Semua Bab Mr. Radhika: Bab 1 - Bab 10
49 Bab
01. Meledak
Menunggu. Siapa pun pasti tidak menyukai hal itu. Terlebih lagi menunggu hal tidak pasti, seperti yang sedang dilakukan Anindira Tasya Kirania. Gadis ini sedang duduk menunggu ditemani rasa bosan dan kantuk. Ponselnya sudah kehabisan daya dari lima belas menit yang lalu. Jadi tidak ada yang bisa dia lakukan selain meratapi nasib.Semalam, orang yang tidak ingin Tasya sebutkan namanya, mengirimnya pesan. Orang menyebalkan itu memintanya untuk datang pukul tiga sore ke kantornya. Namun sekarang, jam besar di dinding dekat dengan meja resepsionis menujukan pukul lima lewat sepuluh menit, dan orang yang mengajaknya bertemu belum menunjukkan batang hidungnya. Kampret memang.Saat Tasya bertanya pada resepsionis, wanita itu memang memberi tahu kalau Radhika sedang rapat. Tetapi, seharusnya Radhika memberi kabar sebelumnya, jadi dia tidak akan datang dengan terburu-buru seperti tadi. Bahkan, saat perjalanan kemari Tasya meminta supir ojek online memacu kecepatan
Baca selengkapnya
02. Berakhir?
Tasya buru-buru keluar dari ruangan Radhika, dia menangis karena marah dan sakit hati. Dia sempat berpapasan dengan Yoga yang menatap heran dan hendak bertanya padanya. Ada beberapa karyawan yang melihatnya dengan ekspresi ingin tahu. Namun Tasya mengabaikannya, dia hanya ingin segera keluar dari sini.Dia sangat marah karena Radhika menghinanya seperti itu. Tasya benar-benar tidak membutuhkan apa-apa dari Radhika, dia justru ingin membantunya, tapi Radhika malah berkata seperti itu. Sangat tidak tahu diri.Keluarganya memang sederhana dan tidak sekaya Radhika, tapi Radhika tidak pantas berkata seperti itu. Terlebih lagi ayahnya sudah menolongnya dulu. Walaupun Om Prawira sudah membalasnya dengan membantu perekonomian keluarganya. Tetap saja Radhika tidak berhak menghinanya seperti itu.Detik ini dia sudah memutuskan, dia tidak akan berurusan lagi dengan orang yang bernama Radhika. Persetan dengan janji
Baca selengkapnya
03. Maunya Apa?
Hari ini Tasya sangat mengantuk. Bahkan tadi dia nyaris tertidur saat mengajar. Semalam Tasya hanya tidur tiga jam. Dia tidak bisa tidur setelah membaca pesan yang dikirim Radhika. Radhika benar-benar out of the box. Tasya yakin, tidak ada satu orang pun yang bisa menebak jalan pikiran Radhika, kecuali Yang Maha Kuasa.Sungguh, Tasya tidak mengerti kenapa ada orang yang super duper labil seperti Radhika. Dua hari yang lalu Radhika memintanya untuk tidak berurusan dengannya. Dia bahkan menghinanya dan mengusirnya, tapi semalam dia ingin mengajaknya bertemu. Itu sangat tidak masuk akal. Apa kepala Radhika terbentur sesuatu sehingga kepalanya sedikit sengklek?Tasya menyeruput Milk Shake Strawberrynya dan bersandar pada sandaran kursi. Kini dia sedang berada di Oh Me Time!─kafe yang pertama kali ia kunjungi saat bertemu dengan Senja.Sebelumnya dia benar-benar
Baca selengkapnya
04. Bisa Gila
Radhika melepaskan pelukannya. "Saya pesankan taksi online untuk kamu." Radhika berjalan ke mejanya hendak mengambil ponselnya.Tasya mengerjapkan matanya. Dia masih bingung dengan apa yang baru saja terjadi."Tunggu dulu ... jelasin dulu yang tadi!" Tasya menghampiri Radhika. "Kenapa kamu kaya gitu!?" Tasya menggebrak meja dengan kedua lengannya, lalu menatap Radhika dengan kesal."Kamu enggak perlu tau alasannya. Sekarang sebaiknya kamu pulang."Perkataan Radhika sukses membuat kekesalan Tasya bertambah. Dia yang mengundangnya, lalu dia mengusirnya dengan seenaknya. Lelucon yang bagus."Dhika … kamu waras? Kayanya kamu emang bener-bener sableng ya. Kemarin ngusir seenak udel. Sekarang main peluk sembarangan. Denger ya, aku bukan cewek gampangan.” Radhika menghela napas, dia memijit keningnya. "Kamu bikin kepala saya mau pecah."
