Share

Disukai Jin Pelindung Anak Asuh
Disukai Jin Pelindung Anak Asuh
Author: Ikfanelle

BAB 1

Seorang pria mengendarai mobilnya, kendaraan itu melaju kencang di antara kegelapan hutan. Begitu mencekam jalanan itu, tetapi tak membuatnya berhenti untuk terus melaju.

Semua terlihat baik-baik saja sampai mobilnya harus mengerem secara tiba-tiba. Seperti ada benda yang terjatuh menimpa atap mobilnya. Hal itu membuat pria tersebut harus mengecek keluar.

Aneh. Itulah yang ia rasakan saat menengok ke arah atap mobil, tidak ada satu pun benda ataupun hewan yang jatuh. Ditatapnya sekeliling, hutan itu terasa sunyi dan tak ada satu pun mobil yang melewati jalanan sepi itu selain dirinya. 

Pria tersebut berusaha menepis semua pikiran buruk dan kembali masuk ke dalam mobil. Ia melirik ke kaca spion, tubuhnya seketika saja membeku. Mulutnya pun seakan terkunci. 

Terdapat sosok aneh dan asing tengah menatapnya tajam. Setengah dari wajah itu hancur dan terlihat begitu menyeramkan. 

"KALIAN HARUS BERTANGGUNG JAWAB!" 

Dengan tiba-tiba makhluk itu berubah wujud menjadi lebih besar dan tinggi. Rambutnya yang berwarna coklat terurai panjang. Dengan sekonyong-konyong sosok itu pun menyerang pria tersebut. 

Raungan kencang melolong panjang di kegelapan malam.

***

Sudah sebulan brosur lowongan pekerjaan menjadi pengasuh untuk Vanya disebarkan. Akan tetapi, tak ada satu pun orang yang berminat mengasuh gadis kecil berusia enam tahun tersebut. 

Lian dan Yura merasa putus asa, terlebih lagi karena melihat tingkah putri mereka yang semakin lama semakin mengkhawatirkan saja. Belum lagi, gangguan aneh yang selalu terjadi di rumah tempat mereka tinggal sekarang. 

Keluarga Lian baru saja pindah di rumah baru itu beberapa hari yang lalu, sebab rumahnya yang lama tidak layak lagi untuk dihuni. Membeli rumah itu pada seseorang yang menawarkannya dengan harga murah tentunya membuat Lian tergiur. Tanpa berpikir terlalu panjang, dirinya membeli rumah tersebut. Semenjak di sinilah perubahan tingkah Vanya yang semakin berubah, berbeda dari sebelum-sebelumnya.

Putri semata wayang pasangan suami-istri tersebut kerap kali berbicara sendiri, bahkan bersosialisasi dengan tetangga pun ia enggan. Mereka mencoba untuk menggunakan jasa pengasuh, tetapi entah mengapa beberapa berganti pengasuh, tidak satu orang pun yang merasa betah dan akhirnya bergiliran memilih untuk berhenti bekerja. Desas-desus mengatakan bahwa rumah yang mereka tempati saat ini penuh dengan gangguan gaib. Entah benar atau tidak.

"Apa tidak sebaiknya kita pindah saja dari sini? Mama merasa sangat aneh dengan rumah ini," tutur Yura kepada suaminya, tapi masih saja tak digubris oleh pria itu. 

"Kamu itu, lho. Terlalu percaya sama omongan orang. Sudahlah, yang penting kita bisa tinggal. Urusan Vanya biar Papa yang pikirkan."

"Kamu selalu saja menjawab hal yang sama, Pa. Aku jadi muak ngomong sama kamu!" cetus Yura.

Wanita itu lalu beranjak dari ruang TV dengan penuh rasa kesal di dalam hatinya. Ia nencoba menenangkan pikirannya dengan menjenguk sang putri di kamar. 

Yura melangkahkan kaki di lorong menuju kamar putrinya. Entah mengapa lantai itu terasa begitu dingin di telapak kakinya. Wanita itu merasakan sesuatu yang tak biasa, seolah-olah ada seseorang memperhatikan dirinya dari kejauhan. Suara langkah kakinya di atas lantai pun terdengar ramai, seperti ada seseorang yang mengikuti di belakangnya. 

Suara langkah itu semakin mendekat, tapi Yura tak berani untuk menoleh. Tiba-tiba jantungnya terasa berdegup dengan kencang. Entah mengapa lorong itu terasa semakin memanjang dan pintu kamar Vanya semakin menjauh, sesegera mungkin diraihnya gagang pintu lalu membukanya. 

"Vanya!" seru sang ibu dengan deru napas terengah-engah. 

"Iya, Ma. Ada apa?" tanya sang putri.

Melihat mata putrinya, Yura mencoba untuk menenangkan diri dan dengan perlahan ia melangkah masuk. Wanita itu memberanikan nyali untuk menoleh ke belakang. Entah mengapa suara langkah yang tadinya mengikuti seakan berangsur menghilang. 

