Share

BAB 6

Yura berlari kencang sambil melupakan keberadaan sang kakek misterius itu. Suara teriakan gadis itu semakin mengeras menggema di ruang-ruang rumah. 

"Kei!" jerit wanita itu mendapati Keinara tengah kerasukan. 

Dari bola matanya yang memutih, ada sebuah raut kemarahan dan rasa bangga. Gadis itu telah dikuasai sepenuhnya oleh sosok halus yang merasukinya. Sementara itu, warga yang mengantar Keinara ke rumah Vanya merasa tak kuasa menahan berat tubuh sang pengasuh cantik itu, ditambah tubuhnya terus meronta-ronta.

"LEPASIN!" jerit gadis itu sambil menepis pegangan para warga. 

Tepisan itu begitu kuat sampai-sampai para warga terpental sedikit jauh. Tubuh Keinara melayang, suara tawanya kencang membahana seperti tawa seorang pria. Ia berjalan tanpa sadar menuju ke pekarangan belakang rumah, sedang Yura dan yang lain mengikuti gadis itu. 

Perempuan muda nan cantik itu berdiri mematung menghadap pohon, kemudian berjongkok dan mencakar-cakar gundukan tanah di bawah pohon itu sambi meraung. Sekejap ia terhenti, lalu berdiri menghadap semua orang. Roh jahat yang merasuki tubuh Keinara telah mengambil keperawanan, menanggalkan pakaian gadis itu agar warga melihat betapa indahnya tubuh sang Bunga Pengasuh. 

Beberapa pasang mata mulai menutup karena tak ingin melihat aurat itu, sedang dua orang wanita segera menutup tubuh sang gadis menggunakan sehelai kain batik yang membentang.

Seorang pria yang diduga cenayang datang karena dihubungi Lian. Netra Yura menatap ke arah sang cenayang yang berpakaian sama seperti sang kakek misterius itu, tapi pria ini terlihat muda. Tanpa banyak bicara dan bertanya, pria sakti itu mulai menyadarkan Keinara. 

"AAAAAAAAA!" Teriakan kesakitan terdengar memilukan, bahkan Yura tak tega dengan keadaan pengasuh anaknya itu. 

Namun, pemandangan memilukan telah berakhir ketika tubuh Keinara lunglai dan jatuh ke tanah. 

"Cepat, bawa gadis ini sebelum roh jahat itu kembali merasuk ke tubuhnya!" titah dari Sang Cenayang. 

Gadis yang lemah tak berdaya itu kini dibawa masuk ke dalam rumah, sedang warga yang terlibat masih menunggunya sampai perempuan cantik itu tersadar dari alam lain. Keinara hanya bisa mematung saat Yura dan Lian menceritakan kejadian janggal itu. Ia tidak bisa berpikir karena seluruh pikirannya hanya terbayang oleh sosok pemuda menyeramkan yang dilihatnya di hutan itu.

Setelah peristiwa yang hampir mencelakai pengasuhnya, Yura mencoba untuk berbicara dengan suaminya. Bukan tanpa alasan, ia sangat mencemaskan putrinya dan pengasuhnya itu.

"Sekarang kamu percaya, 'kan, Pa? Kamu percaya sama apa yang dikatakan Kei?" 

Melihat istrinya ketakutan, Lian tak sedikit pun menganggap hal itu serius. 

"Omong kosong macam apa ini, Ma? Kamu itu terlalu khawatir!"

"Memang apa salahnya Mama khawatir? Kita sudah meminta anak orang untuk mengasuh putri kita dan dia hampir kehilangan nyawanya. Apa Papa gak mengkhawatirkan itu!" 

Sang suami hanya menghela napas panjang, terdiam sembari menutup bukunya. Kacamata bening yang dikenakannya dilepas. Embusan napas dan raut lelahnya yang seakan tak ingin membahas hal sama terlihat di mata Yura. 

"Sudahlah, aku gak mau bahas itu lagi," ujarnya seraya beranjak dari ruang tamu. 

Malam semakin gelap, sedikit sinar yang merambati ruang-ruang rumahnya. Keinara terpejam dalam kegelapan dan hanya lentera remang menemani tidurnya. Gadis itu sangat tenang bermimpi. 

Angin lembut mulai berembus memasuki ruang kamarnya. Seperti sesuatu tak kasat mata telah mengendap di sebalik selimut. Sang gadis manis yang tenang tidurnya kini mulai merasa tak nyaman sampai napasnya sedikit tersengal. 

"Hhhaaah ... ugh ... hhaaahhhh," desahnya. 

Suara desahan itu malah semakin membuat makhluk tak kasat mata mengeluarkan seluruh nafsunya. Napas Keinara semakin keras terdengar. Meski tak terlihat, tapi sesuatu yang memasuki kemaluannya tampak nyata. 

Keringatnya mengucur deras ke seluruh tubuhnya. Sedikit matanya terbuka, pandangannya samar namun sosok hitam itu terlihat. Semakin lama, semakin jelas sosok bayangan hitam itu. Ia menindih tubuh gadis itu, menatapnya dengan tatapan yang datar. 

Rupa yang hancur menyisakan sisi ketampanannya tak membuat sang pengasuh cantik itu tertarik. 

"AAAAAAAAAAAAA!" 

Teriakan yang begitu nyaring, memecah kesunyian rumah itu. Yura dan Lian kompak berlari menuju ke kamar Keinara. Aneh, sesampainya mereka di sana, pintu kamar gadis itu terkunci dari dalam. 

Yura tahu betul pengasuh putrinya tidak akan pernah mengunci pintu kamarnya. 

Sementara teriakan dari kamar itu terdengar menyiksa dan Lian beberapa kali mendobrak pintu. 

"Kei! Kei, buka pintunya!" seru Yura yang cemas. 

Setelah lama mencoba membuka dengan paksa, pintu itu secara tiba-tiba terbuka dengan sendirinya. Suami Yura itu terjerembab jatuh ke lantai, sedang dirinya terperangah melihat sesuatu yang tak lazim. 

~***~

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status