Baca selengkapnya
05. Enggak Bisa Ditebak
Kurang lebih sepuluh menit kemudian, mereka sampai di sebuah kafe. Bisa dibilang kafe ini sangat populer akhir-akhir ini, tetapi Tasya belum pernah kemari. Karena sepertinya harga makanannya lumayan, tapi tempatnya nyaman dan sangat bagus untuk hunting foto.Hujan sudah berhenti saat mereka masih dalam perjalanan menuju ke sini. Butuh sekitar empat puluh menit untuk sampai, karena jalanan macet.Radhika berjalan duluan, sedangkan Tasya mengekor di belakangnya. Mereka menaiki tangga melingkar. Setelah sampai di lantai dua, Tasya dibuat kagum dengan pemandangan yang disuguhkan.Karena kafe ini terletak di dataran tinggi, jadi dia bisa melihat pemandangan kota dari jendela kaca yang sangat besar."Duduk," ucap Radhika setelah mereka sampai di meja yang telah ia pesan.Mereka duduk berhadapan. Kemudian seorang pelayan datang memberikan buku menu pada Radhika dan Tasya.Tasya membuka satu pers
Baca selengkapnya
06. Officialy Pengangguran
Tasya benar-benar kesal, dan dia marah sekarang, emosinya sudah sampai di ubun-ubun. Radhika sudah sangat keterlaluan. Bisa-bisanya dia berbuat seenaknya seperti itu. Lihat saja, Tasya akan memberi perhitungan padanya.Tasya kini berdiri tepat di depan pintu ruangan Radhika, dia diantar oleh Yoga. Tadi Yoga datang ke playgroup dan langsung membawanya kemari setelah Tasya berbicara dengan Ilham─pemilik playgroup tempatnya bekerja. Sebenarnya saat dalam perjalanan ke sini Tasya ingin sekali memarahi Yoga. Tapi ia urungkan, karena dalang dari masalahnya ini adalah si kutu kupret, Radhika Putra Prawira Sableng. Yoga mengetuk pintu lalu membawa Tasya masuk ke ruangan Radhika. "Pak Dhika, Tasya sudah sampai, saya pamit." Yoga keluar dari ruangan setelah mendapat anggukan dari Radhika. Tasya menatap Radhika tajam. Sedangkan Radhika hanya meliriknya sekilas kemudian kembali fokus pada pekerjaannya, dia seakan tidak peduli dengan kehadiran Tasya.
Baca selengkapnya
07. Radhika yang Kampret
Esok harinya, Tasya merasa pusing sekali ketika dia bangun tidur. Semalam dia begadang sambil maraton drama sampai jam lima pagi. Benar-benar hidup seperti seorang pengangguran.Hari ini adalah hari keduanya sebagai seorang pengangguran. Ayahnya sudah berangkat ke kedai beberapa jam yang lalu. Tapi sebelumnya dia memarahi Tasya terlebih dahulu. Karena tadi dia sulit dibangunkan. Setelah mendapat nasihat dari ayahnya, Tasya kembali tidur dan baru bangun beberapa menit yang lalu.Tasya menghela napas lalu membuka kulkas. Dia mengambil apel yang ada di kulkas lalu memakannya. Ayahnya belum tau kalau dia sudah dipecat. Yang ayahnya tau hari ini dia sedang cuti, karena semalam Raka membantunya berbicara pada ayahnya bahwa dia akan cuti beberapa hari.Tasya pergi ke kamarnya untuk mengambil laptopnya, setelah itu dia pergi ke ruang tengah. Dia menyimpan laptopnya di meja lalu duduk bersila di karpet. Dia akan mencari pekerjaan di webs
