All Chapters of Mr. Radhika: Chapter 31 - Chapter 40
49 Chapters
31. Chatting-an
Sudah tiga jam Tasya berlatih memainkan game yang sebelumnya Radhika ajarkan. Tetapi Tasya masih belum mengerti sepenuhnya, dia hanya berlari-lari lalu terbunuh. Malah dia pernah terbunuh saat game baru berjalan dua menit. Padahal dia hanya bermain dengan komputer. Komputer di sini adalah player yang diatur oleh sistem dalam game, itu sih yang diterangkan oleh Radhika. Bagaimana jadinya jika dia bermain dengan player yang sesungguhnya. Sepertinya dia benar-benar tidak berbakat dalam bermain game.Tasya menghela napas, dan mematikan laptop yang tadi diberikan oleh Radhika. Laptop ini sepertinya mahal, walau Tasya tidak terlalu tahu masalah barang-barang elektronik, tapi dia juga tidak bodoh. Laptop merek ini bisa mencapai belasan atau puluhan juta. Tadi sebenarnya dia tidak ingin membawanya, tapi Radhika memaksanya sebelum dia pulang tadi. Dengan alasan laptop ini sudah diisi dengan semua kebutuhan yang berkaitan dengan pekerjaan. Jadi dengan terpaksa, d
Read more
32. Rencana
Ketika Tasya hendak berbaring. Tiba-tiba Radhika meneleponnya. Tasya menghela napas, apa Radhika tidak bisa menahan amarahnya sampai besok? Sepertinya dia sudah tidak sabar untuk memarahinya.Tasya harus mempersiapkan diri. Dia tidak boleh kalah dalam peperangan kali ini. Jika Radhika memakinya, maka dia harus membalasnya. Lagi pula bukankah Radhika bilang kalau dia membutuhkannya? Berarti seharusnya Radhika memperlakukannya dengan baik.“Halo,” sapa Tasya. Dia berusaha membuat nada suaranya terdengar biasa saja, walau hatinya sekarang sedang tidak keruan.“Ada apa?” tanya suara di seberang. Tasya mengerutkan keningnya. Ternyata Radhika tidak memarahinya. Nada suaranya pun biasa saja, tidak mencerminkan kemarahan sama sekali.“Kamu enggak marah? Tumben,” ledek Tasya. Dalam hati Tasya merasa lega, sepertinya Radhika benar-benar sudah berubah.“Kenapa saya harus marah?”Tasya me
Read more
33. Biar Enggak Kurang Piknik
Tasya melihat pantulan dirinya di cermin. Dia tidak ingin terlihat terlalu antusias, karena tidak ingin membuat Radhika besar kepala. Namun, dia juga tidak ingin terlihat buruk dengan berdandan asal-asalan. Ini adalah kencan pertama mereka. Walau sebenarnya Tasya tidak ingin menyebutnya seperti itu, tapi sebenarnya dia juga sedikit menantikan hal itu terjadi.Jujur saja, dia sedikit kekanak-kanakan. Dia ingin kencan pertamanya berkesan. Karena menurutnya, kencan pertama itu akan sangat berbekas dalam memorinya. Dia juga sedikit merasa senang. Dia tidak pernah berkencan sebelumnya, maka wajar saja jika dia merasa senang. Ya, dia senang karena ini adalah kencan pertamanya, bukan karena dia akan kencan dengan Radhika. Dia yakin siapapun orangnya, dia pasti tetap akan senang.Selain itu, dia juga tidak ingin membuat ayahnya curiga. Semalam saat ayahnya pulang, mereka mengobrol banyak. Dari awal Tasya sudah bertekad tidak akan melibatkan ayahnya dalam permainan ini. Karena
Read more
34. Biar Enggak Kurang Piknik (2)
