Wanita Kedua Tuan Marcello

Wanita Kedua Tuan Marcello

Oleh:  Melika Sun  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 Peringkat
43Bab
1.3KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Nayla Raya Sovia, mendapati dirinya terkurung di sebuah gudang tak dikenal. Padahal, hari itu adalah hari pernikahannya dengan pria yang sangat dicintainya. Tak hanya itu, di hari yang sama, Raya justru menghabiskan satu malam bersama Marcello, seorang putra dari mafia ternama! Ketika pria itu ingin bertanggungjawab, Raya terus menolaknya, hingga ia mengetahui bahwa dirinya dijebak oleh kakak tiri dan calon seuaminya. Lantas, bagaimana nasib Raya? Terlebih, Marcelo ternyata telah mencintai wanita lain sebelum dirinya?

Lihat lebih banyak
Wanita Kedua Tuan Marcello Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Chita Fasha
Ikutan Baper bacanya we... semangat thor, di tunggu bab selanjutnya
2023-03-19 19:57:37
0
43 Bab
Bab 1
"Di mana aku?"Raya mengedarkan pandangan matanya, memindai setiap sudut ruangan yang terasa begitu asing baginya, pengap, dan minim pencahayaan. Seharusnya, dia berada di kamar pengantin bersama calon suaminya. Tapi, mengapa dia justru ada di gudang seperti ini?Lalu, di mana baju pengantinnya? Mengapa dia tiba-tiba menggunakan dress merah ketat seperti yang biasa digunakan kakak tirinya?Raya mencoba mengingat apa yang terjadi, tetapi dia hanya samar mengingat sempat bertemu kakak tirinya dan berbincang sebentar."Arrgh!" Rasa sakit di kepala membuat Raya mengerang. "Tidak ... aku harus bisa keluar dari tempat ini secepatnya. Mas Rafka pasti sedang menungguku saat in!" Dengan bersusah-payah, Raya mencoba untuk bangkit begitu sadarkedua tangan dan kaki yang terikat. "Tolong! Siapapun, tolong keluarkan aku dari tempat ini!" Raya berteriak sekuat tenaga, berharap ada seseorang yang mendengar teriakannya dan tergerak hati untuk menolongnya.Sayangnya, nihil.Tak menyerah, kali ini Ra
Baca selengkapnya
Bab 2
Raya mengerjapkan kedua matanya berulang kali. Rasa sakit di sekujur tubuhnya membuat wanita muda itu meringis menahan sakit.Memegangi kepalanya yang terasa pusing, wanita itu berusaha untuk bangkit. Dengan wajah pucat dan rambut acak-acakkan."Auwh ... sa-sakit sekali." Raya semakin meringis kesakitan, begitu merasakan nyeri di bagian inti tubuhnya.Dalam sekejap mata, ingatan wanita itu kembali terlempar pada kejadian beberapa jam yang lalu."Itu pasti hanya mimpi! hanya mimpi!"Dengan tangan gemetar, Raya mencoba memeriksa keadaan tubuhnya di bawah selimut.Mata gadis itu terbelalak lebar, tubuhnya bergetar hebat. Keringat dingin langsung membasahi tubuh, manakala mendapati dirinya tidak mengenakan selembar benang pun. Tubuh polosnya hanya di tutupi selimut."Ti-tidak! Itu tidak mungkin!" Raya meracau tidak karuan. Berusaha menampik ingatan kelam yang membayang di matanya, namun sayang semua itu terpampang nyata di depannya.Raya lantas menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuh
Baca selengkapnya
Bab 3
Marcel juga sadar keadaan Raya yang tak berpakaian "layak. Dengan tangan gemetar dan keringat dingin, pria itu pun perlahan membuka selimut yang membungkus tubuh gadis itu.Meski tidak ingin melihat, tapi kedua matanya terbelalak lebar saat mendapati banyak bercak merah dan bekas gigitan di sekujur tubuh bagian atas milik wanita itu."Kamu memang bajingan Marcel! Kamu iblis!" desis Marcel memejamkan mata dan mengepalkan kedua tangannya dengan kuat. Ia tidak dapat membayangkan betapa gadis di depannya itu sangat ketakutan saat itu. Selesai memakaikan baju, Marcel bergegas membopong tubuh Raya keluar dari kamar. Dia tidak ingin membuatnya sampai terlambat membawa gadis itu ke rumah sakit."Peter!"Setengah berlari menuruni tangga, Marcel berteriak memanggil nama sang asisten.Seorang pria muda langsung datang dengan tergopoh-gopoh.Menahan rasa terkejutnya melihat sang tuan membopong tubuh seorang gadis Peter pun bertanya, "Ada apa, Tuan?""Cepat siapkan mobil!"Mendengar perintah i