Baca selengkapnya
08. Enggak Tahu, Ah!
Radhika melirik Tasya, lalu tersenyum. Dan kini Tasya merasa sedang bermimpi buruk. Melihat raut wajah Radhika seperti itu, pasti dia merencanakan hal busuk di kepalanya.“Apa Om mengizinkan Tasya bekerja di kantor saya?”Tasya ingin sekali menyumpal mulut Radhika dengan kain lap yang tadi dia gunakan untuk mengelap meja. Tasya melirik ayahnya, dia ingin tahu reaksi ayahnya. Namun, ayahnya hanya diam, tidak ada ekspresi yang berarti, jadi Tasya tidak tahu apa yang sedang ayahnya pikirkan.“Tasya udah setuju.” Radhika tersenyum pada Tasya. Sedangkan Tasya hanya melongo. “Hanya tinggal minta izin dari Om Robi. Tapi, kalau misalnya om Robi keberatan, enggak apa-apa. Saya enggak akan maksa.”Ternyata Radhika pandai berakting. Seharusnya dia bermain film saja. Selain pintar berakting dia juga pintar mengarang cerita. Seharusnya dia jadi penulis skenario atau penulis novel saja, daripada mengganggu kedamaian hidupnya. Sekaran
Baca selengkapnya
09. Cerita Malam
"Aca, ayo makan." Tasya mendengar ayahnya berteriak dari luar kamarnya."Iya, Yah. Bentar lagi turun." Tasya meletakkan sisir di meja riasnya, dia baru selesai mandi. Segera saja dia keluar dari kamarnya.Saat sudah hampir sampai ke ruang makan, Tasya mencium aroma masakan yang sangat harum. Ayahnya benar-benar sangat pintar memasak, tidak heran jika kedai milik ayahnya selalu ramai."Ayah bawa bahan makanan dari kedai, kalau dimasak besok rasanya pasti kurang enak. Jadi inilah maha karya, Ayah." Ayah Tasya membuka tutup panci, dan seketika aroma yang sungguh enak memenuhi indra penciuman Tasya."Ini pasti enak." Tasya segera mengambil piring dan mengisinya dengan nasi."Iya dong. Kan, Ayah masaknya pakai cinta." Ayah Tasya meletakan beberapa potong daging ke piring Tasya. "Awas panas."Tasya meniup-niup makanannya dan mulai mengunyahnya. Ini benar-benar enak, memang masakan rumah itu selalu menjadi yang terbaik, apalagi jika orang yang
Baca selengkapnya
10. Negosiasi
Sekarang sudah hari sabtu. Setelah makan malam dengan ayahnya semalam, Tasya langsung menghubungi Radhika, memintanya untuk bertemu. Setelah mendapat balasan dari Radhika, Tasya malah menjadi tidak isa tidur. Dia ragu dengan keputusannya.Tasya menghela napas. Dia kini menunggu Radhika di sebuah kafe di pusat kota. Radhika bilang akan datang sekitar pukul sebelas, itu berarti seharusnya tidak lama lagi dia akan sampai. Benar saja, kini Tasya bisa melihat Radhika sedang berjalan ke arahnya. Tasya heran, setiap kali dia meihat Radhika, dia selalu mengenakan pakaian formal bahkan di hari libur seperti ini. Dia berpikir apakah jadwal Radhika sangat padat sehingga membuatnya harus bertemu klien di hari libur juga."Jadi?""Eh itu.. enggak mau pesen dulu?" Tasya menggeser menu ke arah Radhika. Radhika terlalu to the point, Tasya kan belum siap. "Enggak.""Oh, oke." Tasya m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status