamar mandi. Dia membuka kaki lebar-lebar supaya tidak kena air. Aira melarang lukanya basah selagi dia tidak ada atau mengganti balutan luka sendiri."Dia tahu aku tidak bisa apa-apa tanpanya."Bukan ingin memenuhi panggilan alam. Griffin mau cuci muka. Hampir 3 hari kondisi wajahnya kering. Jika dibiarkan bisa mengkerut lebih cepat.Griffin lihat ada wadah botol kecil dengan gambar wanita yang sedang cuci muka. Mumpung Aira tidak ada, Griffin pakai sedikit.Hatinya membaik begitu berkaca sambil mencuci wajah dengan gerakan memutar. Ada sensasi dingin. Griffin tersenyum lebar menikmati wangi dari busa wajahnya.*Aira bingung sepulangnya ke rumah Griffin tidak ada di ruang utama. "Ke mana Griffin?"Aira menilik kamar orangtua dan kamarnya, namun tidak ada. Krieett!Aira lihat Griffin memakai sabun wajah miliknya. "Sekarang kau tanpa izin menggunakan barang milikku?" Griffin belum sadar saking menikmati kegiatannya."Aira belum pulang, jadi tidak apa-apa.""Dia sudah
Baca selengkapnya
Griffin, Pulanglah
"Pelan-pelan jalannya."Aira berhenti kemudian lihat Griffin tidak pincang lagi. "Kakimu sudah sembuh.""Ya, setelah jalan sangat jauh!" "Kau tidur di pinggir laut? Apa itu masuk akal?" Aira tidak percaya."Aku memikirkan semua tentang hidupku dan tanpa sadar tertidur sampai pagi."Aira memukul punggung Griffin. "Bagaimana kalau kau sakit?" omelnya."Kan ada kau. Dokter pribadiku." Griffin cengar-cengir supaya amarah Aira tidak berlanjut."Pulanglah. Kuncinya pasti ada di bawah keset depan rumah," ucap Aira."Kedengarannya kau mengusirku.""Cepat pulang dan masak sesuatu untuk malam kalau kau menganggapku dokter pribadimu."Griffin mengernyit bingung. "Apa hubungannya?" "Kau harus membayar jasaku. Ingat, jangan sampai orang lain tahu kita serumah. Masuk diam-diam," ujar Aira setelah memberitahu kunci rumah."Jangan anggap aku maling.""Ck.""Baiklah, baiklah."Tidak ada salahnya Griffin mengikuti pemilik rumah ketimbang diusir."Kau baik-baik saja? Temanmu sudah lihat aku."Aira bis
Baca selengkapnya
Dua Pria di Rumah Aira
Griffin terengah-engah sampai rumah. Dia pikir napasnya bisa habis di tengah perjalanan. Perasaan Griffin mengatakan jarak dari pantai ke pasar tidak sejauh seperti dari pasar ke rumah."Apa hanya aku yang merasa hampir mati?"Griffin lihat masyarakat di pulau ini masih berjalan kaki baik jarak jauh sekali pun tanpa rasa letih.Selagi menormalkan pernapasan dan detak jantung Griffin duduk dahulu di teras, menyeka peluh keringat sebesar butir jagung sambil mengipas wajahnya dengan kerah depan kaosnya."Hah ... Hebat sekali pulau ini tanpa polusi." Setiap mendengarkan berita terkini di radio, Griffin selalu ingat suara kendaraan melaju tapi udaranya kurang baik akibat polusi.Di tempatnya hidup sekarang sepeda pun bisa dihitung sepanjang berjalan kaki dua rute.Sesudah letihnya berkurang, Griffin bangkit berpegangan gagang pintu. Saat gagang pintunya ke bawah, Griffin kaget pintu terbuka padahal sebelumnya terkunci."Kok?"Pria yang termakan berita menyeramkan mengenai pencurian dan p
Baca selengkapnya
Datang Tanpa Diundang
Cklek!Deva memindai kamar Aira yang barusan dia buka."Tidak separah yang kukira."Kamar Deva lebih kacau dari Aira. Kalau sekadar kemasan makanan tergeletak di atas meja, handuk di atas kasur, dan bantal tidak tertata itu masih umum.Setelah rasa penasaran hilang, Deva menutup pintu."Semoga Aira tidak tahu sampai kapan pun."Deva keluar dari rumah Aira dan mengunci kembali pintu.Kriett! Cklik!Griffin membuka mata kemudian membalas ucapan Deva, "Tidak. Kau ketahuan."Demi menyelamatkan diri Griffin masuk lemari pakaian, ditelan gelap dan keheningan.Merasa kadar oksigen makin tipis, Griffin mendorong pintu lemari dan lompat keluar."Hahh! Hahh!" Akhirnya Griffin bebas dari kewaspadaan sebab Deva telah pergi."Siapa dia?" Suaranya terdengar tidak asing di telinga Griffin tapi dia tidak ingat di mana dan siapa.Semenjak amnesia Griffin bukan cuma melupakan masa lalu
Baca selengkapnya
Siapa yang Mengelola Top Mirror?
"Wakil direktur?" tanya Elisha."Bawa dia masuk," sela Elina."Izinkan Mister Cullen masuk," perintah David.Asisten William membukakan pintu untuk Bradly Cullen.Pria yang kerap disapa Bradly oleh banyak kenalan sedang hadir mewakili sahabatnya di tengah badai.Sosok Bradly terlihat ramah dan karismatik bagi David padahal mereka bertemu baru tiga kali.Bradly memilih bekerja untuk Haris, orang pertama yang mendukungnya mendirikan Top Mirror dengan setia dan pantang mundur.Usia Bradly tahun ini 30 tahun, statusnya lajang. Daya tarik wajah asia-tiongkok Bradly lebih unggul dari para aktor Top Mirror.Kepribadian Haris dan Bradly adalah satu meskipun beda raga. Keduanya memiliki sisi misterius, tidak mudah ditebak oleh peramal sekali pun.Usai Bradly masuk, Asisten William keluar.Prok! Prok! Prok!Belum apa-apa Elina sudah heboh menyambut kedatangan Bradly.Bradly menunduk hormat pada Elina hingga gadis itu terpana. Baru kali ini Elina merasa dihormati selain oleh keluarganya sendiri.
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status