Baca selengkapnya
Bab 4
Lagi, Marcel kembali melangkah keluar dengan gontai. Pria itu duduk di kursi tunggu dengan wajah kuyu dan pikiran tidak menentu.Siang nanti adalah hari pertunangannya dengan Celina, tapi hari ini dia melihat luka di wajah wanita lain karena perbuatannya."Tuan...."Marcel seketika mendongak, menatap wajah sang asisten pribadi yang berdiri di hadapannya."Ada apa?" tanya Marcel tidak bersemangat."Acara pertunangan Anda akan digelar beberapa jam lagi. Sebaiknya, Tuan segera bersiap," jawab Peter dengan hati-hati.Marcel mengusap wajahnya kasar, sedikit mendongak ke atas sembari menghela nafas panjang dengan kedua mata terpejam.Dari kecil, ia sudah dididik akan sikap tanggung jawab. Tidak mungkin ia akan membiarkan wanita yang sudah di sakiti olehnya begitu saja. Namun, bila membatalkan acara pertunangannya dengan Celina demi wanita lain, itu juga seperti lari dari tanggung jawab!"Kita bisa mengurusnya nanti. Aku akan meminta Helena untuk menanganinya terlebih dahulu. Sekarang yang
Baca selengkapnya
Bab 5
Marcel memeluk erat tubuh Raya dari belakang. Terlambat sedikit saja sudah dapat dipastikan jika Marcell akan melihat mayat wanita itu saat ini."Tolong jangan berpikir untuk mengakhiri hidup. Aku bersalah padamu. Kalau kau mengakhiri hidup, maka aku adalah orang yang paling bersalah," ucap Marcel dengan suara bergetar, penuh penyesalan.Raya sontak menangis. Tubuhnya bergetar di dalam pelukan Marcel. Rasa bersalah pria itu semakin terasa, mendengar tangis pilu yang nyaring di telinganya."Maafkan aku. Aku bersalah padamu." Bergetar suara Marcel kembali meminta maaf meski pria itu tahu bahwa berjuta kata maaf pun tidak akan mampu mengobati luka yang begitu perih dan amat membekas di hati wanita itu.Benar saja, rangis pilu itu kembali terdengar, menumpuk rasa bersalah dan penyesalan di hati Marcel.Perlahan Marcel mengurai pelukannya, memutar tubuh saling berhadapan.Terenyuh hatinya menatap wajah rapuh wanita itu. Mengabaikan tatapan membunuh yang sarat akan kebencian dari wanita di
Baca selengkapnya
Bab 6
"Tuan, luka Anda mengeluarkan darah."Marcel kembali mengenakan jas hitam yang baru saja dilepasnya, begitu mendengar perkataan Peter."Jangan perdulikan aku. Bergegaslah!" titah Marcel. Ia tidak ingin keadaanya membuat sang asisten terganggu konsentrasinya. "Bantu aku menyiapkan alasan yang tepat untuk Celina nanti.""Baik, Tuan ... Anda tidak perlu kuatir," sahut Peter.Kembali, asisten itu melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Hingga tidak lama kemudian, mereka sudah tiba kembali di depan klinik Dokter Helena."Dia terus saja mengamuk minta pulang, aku terpaksa memberinya obat penenang lagi," terang Dokter Helena, begitu melihat Marcel muncul dari balik pintu."Kau sudah melakukan yang terbaik," ucap Marcel. Langkahnya terhenti di sisi ranjang, menatap iba wanita yang sedang terlelap. Wajah pucat dengan mata sembab, sisa air mata bahkan membekas di wajahnya."Sebaiknya, kau membawanya ke Psikiater. Aku kuatir kondisi kejiwaannya semakin buruk." Dokter Helena mencoba memberi
Baca selengkapnya
Bab 7