Radhika menatap langit yang tertutupi dedaunan. Cukup menyenangkan melakukan hal seperti ini. Dia tidak ingat, kapan terakhir kali bisa bersantai seperti ini. Sepertinya dia harus sering-sering pergi ke tempat-tempat seperti ini, agar pikirannya tidak dipenuhi dengan pekerjaan-pekerjaan yang tidak ada habisnya.Beberapa hari lalu, si penjilat-Ahmad-mulai mencari gara-gara lagi dengannya. Dia yakin, orang itu sedang merencanakan sesuatu. Ahmad adalah orang yang licik dan penuh dengan trik. Jika dia tidak hati-hati, maka masalah besar akan menimpanya. Di pertemuan sebelumnya, Ahmad memberi ancaman padanya. Semakin tua, orang itu semakin menjadi-jadi. Bukanya bertobat.Radhika menyisir rambut dengan jarinya. Seharusnya dia refreshing, kenapa malah memikirkan si kampret satu itu. Radhika mengedarkan pandangannya, entah pergi ke mana Tasya dan Om Robi. Tasya bilang, mereka ingin mencari tempat untuk berfoto. Sebenarnya mereka sempat mengajaknya tadi, namun dia menolak. Dia
Read more
35. Kepikiran Terus
Tasya menghabiskan isi botol air mineral dalam sekali teguk. Setelah benar-benar habis, Tasya meremukkan botol kosong itu lalu melemparnya ke tong sampah yang kira-kira berjarak tiga meter di depannya. Dan sialnya botol itu hanya menyentuh ujung tong sampah, sehingga botol tersebut jatuh ke lantai. Mau tak mau, Tasya harus memungutnya. Jika tidak, maka dia akan jadi orang yang membuang sampah sembarangan. Hal itu jelas tidak baik.Tasya kembali duduk di bangku taman, dia menyandarkan kepalanya hingga mendongkak. Hari ini tidak terik padahal sekarang sudah jam dua belas lebih. Matanya menerawang menatap langit yang tertutup awan. Ada yang aneh dengan dirinya. Dia terlalu sering menatap Radhika akhir-akhir ini. Walau sebelumnya dia juga seperti itu, tapi kali ini berbeda. Ada perasaan aneh setiap kali melihatnya. Karena itulah dia kabur kemari. Padahal Radhika mengajaknya makan siang bersama.Tasya harus mengurangi intensitas pertemuan mereka. Jika tidak, dia bisa gila.
Read more
36. Curhat
Tasya menggigit potongan kentang dengan kesal. Pasalnya, Raka mengajaknya bertemu sepulang kerja. Mereka sudah sepakat akan bertemu pukul setengah tujuh di restoran cepat saji tidak jauh dari rumahnya. Dan sekarang sudah jam tujuh lebih, namun Raka tak kunjung datang. Tidak masalah jika dia memberi kabar kalau akan datang terlambat, tetapi kenyataannya tidak ada kabar sama sekali. Di telepon tidak diangkat, di chat tidak dibalas. Maunya apa sih si Raka? Tasya bersumpah akan menghabisinya ketika dia sampai, lihat saja.Namun, hatinya juga merasa tidak tenang. Raka bukan orang yang suka tiba-tiba menghilang saat sudah membuat janji. Apa mungkin terjadi sesuatu? Tidak, tidak … Tasya menggeleng. Dia tidak boleh berpikir aneh-aneh. Semoga saja Raka memang sengaja memancing emosinya dengan datang terlambat.“Ca, maafin gue. Tadi tiba-tiba ada urusan di rumah sakit.” Raka duduk di seberang Tasya.“Sini .…” Tasya membe
Read more
37. Senja dan Raka
“Bang ….” Radhika mendengar suara pintu diketuk dengan tidak sabaran. “Buka … Bang.” Senja adalah pelakunya. Sore tadi Senja meminta dirinya untuk menjemput di kampusnya. Lalu dia mengatakan ingin menginap di rumahnya.Radhika melirik jam yang ada di atas meja kerjanya. Sekarang sudah pukul setengah dua belas malam, dan bocah itu bukannya tidur, malah datang untuk mengganggu dirinya. Sebenarnya pekerjaannya tidak mendesak. Hanya saja, Radhika tidak tahu harus mengerjakan apa selesai mandi tadi, jadi pada akhirnya dia memilih untuk menghabiskan waktu dengan bekerja.“Cepetan Bang!” Senja mengetuk lebih cepat dan lebih keras.Radhika hanya bisa menghela napas, lalu segera membuka pintu untuk Senja. Karena jika dia mengulur waktu, maka bisa dipastikan Senja akan membuat keributan.“Ada apa?” tanya Radhika setelah membuka pintu.Senja terkekeh, lalu meraih lengan Radhika dan menyandarkan kep
