Share

Dua Pria di Rumah Aira

Griffin terengah-engah sampai rumah. Dia pikir napasnya bisa habis di tengah perjalanan. Perasaan Griffin mengatakan jarak dari pantai ke pasar tidak sejauh seperti dari pasar ke rumah.

"Apa hanya aku yang merasa hampir mati?"

Griffin lihat masyarakat di pulau ini masih berjalan kaki baik jarak jauh sekali pun tanpa rasa letih.

Selagi menormalkan pernapasan dan detak jantung Griffin duduk dahulu di teras, menyeka peluh keringat sebesar butir jagung sambil mengipas wajahnya dengan kerah depan kaosnya.

"Hah ... Hebat sekali pulau ini tanpa polusi." 

Setiap mendengarkan berita terkini di radio, Griffin selalu ingat suara kendaraan melaju tapi udaranya kurang baik akibat polusi.

Di tempatnya hidup sekarang sepeda pun bisa dihitung sepanjang berjalan kaki dua rute.

Sesudah letihnya berkurang, Griffin bangkit berpegangan gagang pintu. 

Saat gagang pintunya ke bawah, Griffin kaget pintu terbuka padahal sebelumnya terkunci.

"Kok?"

Pria yang termakan berita menyeramkan mengenai pencurian dan perampokan langsung melihat sekitar walaupun tidak tahu bagaimana maksud kata aman dan bahaya karena sepi.

"Apa ini acara Behind the House?" gumamnya teringat acara uji nyali di radio setiap hari kamis dan sabtu yang disiarkan tengah malam.

Griffin tidak memikirkan kunci di bawah keset, dia masuk saja dan tutup pintu tanpa menimbulkan suara.

Brak!

Griffin terlonjak oleh suara debam yang bukan dibuat olehnya, melainkan berasal dari dalam rumah.

*

Deva memasukkan ikan ke wadah yang dimasukkan es balok supaya awet hingga tengah malam.

Nanti malam kan mereka mau bakar ikan di dekat laut, makanya setelah melaut Deva langsung ke rumah Aira.

*

"Ada orang selain aku di sini?" lirih Griffin usai mengintip dari balik pilar pembatas ruang tamu dengan lorong menuju dapur.

*

Deva masuk dapur dan melihat ada lauk sisaan.

"Dia makan dengan baik."

Melihat Aira makan banyak sampai sisa begini, kejahilan Deva tak bisa dicegah.

"Tapi tidak bagus juga menyisakan makanan begini."

Deva menghabiskan sisa makanan sebelum basi.

*

Griffin melihat resiko jika dia tidak sembunyi dalam waktu dekat, Aira bisa mengomel karena dia ketahuan orang. Juga, mungkin nasibnya sebagai orang hilang akan berubah sebagai penyusup. 

Melihat peluang masuk kamar Aira lebih dekat dari posisinya sekarang, Griffin akhirnya masuk ke sana dengan aman dan hati-hati.

Griffin menutup pintu kamar Aira, baru dia bisa bernapas lega.

Selagi Deva makan, Griffin menunggu dia pergi dari balik pintu.

"Aku bahkan belum makan siang, hiks. Siapa dia masuk ke rumah Aira dan menghabiskan jatah makanan buat aku?" decitnya merasa hidup sangat ironi. 

*

Usai menghabiskan makanan, Deva menumpuk piring kotor sambil bicara sendiri. 

"Aira selalu melarangku ke kamarnya karena berantakan. Sebenarnya berantakan seperti apa sampai mendekat saja tidak boleh?" 

Deva kini menuju kamar Aira.

*

Telinga Griffin yang menempel ke pintu mendengar suara Deva semakin jelas.

Apa dia mau masuk?

"Cobaan apa lagi yang menimpaku, Tuhan... "

Situasi Griffin saat ini sangat membingungkan di dalam sana.

Cklek!

Deva membuka pintu perlahan-lahan kemudian matanya melebar.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status