Share

Menyimpang dari Rencana

Pengalihan kepemilikan Freelist telah diresmikan. Ucapan selamat serta karangan bunga berdatangan di depan kantor utama Freelist.

Elisha adalah bintang utama. Elina berdiri di sisinya memasang wajah dengki. Yuna tentu bahagia salah satu putrinya mendapat bagian.

Sementara itu Haris dan David bertemu para tamu di mana ada dewan direksi dan pemegang saham yang menyetujui Elisha sebagai Presdir Freelist.

Elisha melihat Haris. Mereka saling senyum memiliki arti tersendiri.

"Kau pasti senang diberikan perusahaan besar oleh Haris. Kita lihat apa kau mampu mengatasi masalah yang kubuat," ucap Elina.

"Jaga ucapanmu. Banyak tamu di sini," tegur Yuna pada Elina.

Elina abai jika didengar. Tujuannya hidup kan memang mengganggu mereka. "Haris pasti tidak asal memberimu jabatan, bukan? Dia tidak seperti pria gampangan yang aku temui di luar sana."

"Urus hidupmu yang menyedihkan itu. Berapa pun masalah yang kau buat tidak akan membuat Haris menyukaimu."

"Apa katamu barusan?"

"Hentikan." Yuna menyapa teman sosialitanya yang turut hadir memberi ucapan selamat dan buket bunga untuk Elisha.

Elina mendelik tidak suka dari cara Elisha bersikap baik di depan David dan Haris namun sebenarnya bermuka tebal. Ingat saja untuk jaga-jaga, mereka kembar. Sifat yang dimiliki Elina, dimiliki Elisha. Berlaku sebaliknya.

Selesai acara Haris siap-siap pergi ke Bandara Internasional Logan. Jadwalnya begitu padat. Dia bahkan lupa cara tidur nyenyak. Haris diantar sopir pribadi ditemani Elisha.

Elisha tidak berniat mengobrol lantaran Haris terus menerima telepon bisnis bahkan ketika sampai di bandara.

Elisha menunggu Haris selesai menelepon. Sebentar lagi dia akan check-in.

Selesai mengurus bisnis, Haris berbalik menghadap Elisha. "Terima kasih sudah mengantarku."

"Ya. Tidak perlu berterima kasih."

"Semoga pekerjaanmu mulai besok dan seterusnya lancar. Bagaimana tanggapan Elina? Dia pasti tidak baik-baik saja."

Haris dapat mudah membayangkan Elina mengamuk di dalam kamar menghancurkan benda sekitar dan mencabik-cabik bantal sampai isinya keluar.

"Aku tidak harus menanggapinya. Tapi, Elina terus mengatakan kau tidak semudah yang dibayangkan. Apa maksudnya?"

Kepala Haris menunduk sesaat menyembunyikan senyum khusus. "Elina bilang begitu?"

"Benar."

Raut wajah Haris lebih ke tidak menyangka Elina mengenal dirinya sejauh itu. "Rupanya Elina benar-benar menyukaiku."

Atmosfer mereka mendadak berubah drastis. Elisha mengerutkan dahi tidak paham maksud dan hubungan perkataan Elina dengan jawaban Haris.

"Tentu saja aku tidak memberi Freelist semudah ini," jelas Haris.

"Apa?" Alis Elisha menyatu.

***

Di rumah, David melihat layar tablet yang tertera diagram lingkaran berwarna mengenai pemegang saham.

Elina yang habis melampiaskan emosi dengan menghancurkan kamar lewat di belakang David hendak ambil air minum justru kebetulan lihat apa yang dilihat.

"Gila."

David membalikkan layar tablet ke meja usai tawa Elina menggelegar.

"Memang seharusnya begini. Haris tidak mudah memberikan sesuatu apalagi pada wanita yang mencelakai sahabatnya," cetus Elina disertai decakan kagum tidak salah menyukai Haris.

