Share

BAB 7

"Pa, lihat, Pa!" seru wanita itu sambil terus menatap ke arah ranjang tidur. 

Lian terkejut saat ia melihat hal yang tak akan pernah ia lupakan. Pasangan suami-istri itu memandang dengan mata kepalanya sendiri saat tubuh Keinara melayang di atas ranjang. Gadis itu tampak lemas tak berdaya dan matanya terpejam. 

"Tidak mungkin," gumam Lian menenangkan pikirannya yang tetap tak percaya dengan semua hal janggal itu. 

Aroma semerbak kayu yang tengah dibelah itu tercium sangat kuat di sekeliling kamar sang pengasuh. Pandangan pasutri itu tiba-tiba kabur, tangan mereka mencoba meraih tubuh Kei. Samar sosok hitam muncul seakan menggendong tubuh gadis itu. 

Semakin lama, sosok itu semakin jelas. Hingga titik dimana mereka lebih melebarkan mata, tubuh yang lemas itu serasa kaku seketika. Di hadapan mereka bukanlah sosok manusia. 

"GADIS INI MILIKKU!"

Suara berat menggelegar, tapi sebaliknya suara pasangan suami-istri seakan dibungkam dan mereka tak bisa membangunkan Keinara. Mereka terpaku melihat wujud pemuda dengan wajah setengah hancur. 

"KALIAN MEREBUT TEMPAT INI DARIKU, MAKA GADIS INI AKAN KUREBUT DARI KALIAN!" 

Yura ber-isyarat mengatakan "jangan" pada makhluk itu. 

Siksaan yang terasa bagai neraka, Lian merasa ia mulai percaya dengan keberadaan tak kasat mata. Di saat mereka berada di dalam ruang dilema yang tipis, adzan subuh berkumandang. 

Makhluk itu menghilang, semua siksaan itu telah hilang. Tubuh sang pengasuh yang melayang kini jatuh tepat di atas ranjangnya. 

"Kei!" Segera mereka menghampiri tubuh gadis itu. Yura mendekapnya dengan sangat erat. 

*

Kejadian semalam membawa trauma bagi Lian, terlebih ia akan meninggalkan anak dan istrinya pagi ini untuk pergi ke luar kota. 

"Kamu yakin gak ikut?" tanya sang suami pada istrinya. 

"Aku gak mau terjadi apa-apa sama Vanya dan Kei, Pa. Jadi, aku di sini aja," jawab Yura seraya memberikan tas kopernya pada Lian. 

Pria itu berpesan agar istrinya segera meminta tolong pada siapapun ketika mereka dalam bahaya, sedang wanita itu mengangguk paham. 

Tiba saatnya Lian harus pergi. Kepergian sang ayah disambut dengan lambaian tangan anak dan istrinya. Kini, Yura harus menghadapi sesuatu hal yang tak lazim di pikirannya. 

Waktu yang terus berjalan membawanya kembali pada malam kelam. Wanita muda itu bersama putri semata wayangnya terduduk bersantai. Vanya begitu antusias meninta ibunya untuk menceritakan sebuah dongeng Putri Cantik dan Pangeran Buruk Rupa. 

Di bawah lampu yang remang, Yura membacakan dongeng itu pada anaknya. Anak mungil itu begitu tenang mendengarnya. 

" ... Dan akhirnya, kutukan yang ada di tubuh pangeran hilang. Pangeran dan sang putri cantik hidup bahagia selamanya." 

Sang ibu muda itu kini mulai menutup buku, lalu melihat wajah Vanya yang tersenyum. 

"Aku jadi ingat sesuatu," ujar gadis kecil itu seraya mencoba mengingat sesuatu. 

"Emangnya ingat apa?" 

Sekelebat gadis baru saja melewati mereka, tampak Keinara yang berjalan ke arah dapur. 

"Kei, kamu mau kemana?" 