"Gak ada apa-apa, Sayang. Kamu kok belum tidur?" tanya Yura sembari menetralisir perasaan yang tidak keruan tadi.

"Nungguin Kak Kiyo, Ma," jawab gadis berusia 6 tahun tersebut. 

Sekali lagi, mata Yura mencoba melirik ke arah lorong yang gelap. Seperti ada sosok yang mengintip mereka dari balik dinding hingga tiba-tiba wajah pucat menyeramkan itu mulai terlihat dengan jelas membuat Yura terpaku dengan mata yang membulat sempurna.

*

Langit pagi itu terlihat mendung. Suasana di sekitar rumah pun terasa begitu sunyi. Yura melamun. Ia teringat akan sosok semalam yang membuat wanita itu tak dapat memejamkan mata semalaman. Dadanya terasa sesak di kala mengingat rumah yang sepi, hanya ada ia dan putrinya di saat ini.

Ting .... Tong!

Suara bell rumah yang keras mengejutkan wanita itu. Ia menghentikan sejenak kegiatan mencuci piring. Kemudian berlari kecil menyambut tamunya. 

Di hadapannya kini berdiri seorang gadis berwajah cantik, rambutnya panjang terurai, dan sedikit pirang dengan bandana berwarna pink. Gadis tersebut mengenakan setelan kemeja putih dan rok selutut berwarna hitam. Ia tampak membawa berkas dengan map coklat di depan dadanya. 

"Permisi, apa benar ini rumah Bapak Liando Brawijaya?" tanya gadis itu dengan sopan. 

"Benar. Saya istrinya," sahut Yura seraya menatap gadis itu dengan mengulas seuntai senyuman.

"Salam kenal, Bu. Nama saya Keinara dan ingin melamar kerja menjadi pengasuh Dek Vanya." Gadis yang ternyata bernama Keinara itu memperkenalkan diri. Matanya tampak menatap sekeliling rumah. Ia merasa tidak asing dengan rumah tersebut. Gadis cantik itu seperti melayang ke suatu waktu yang lampau tatkala melihat suasana rumah tersebut.

"Mbak, kenapa bengong?" tanya Yura, "ayo, masuk!" ajaknya tanpa menunggu jawaban sang gadis.

Keinara melangkahkan kaki ke dalam ruangan. Akan tetapi, sekali lagi Keinara merasa dirinya sudah pernah memasuki rumah itu.

"Keinara Maria Rosalinda, usia 19 tahun. Kenapa kamu mau melamar menjadi pengasuh Vanya?" tanya Yura sambil memegangi surat lamaran kerja milik Keinara. 

Gadis iy tersenyum ramah. "Saya ingin belajar menjadi seorang ibu yang baik seperti mendiang ibu saya dan saya juga ingin punya penghasilan meski bekerja menjadi pengasuh," jawab Keinara dengan padat dan lugas. 

"Kamu yakin?" tanya Yura memastikan.

Keinara mengangguk pelan, meski dalam hatinya merasa ragu. Rumor tentang rumah itu sudah beredar cukup luas dan ketika melihatnya, Keinara seakan ditarik kembali pada masa lalu yang ia lupakan. Entahlah ... ia pun tidak memahami hal itu.

Yura meraih jemari gadis tersebut sembari melebarkan senyuman. Wanita itu senang, akhirnya ada lagi yang melamar menjadi pengasuh sang putri. Ia berharap kali ini pengasuh anaknya akan betah di rumahnya. 

Genggaman tangan itu seakan menyalurkan kekuatan bagi Keinara. Hal kecil itu membuat hatinya yakin. Tatapan penuh harap dari wanita di hadapannya pun membuat ia merasa dibutuhkan di rumah tersebut.

"Kei, lihat mata saya. Kamu benar yakin mau mengasuh anak saya dan tinggal di sini?" tanya Yura sekali lagi. Ia tahu, isu tentang keanehan rumahnya sudah meluas di luar sana.

"Saya yakin, Bu. Saya benar-benar yakin," jawab Keinara.

Wanita berusia 29 tahun itu kemudian menghela napas panjang lalu menghembuskannya dengan lega. 

"Saya mau mengatakan sesuatu sama kamu dan kamu harus ingat apa yang saya katakan. Sebelum kamu, sudah banyak pengasuh Vanya yang mau merawatnya tapi mereka semua mengundurkan diri." 

"Saya tahu itu, Bu. Saya akan mencoba untuk menjadi pengasuh yang baik untuk Dek Vanya." 

Mendengar jawaban Keinara yang memuaskan, genggaman itu dilepaskan dengan senyuman semringah Yura. Hari ini dan detik ini, gadis itu akan menjadi pengasuh baru putrinya. Ia menaruh harapan besar di pundak Keinara, sang pengasuh baru.

~***~

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status