Begitu tiba di apartemen, Peter langsung membukakan pintu untuk tuannya. Bergegas kemudian membuka pintu kamar Marcel, tidak ingin sang tuan berlama-lama menunggu.Dengan gerakan lembut Marcel membaringkan tubuh Raya ke atas tempat tidur besar miliknya. Ia pun lalu ikut membaringkan diri di samping wanita itu.Sungguh melelahkan. Tidak hanya menguras tenaga dan pikiran, bahkan seharian ini waktu Marcel habis terkuras untuk mengurus Raya."Apa yang harus aku lakukan sekarang?" gumam Marcel.Wajah kuyu itu terlihat pucat, selain karena darah yang terus merembes keluar dari lukanya, sejak pagi Marcel bahkan belum menelan sebutir makanan pun, kecuali beberapa suap makanan di rumah Celina saat acara pertunangannya sore tadi.Merasa ada pergerakan di sampingnya, Marcel langsung memutar lehernya. Pandangan mata mereka bertemu, sesaat. Tidak ingin membuat wanita itu ketakutan dengan kehadirannya, Marcel segera bangkit, lalu berdiri di sisi tempat tidur."Maaf, aku harus membawamu pulang ke ap
Baca selengkapnya
Bab 8
"Aku akan menikahimu.""Raya menengadah. Mengurai pelukan Marcel di tubuhnya. Duduk menjauh dari laki-laki itu.Tersenyum miris.Menikah?Raya kembali tergugu dalam tangis."Bahkan aku di culik tepat di hari pernikahanku, sebelum sempat mendengar suara ijab qabul dari calon suamiku."Marcel terhenyak. Mematung di tempatnya, seolah ada sebongkah batu besar yang menghimpit dadanya.Apalagi ini? Dia tidak hanya merenggut sesuatu yang begitu berharga milik wanita itu, tapi dia juga telah menghancurkan hari pernikahannya.Maaf?Marcel sudah tidak mampu lagi untuk mengucap kata maaf kepada wanita malang itu. Tapi setidaknya ia punya niat tulus untuk meminta maaf."Aku sudah menghancurkan hidupmu. Bagaimana aku bisa mengantarmu pulang?" tanya Marcel dengan suara bergetar."Kau hanya perlu mengantarku sampai di batas kota. Setelah itu, kau boleh pergi." jawab Raya, lirih.Wanita itu kemudian bangkit, melangkah seperti mayat hidup ke kamar. Membiarkan setiap langkahnya mengusik pikiran Marcel
Baca selengkapnya
Bab 9
Chiiit!Peter menginjak pedal rem secara mendadak, nyaris saja ia menabrak seekor anjing yang tiba-tiba saja melintas di depan mobilnya."Shit!"Peter mengumpat kesal."Tuan. Apakah anda baik-baik saja?" tanya Peter dengan nada cemas.Dari balik kaca spion di depannya, Peter dapat melihat jika Marcel semakin terlihat pucat. Pria itu senantiasa memejamkan matanya dengan menyandarkan kepala ke belakangDan Raya yang terbangun karna mendengar Peter mengumpat. Wanita itu kembali dibuat terkejut begitu menyadari jika dirinya sudah berpindah tempat ke dalam mobil dan berbaring di atas pangkuan Marcel.Wanita itu buru-buru bangkit lantas menggeser tubuhnya menjauh dari Marcel."Nona! Anda sudah bangun? Bisakah aku minta tolong kepadamu?" tanya Peter tanpa mengalihkan fokusnya dalam mengemudi.Raya hanya diam tidak berniat untuk menjawab pertanyaan Peter. Gadis itu lebih memilih untuk menikmati pemandangan ke luar jendela."Nona! Aku mohon! Tuan Marcel sedang tidak sehat. Bisakah kau periksa
Baca selengkapnya
Bab 10
Suasana kembali berubah hening. Tidak ada jawaban yang terlontar dari mulut Raya, sedangkan Marcel pria itu jadi merasa sangat bersalah atas apa yang telah diucapkannya barusan."Maaf," lirih Marcel.Namun Raya masih tetap diam, asyik dengan pikirannya sendiri."Apa kau tidak lapar?" tanya Marcel melirik ke arah gadis di sampingnya.Raya tidak menjawab. Gadis itu justru mengalihkan pandangan matanya keluar jendela.Marcel tidak kurang akal, mencari cara agar suasana tetap mencair."Berapa lama perjalanan yang harus kita tempuh untuk sampai ke rumahmu?" Marcel kembali bertanya. "Mungkin memakan waktu sekitar tujuh sampai 8 jam," jawab Raya tanpa mengalihkan pandangannya."Tujuh sampai delapan jam?" gumam Marcel sedikit terkejut.Saat ini waktu sudah menunjukkan jam 11 malam, Marcel berpikir mungkin mereka akan bermalam di jalan nanti.Jika tahu begini mungkin Marcel akan memilih menggunakan helikopter pribadinya daripada harus menggunakan mobil, apalagi kondisinya sedang tidak baik-b
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status