Gadis itu tak membalas pertanyaan dari Yura, ia terus berjalan. Ibu dan anak itu segera membuntuti perempuan manis berkulit putih itu. Langkah Keinara membawa mereka ke dapur. 

Kedua kaki dan tubuh ramping itu mematung di depan pintu menuju ke pekarangan belakang. Yura mendekatinya. 

"Kei?" Telapaknya menepuk lembut bahu sang pengasuh. 

DWAAAR! 

Wajah wanita berbaju hitam itu terperangah melihat kejadian yang tak kalah mengejutkan. Keinara dengan satu tangan kosongnya membuka pintu yang sudah dikunci sampai terlepas dan terpental sedikit jauh. Gadis itu tak sadar berjalan ke luar pekarangan yang gelap dan hanya diterangi lampu teras. 

"Keii!" seru Yura seraya berjalan cepat mengejar. 

Sang pengasuh tak sedikit pun menoleh bahkan sudah dipanggil beberapa kali. Keinara hanya mematung menghadap ke arah pohon besar tinggi menjulang, sebuah hal tak terduga dilakukan oleh gadis itu. 

Dengan mata kepalanya sendiri, Keinara melepas semua pakaiannya hingga telanjang bulat. Raganya yang bersih itu tengkurap di atas gundukan tanah besar di bawah pohon tersebut. Vanya berlari dan bersembunyi di sebalik tubuh ibunya. 

"KEINARAAA!" jerit Yura, tapi gadis itu tak mendengarnya dan terus melakukan hal aneh di atas gundukan tanah. 

Gerakannya yang seperti berrsetubuh dengan gundukan itu, suara desahan bersama erangan seorang pria tak kasat dimatanya. Segera sang nyonya menghentikannya. Digendongnya Vanya lalu berlari meminta tolong pada warga. 

Menembus gelapnya malam seraya menjerit tanpa henti berhasil membuat para warga berkumpul mengerumuninya. Dengan napasnya yang tersengal, ia menjelaskan tentang keadaan Keinara yang begitu janggal. 

"Pengasuh anak saya kesurupan lagi," ucapnya. 

Para warga mulai berjalan cepat menuju ke rumah Yura, tepatnya di pekarangan belakang rumah. Bahkan saat warga datang pun Keinara masih melakukan hal tak senonoh itu di depan mereka meski tanpa sadar. 

"Tolong pengasuh anak saya, Pak," tangisnya memohon. 

Para pria sedikit merasa ragu untuk mendekati gundukan itu, mereka seakan mengetahui hal mengerikan di dalamnya. Namun apa mau dikata, mereka harus menyelamatkan seorang gadis asing yang sedang kerasukan. 

Perlahan mereka mendekati Keinara dan gundukan itu. Dengan tiba-tiba gadis itu menoleh ke arah mereka sembari mengerang. Dari mulutnya keluar darah hitam yang begitu kental menetes hingga ke akar pepohonan yang amat besar itu. 

Matanya yang memutih menatap warga dengan raut kemarahan yang mendalam. Lengkingan tawa menggelegar menembus sunyi membuat nyali mereka menciut. Mau tak mau, mereka harus menolong Keinara. 

Di saat yang bersamaan, seorang cenayang sakti itu datang kembali tanpa ada yang mengundang. Seakan tahu apa yang terjadi, tanpa sepatah kata ia mulai menyadarkan gadis itu. 

"Dia bukan milikmu dan tempatmu bukan di sini. Keluarlah!" 

"AAAAAAAAAAAAAAA!" jerit iblis di dalam raga gadis itu, terdengar begitu kesakitan. 

Sang Cenayang terus mencengkeram kepala Keinara hingga gadis itu tak sadarkan diri, segera Yura mengambil pakaiannya kemudian para warga membawanya masuk ke dalam rumah.

Lagi dan lagi, gadis itu tersadar dengan perasaan yang bingung melihat banyak orang. 

"Kamu istirahat dulu, Kei," ucap wanita itu sambil merebahkan tubuh pengasuh anaknya.

~***~

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status