Share

TAK INGIN BERCERAI
TAK INGIN BERCERAI
Penulis: DEAR GREEN

KEPERGOK

Aku memeriksa aplikasi cek-lokasi di ponselku yang sudah aku sambungkan di ponsel milik Mas Galih, suamiku.

Dengan jantung berdebar aku perlahan memperhatikan gerak lokasi yang sedang dituju olehnya. Titiknya kini berhenti disebuah kafe di pinggir kota, aku lalu menghubungi sepupuku untuk menemaniku menuju lokasi tempat Mas Galih sekarang berada.

“Kak Yuni, lagi sibuk gak?” tanyaku saat Kak Yuni menjawab teleponku.

“Gak Mur, lagi santai, ini kan hari minggu. Ada apa?” sahutnya sambil sesekali terdengar ia menyeruput minuman.

“Bisa temani aku ke Kafe Gemilang?” Ucapku sedikit gugup.

“Boleh, emangnya kamu gak masak hari ini?”

“Bukan, datang saja dulu nanti aku ceritain!” aku tidak sabar ingin segera mendatangi Mas Galih yang ku yakini sedang bersama wanita lain.

Sambil menunggu Kak Yuni datang menjemputku, aku terus menelepon Mas Galih namun tak kunjung dijawab. Malah kini Mas Galih mematikan ponselnya, membuat jantungku semakin berdegup kencang, air mataku berhasil lolos dari mataku yang sedari tadi terbendung.

“Assalamu’alaikum… Murti..!” Kak Yuni datang dan langsung masuk ke rumahku yang tidak terkunci.

Aku dengan cepat menghapus air mataku yang tak mau berhenti mengalir meski sudah berusaha keras untuk menenangkan diri sejak tadi.

“Loh, kamu nangis? Ada apa Mur?” Kak Yuni duduk lalu memeluk tubuhku.

“Aku belum tau pasti Mas Galih dengan siapa ke kafe itu, tapi firasatku sangat kuat, Kak. Sudah puluhan kali aku meneleponnya, tapi tak pernah diangkat, tadi dia reject, lalu sekarang dia mematikan handphonenya,” Aku kembali sesenggukan.

Kak Yuni yang masih belum mengerti dengan perkataanku mencoba perlahan bertanya kembali, “Maksud kamu gimana? Firasat apa?”

“Mas Galih selingkuh, Kak!” Aku kembali tersedu.

Kak Yuni membelalak mata mendengar pernyataanku, pasalnya Mas Galih yang selama ini ia kenal bukanlah tipe lelaki seperti itu. Selama ini ia melihat rumah tanggaku dan Mas Galih selalu bahagia dan harmonis.

“Kamu yakin, Mur? Apa Galih tega melakukan itu? Dia kancinta banget sama kamu,” kening Kak Yuni berkerut, namun ia terus mengelus punggungku agar aku tenang.

“Aku yakin kak, ayo kita lihat dia disana kalau kakak gak percaya sama aku!” Aku sudah mengetahui perselingkuhan Mas Galih dengan wanita ini bahkan sejak sebelum kami menikah, namun aku merahasiakan hal ini dari semua orang, terutama keluargaku.

Dengan jantung yang kian bergemuruh, Aku pergi ke lokasi dimana suamiku berada. Aku yakin saat ini Mas Galih bersama wanita selingkuhannya, karena saat sebelum dia pergi, Mas Galih menerima telepon dari seseorang yang membuatnya sangat riang, lalu bergegas meninggalkanku di rumah tanpa berpamitan.

Usia pernikahan kami kini sudah satu tahun, rahasia ini aku simpan rapat-rapat demi nama baik suamiku dan juga keluarga kami. Hari ini aku akan mengungkapkan rahasia itu di depan Kak Yuni, kakak sepupuku yang sangat dekat denganku. Dialah orang pertama yang nantinya akan mengetahui hal ini pertama kalinya.

Sesampainya di Kafe Gemilang, Aku semakin gugup dan gelisah. Kak Yuni terus mencoba menenangkanku. Melihat ekspresi wajahku yang sangat yakin dengan perselingkuhan Mas Galih, Kak Yuni pun terlihat percaya dengan apa yang ku ungkapkan.

“Mur, tenang, tarik nafas, istighfar!” titahnya.

Aku mencoba mengikuti apa yang dikatakan Kak Yuni. Kini kami berdua perlahan masuk ke dalam kafe tersebut dan menyusuri pondok-pondok lesehan yang bersekat-sekat.

Aku melihat sepasang sepatu milik suamiku yang berdampingan dengan sandal wanita di depan salah satu sebuah pondok lesehan. Gegas aku langsung mendatangi pondok itu, tidak salah lagi, memang benar Mas Galih berada disana sedang bercumbu dengan posisi manja, merebahkan kepalanya diatas paha perempuan itu.

“Mas, kamu ngapain disini? Ayo pulang!” Aku yang tidak berdaya melihat pemandangan itu, sudah tidak bisa lagi marah. Bibirku hanya bisa mengucapkan kalimat itu.

Aku sangat terkejut, marah, kesal, kecewa, perasaanku campur aduk tidak bisa lagi dijelaskan. Meskipun aku sudah tahu kalau selama ini suamiku berselingkuh, namun baru kali ini aku melihatnya secara langsung.

Mas Galih bahkan tidak kaget melihatku datang memergokinya, begitupun dengan wanita selingkuhannya, ekspresinya sangat tenang tidak ada raut diwajahnya yang menampakan perasaan bersalah, ia malah tersenyum sinis kepadaku.