"Masuk ke kamarmu!"

Elina mengacak rambut menyesal. "Kalau tahu rencananya aku tidak perlu menghancurkan kamar. Ayah, aku mau renovasi kamar baru."

***

"Apa katamu?" tanya Elisha lagi.

"Jika kau benar-benar ingin memiliki Freelist, mulai sekarang singkirkan keinginan itu." Haris tersenyum licik di depan rubah. "Pemegang saham terbesar Freelist adalah aku. Coba saja cari uang dari pekerjaanmu supaya bisa membeli saham Freelist juga. Baru kau bisa tersenyum bangga di depan orang-orang."

Baru menjadi pimpinan sementara saja Elisha tersenyum lebar di depan para tamu yang datang.

Elisha mendesah tak percaya bisa-bisanya Haris memasukkan dia ke lobangnya sendiri. "Ini alasanmu? Mau menyiksaku?"

"Ahh, bisa telat aku kalau bicara denganmu terus." Haris melirik jam tangan. "Jaga Freelist sampai aku pulang. Aku berencana mengakuisisi Freelist setelah kau punya tabungan pribadi untuk biaya hidup. Kau tidak selamanya tinggal dengan ayahku, bukan? Harus hengkang kapan saja."

"Hengkang? Memang kau punya hak? Ayah menikahi ibuku. Rumah itu milik kami juga."

"Itulah sifat kalian. Rakus. Berdoa saja aku betah bepergian sampai lupa mengusir kalian."

"Beraninya kau."

Haris berbalik menyerang Elisha dengan kalimat, "Lebih berani ibumu berharap menjadi nyonya dari pria kaya raya." Dia tersenyum melambaikan tangan. "Sampai jumpa. Jaga rumah ya!"

Haris balik badan kemudian melangkah pergi. Elisha yang masih terpaku di tempat merasa disambar petir hingga tersenyum getir. "Aku pasti membunuhmu suatu saat nanti."

*

Di dalam kabin pesawat Haris menatap gelapnya malam sama dengan hatinya. Hidup akan baik-baik saja selama belum kehilangan seseorang.

Hidup Haris sudah tidak baik-baik saja sesudah sahabatnya bunuh diri dan kematian ibu kandungnya di tahun yang sama.

Haris pastikan Yuna, Elina, dan Elisha tidak bisa tertawa bahagia walau sesaat.

Tiga manusia mengerikan itu lebih buruk dari yang kalian lihat.

Sejak mereka masuk, keadaan keluarga menjadi tidak tenang bak diserang musuh.

Sedang memikirkan rencana apa yang akan dilakukan untuk membalas perbuatan mereka, Haris beserta penumpang lain dikejutkan dengan guncangan beberapa saat.

"Apa yang terjadi?" batinnya hampir kena serangan jantung. Kilat petir di luar memang terlihat, hujan deras pula.

Di dalam pesawat pilot dan co-pilot dihadapi situasi tak terduga dan cukup berisiko.

"Sir, the plane has an abnormal condition." Co-Pilot Yoga memberitahu apa yang terjadi pada Pilot Marteen.

"Europe FX-209, this is tower?" Marteen berkomunikasi dengan ATC Bandara Shanghai.

Pihak ATC, pria menjawab, "Yeah, this is tower. What happened, Europe FX-209?"

"Plane Europe FX-209 has an abnormal condition," ungkap Yoga terus membantu mengendalikan pesawat.

"There is a problem on the left side of the machine and flight control," ujar Marteen menjawab adanya ketidakstabilan mesin sebelah kiri dan kendali penerbangan.

Yoga dan Marteen membelalak maskapai mengalami penurunan ketinggian mendadak.

"Sudden drop!"

Menara kontrol yang melihat adanya penurunan ketinggian secara mendadak memberi perintah pada pilot. "Europe FX-209, rise to 5000 feet position allowed."