Read more
38. Kebahagian Kecil
Tasya mengerutkan keningnya. Radhika sedari tadi terlihat tidak terlalu fokus. Sudah lebih dari lima kali Tasya mendengarnya menghela napas. Dia jadi penasaran, apa hal yang membuat Radhika yang gila kerja menjadi tidak fokus. Dia sebenarnya ingin bertanya. Namun, takutnya nanti Radhika mengatakan hal-hal menyebalkan seperti, jangan ikut campur atau ini bukan urusannya. Dan pada akhirnya itu akan merusak mood-nya.Tasya sedikit terkejut saat Radhika tiba-tiba menatapnya juga. Tasya segera mengalihkan pandangannya pada layar monitor. Entah yang ke berapa kalinya dia terpergok sedang menatap Radhika saat bekerja. Sedikit memalukan, namun ini bukanlah sepenuhnya salah Tasya. Ini semua gara-gara mereka berada dalam ruangan yang sama, juga karena dia tidak punya pekerjaan berarti.“Tasya.”“Ya,” jawab Tasya sembari tersenyum, dia berusaha menahan rasa malunya.Radhika bertopang dagu, lalu tersenyum miring. “Saya tau, kala
Read more
39. Senjata Makan Tuan
Langit sudah gelap sejak empat jam yang lalu. Radhika ingat, saat dia kecil langit malam selalu menampilkan kerlap-kerlip bintang. Namun sekarang, sangat sulit untuk melihat bintang. Mungkin jika di desa langit malam masih berbintang, karena polusi cahaya lebih minim dibandingkan dengan di kota.Di kota, khususnya kota Bandung yang menjadi tempatnya tinggal saat ini. Polusi cahaya disebabkan oleh banyaknya lampu-lampu jalan yang menerangi langit, ditambah debu-debu dan uap air yang menyebabkan cahaya terpantul, terdistorsi dan terbiaskan. Sehingga menyebabkan Sky Glow. Itu menurut artikel yang dia baca. Butuh kesadaran dari banyak pihak, untuk mengatasi masalah seperti ini.Kedua siku Radhika bertumpu pada pagar pembatas balkon. Sudahlah, dia tidak ingin memikirkan masalah hilangnya bintang. Masih ada hal lain yg mengganggu pikirannya. Dia masih memikirkan hubungan Senja dengan si Raka itu.Dibilang khawatir, sebenarnya tidak juga. Karena seperti y
Read more
40. Malam Sabtu
Selama seminggu ini Radhika sibuk, karena game milik tim Alpha-Atena’s- diserang oleh sejumlah cheater. Padahal kurang enam minggu lagi, game Fire Guns akan rilis. Walau Tasya tidak terlalu mengerti, tetapi dia tau kalau tim Alpha benar-benar bekerja keras kali ini, termasuk Radhika. Tasya bisa melihat jelas gurat lelah di wajah Radhika.“Dhika, gimana kalau kita makannya di rumah kamu aja?” tanya Tasya saat mobil yang mereka tumpangi keluar dari parkiran.“Kenapa?” Radhika melirik sekilas ke arah Tasya, kemudian fokus kembali ke jalanan. Hari ini malam sabtu, lalulintas cukup padat, karena banyak orang yang ingin bepergian untuk melepas penat.“Aku tau kamu capek, kalau di rumah kita bisa santai. Nanti pesan aja makanannya.” Awalnya Tasya juga ingin membatalkan kegiatan mereka dan menggantinya menjadi besok, tetapi Radhika menolak. Dia bilang besok sudah ada rencana lain.Radhika menat
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status