“Kamu yang ngapain disini, sana pulang!” usir Mas Galih.

Tak sadar air mata Aku luruh, aku menangis dalam hati tanpa suara dan isakan. Entah kenapa aku tidak bisa menjambak rambut wanita itu atau bahkan menamparnya begitupun dengan suamiku.

Rasa cintaku terhadap Mas Galih yang begitu besar sukses membuatku meredam amarah. Wajarkah rasa cinta yang aku rasakan saat ini? Ataukah hanya kebodohan semata? Inikah yang dinamakan cinta buta? Benar-benar membutakan segalanya sampai aku rela menahan penderitaan dan sakit hati selama satu tahun pernikahan ini.

“Galih!!! Apa-apaan kamu! Tega-teganya kamu selingkuh! Kurang apa Murti ha? Dia bahkan lebih cantik dan lebih muda dari pada wanita murahan ini!!” hardik Kak Yuni yang tak bisa menahan emosi melihat perbuatan suamiku.

Galih memandangku dan Kak Yuni dengan tatapan acuh, tersenyum miring kepada kami, begitupun dengan wanita itu. Wajahnya memang tampak lebih tua dari pada Mas Galih, namun ku akui, wanita itu memang sangatlah cantik. Mas Galih seperti sedang tidak sadar dengan situasi saat ini.

“Mas, ayo pulang!” ajakku dengan suara serak.

Namun Mas Galih tak menanggapi, ia bahkan masih dalam posisi berbaring dalam pangkuan wanita selingkuhannya.

“Keterlaluan! kalian berdua memang bukan manusia!!!” bentak Kak Yuni lagi yang tak bisa menahan amarahnya.

Kemudian ia mendekati wanita itu yang sedari tadi hanya diam dan tersenyum kecut. Tanpa pikir panjang Kak Yuni langsung menarik rambut si wanita.

“Dasar wanita murahan! Gak tau diri! Tua bangka gak tau malu! Ini suami orang, jelas-jelas istri sahnya datang tapi kau malah gak peduli! Gak ada sedikitpun rasa bersalahmu, ha?” bentak Kak Yuni geram.

Mas Galih sontak bangkit dari rebahnya lalu menepis tangan Kak Yuni dengan tatapan membunuh.

“Lepasin! Kau siapa ikut campur urusanku ha? Pergi sana!” hardik Galih kepada Kak Yuni.

Kak Yuni hanya bisa menggeleng kesal, ia tak menyangka Mas Galih yang selama ini ia anggap seorang suami yang baik dan setia nyatanya berselingkuh terang-terangan di depanku.

Tangis ku pecah saat melihat kejadian di depan mataku, ketika suamiku lebih membela sang selingkuhan.

“Gak nyangka kakak Gas, liat kelakuan kamu kayak gini apalagi gara-gara membela dia kamu sampai berani membentak kakak.” Lirih Kak Yuni.

Sementara wanita selingkuhannya itu masih sibuk membenarkan rambutnya yang kusut akibat ditarik oleh Kak Yuni.

“Aku bukan perempuan murahan seperti yang kau ucapkan tadi! Galih sendiri yang memintaku untuk menjadi wanita simpanannya, dan kami saling menyukai,” ucap wanita itu dengan santai tanpa rasa bersalah.

“Hah, akhirnya kau bersuara. Tapi, apa tadi? Kau bilang bukan perempuan murahan? Lalu kau mengaku sebagai simpanan? Hahahah konyol sekali. Ini nih tandanya kalau orang gak pernah sekolah,” cibir Kak Yuni.

“Kak Yuni! Cukup kak! Ini bukan urusan kakak, gak usah ikut campur urusan rumah tanggaku! Sekarang silahkan kakak pergi, bawa Murti pulang!” bentak Mas Galih dengan tatapan tajam kepada Kak Yuni, rahangnya mengeras sambil mengepalkan tangannya.

Orang-orang dikafe sudah sejak tadi memperhatikan kejadian ini, beberapa dari mereka saling berbisik dan ada juga yang diam-diam merekam dengan ponselnya. Mungkin bagi mereka hal seperti ini adalah tontonan seru.

“Sudahlah kak, ayo kita pulang, percuma kita berdebat disini, yang ada kita menjadi tontonan orang-orang dan Mas Galih juga lebih membela wanita itu,” Aku mulai gerah dengan keadaan di kafe dan merasa malu.

“Mohon kepada sesiapa yang merekam, Hapus sekarang atau aku akan panggil polisi!” ancam Kak Yuni kepada para pengunjung yang menyaksikan perseteruan kami.

Seketika semuanya kembali ke dalam pondok dan beberapa kembali ke tempat duduknya masing-masing.

Betapa sakit hati dan malunya Aku, kejadian ini disaksikan oleh banyak orang, dan aku bahkan tidak mendapat perlakuan baik dari suamiku sendiri, aku mengharap setidaknya Mas Galih merasa bersalah dan menjelaskan kenapa dia bisa bersama wanita itu lalu meminta maaf dan mengejarku ketika pergi.

Namun nyatanya Mas Galih lebih memilih membela wanita itu dan sama sekali tidak menghiraukan keberadaanku sebagai  istri sahnya.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Harini
dah tau diselingkuhi sebelum menikah koq dilanjut Thor mbok jangan terlalu merendahkan perempuan yang udah goblok thor
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
matilah kau dg cinta tak bernalar mu murti. sampah lebih berharga bagi galih dafipada kamu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status