"5000 feet ride permit." Marteen menaikkan ketinggian pesawat sesuai instruksi ATC.

"Kerusakan mesinnya, bagaimana?" Yoga hendak merujuk memeriksa mesin sebelah kiri. Akan tetapi pesawat mengalami guncangan. "There's been a jolt in the plane, Sir!"

Para penumpang terkejut terjadi guncangan dan dianjurkan tetap tenang di kursi masing-masing.

"Flight control in unstable, manual flight clereance!"

"Allowed to do manual flight. How's the plane?"

Yoga memiliki firasat buruk dengan penerbangan kali ini. Dia melihat sisi kiri mesin terbakar akibat kenaikan tekanan.

"Sir, i don't think the elevation is right. There is an engine fire."

"Shit!" umpat Haris. Mereka pasti tidak bisa selamat, pikirnya sudah berprasangka buruk.

"Look that, Mom! Fire!" Bocah balita menunjuk api yang membakar sisi kiri sayap pesawat.

"What's wrong with this plane! Gosh!"

Mereka keburu panik dan ricuh di dalam menyaksikan api berkobar dan pesawat dalam posisi mengarah ke daratan.

"What?" Marteen berusaha semaksimal mungkin mengendalikan pesawat agar terbang di posisi stabil.

"Can you repeat that, please?" Menara kontrol pun mengalami miskomunikasi sebentar karena sinyal buruk.

"The plane at an altitude of 15000 feet across the Pakat Sea," ucap Marteen.

"Sudden drop again!" Yoga dan Marteen mencoba mengontrol pesawat lantaran komunikasi dengan ATC setempat terhambat sinyal.

Rute melewati Laut Pakat sebetulnya tidak dianjurkan oleh Pihak Bandara karena komunikasi dengan menara kontrol sering terputus.

"God! The engine stops completly! We go to the sea! We go to the sea!" teriak Marteen menarik kendali usai bagian depan pesawat mengarah ke laut.

"We plunged into the sea!"

Haris bisa melihat luasnya laut sebelum pesawat menyelam paksa ke dalam air. Dia tidak bisa naik ke atas karena terjebak di dalam pesawat. Semakin masuk di kedalaman air, pesawat mengalami keretakan lalu terbelah menjadi dua dan berupa kepingan-kepingan.

Dada Haris terasa dipenuhi air hingga kehabisan napas. Mereka terapung-apung di dalam air tanpa ada harapan hidup.

*

"Selamat malam, pesawat Europe FX209 tujuan Bandara Internasional Logan, Boston - Shanghai, China jatuh ke Laut Pakat malam pukul 23.12 malam hari waktu setempat. Pihak maskapai menyampaikan adanya kerusakan badan pesawat hingga kehilangan kendali sebelum kontak terputus dengan menara kontrol Bandara Shanghai."

Prang!

Gelas kaca yang dipegang David jatuh seketika ke lantai setelah melihat berita televisi. "Hubungi mereka!"

"Baik, Tuan." Lucas mulai mengeruk informasi Haris yang merupakan penumpang pesawat.

Elina baru selesai mandi dan menyalakan televisi. Dia langsung mengeraskan volume suara berita terkini. Dilemparnya handuk secara asal lalu mencari-cari ponsel.

Sebelum Haris berangkat ke Bandara, Elina sempat memotret tiket penerbangannya yang tergeletak di meja.

Dia bergumam kaget, "Europe FX209."

Benar. Itu pesawatnya. Haris lepas landas 2 jam yang lalu.

"David. Pesawat yang dinaiki Haris jatuh. Bagaimana sekarang?" Yuna asli panik tanpa dibuat-buat. Pertama kalinya dia mendengar berita pesawat jatuh dan korbannya adalah anak suaminya.

Elisha menyeruput cokelat panasnya selagi menyaksikan berita yang menimpa Haris. "Aku berterima kasih pada alam telah membunuhnya tanpa mengotori tanganku sendiri."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status