Share

Bab 2 Rumah Sakit

Seorang lelaki berwajah tampan dengan garis wajah yang tegas, hidung mancung, dan bibir tipis kemerahan sedang mengendarai mobil sportnya dengan kecepatan tinggi.

Lelaki itu memarkirkan mobilnya di lapangan parkir rumah sakit. Lalu ia berjalan dengan langkah yang besar. Rahangnya mengeras tanda kemarahannya memuncak. Lelaki itu berjalan menelusuri lorong rumah sakit.

Ingatannya berputar saat dirinya sedang memimpin rapat direksi. Saat itu sekretarisnya memberikan kabar bahwa nenek Emeline mengalami kecelakaan bersama seorang gadis dan sekarang berada di rumah sakit Kartini.

Mendengar berita tersebut, Carlo langsung menghentikan rapat yang begitu penting. Meski begitu, para petinggi direksi memaklumi kekalutan yang dirasakan Carlo selaku cucu sulung dari keluarga Keris Jaya.

‘Siapa gadis itu? atau jangan-jangan gadis murahan yang mau nenek jodohkan ke aku?" ujar Carlo di dalam hatinya ketika mengendarai mobil.

'Jika aku tahu dalang dari kecelakaan ini adalah gadis itu, maka jangan salahkan aku akan menghancurkan hidupnya' Carlo kembali bicara dalam hatinya sambil menyetir mobil menuju rumah sakit. Kini isi kepalanya hanya penuh dengan kecurigaan pada gadis itu.

Langkah besarnya kini membawa ia berdiri di depan ruang rawat inap kelas dua. Kini alam pikiran Carlo telah kembali pada kenyataan yang ada di hadapannya. Tulisan 'Ruang rawat inap' tertera di atas pintu. Carlo memandang ruangan tersebut dengan mata elangnya. Ada keinginan untuk menendang pintu ruangan itu karena rasa kesalnya.

Carlo membuka pintu ruangan itu dengan kasar. Dirinya melihat sosok gadis berambut ikal berwarna coklat dan manik mata berwarna coklat muda. Sedang terbaring dengan kondisi tangan kiri di perban dan tangan kanan di infus. Carlo sempat terdiam, melihat kecantikan alami dari gadis itu.

“Maaf, tuan siapa?” tanya Kayla dengan sopan ketika melihat seorang lelaki tidak ia kenal berada di hadapannya.

“Kamu pikir dengan cara ini aku bisa suka dengan kamu, terlalu licik cara kamu,” ucap Carlo tanpa basa-basi.

Kayla mengerutkan dahinya. Dirinya bingung dengan ucapan dari lelaki yang tidak ia kenal.

“Bapak salah orang,” ucap Kayla pelan karena dirinya baru saja sadar dari pingsan.

“Kamu pikir dengan berpura-pura polos begini, aku jadi simpati, begitu?” ucap Carlo dengan nada tingginya.

Carlo kini berjalan mendekat ke arah Kayla, namun langkah kakinya berhenti ketika suara yang ia kenal terdengar di telinganya.

“Sudah kak! cukup! Jangan buat keributan ini rumah sakit," ujar Steven sambil berjalan mendekat ke Carlo dari belakang punggungnya.

Steven sedang sibuk mengurus administrasi di ruangan nenek Emeline. Tiba-tiba ia mendapatkan telepon dari sekretaris Carlo tentang kemarahan Carlo pada seorang gadis yang dicurigai menjadi penyebab nenek mereka mengalami kecelakaan. Steven melangkahkan kakinya dengan cepat menuju ruangan Kayla.

Dugaan Steven, ternyata benar. Bahwa kakaknya menemui Kayla lalu menyerangnya dengan lisan yang pedas.

Carlo menolehkan kepalanya ke arah belakang. Terlihat sosok lelaki yang ia kenal akrab. Steven, adiknya.

“Kak lebih baik temui nenek, dia sudah sadar,” ucap Steven sambil menepuk pundak kakaknya itu.

Carlo menoleh sekilas ke arah gadis itu lalu memalingkan wajahnya. Carlo merasa urusan mereka belum selesai. Carlo dan Steven pergi meninggalkan gadis itu sendiri.

Kayla teringat dengan wanita tua yang ia selamatkan tadi, saat dua lelaki yang tidak ia kenal berada di ruangannya.

‘Apa mungkin tadi itu keluarga korban ya?’ tanya Kayla dalam hati.

Kayla mencoba turun dari tempat tidurnya dengan infus yang di dorong pelan mengikuti langkah kaki dua lelaki itu.

Kayla tidak bisa menandingi langkah kaki dua orang lelaki itu karena kondisinya yang masih belum sepenuhnya pulih.

Kayla terus mengikuti langkah kaki kedua lelaki itu yang berjalan menuju ruang rawat inap berkelas VIP. Kayla mendorong infusnya dengan pelan. Kedua lelaki itu masuk ke ruangan pertama dekat dengan ruang dokter jaga.

Carlo mendekat ke arah neneknya yang sudah seperti ibu kandungnya sendiri.

“Sayang, kenapa kamu lama sekali?” tanya nenek dengan lembut ketika tangannya di genggam oleh Carlo.

“Tadi aku-” ucapan Carlo di potong oleh Steven.

"Kak, tadi sedang mengurus proyek yang ada di luar negeri, jadi dia datangnya lebih lambat" Ucap Steven mengalihkan perhatian neneknya.

“Iya nek, Steven lambat memberi tahu aku bahwa nenek sudah sadar, tapi tidak mengapa yang penting sekarang keadaan nenek sudah membaik," ucap Carlo dengan senyuman.

Nenek Emeline membalas ucapan cucunya dengan senyuman.

"O... ya nek, aku mau tanya, kenapa nenek bisa bersama dengan seorang gadis? Atau jangan-jangan ini rencana jahat gadis itu?” tanya Carlo sambil menyipitkan matanya untuk mencari kebenaran dari mulut nenek Emeline.

“O... gadis itu ya?” tunjuk nenek ke arah ambang pintu hanya dengan lirikan mata. Ternyata Kayla telah berada di sana.

“Itu gadis yang menyelamatkan nenek, dia yang mengeluarkan nenek dari mobil. Ya tuhan! begitu cantiknya kamu. ayo! ke sini! mendekat ke nenek,” ucap nenek Emeline memerintahkan Kayla untuk mendekatinya. Carlo melihat ekspresi neneknya yang tidak ada kebohongan di dalamnya.

Dugaan Kayla benar, dua lelaki itu adalah keluarga dari nenek yang ia selamatkan. Namun muncul kebingungan di benak Kayla, tentang Carlo yang tiba-tiba marah dengannya.

Kayla mendekat ke arah nenek yang terbaring lemas di atas kasur, dengan tangan sebelah kiri di infus dan kepala di perban.

“Terima kasih banyak ya ... Jika tidak ada kamu, nenek tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi dengan nenek sekarang,” ujar nenek Emeline yang kini beralih meraih tangan kiri Kayla yang di perban. Kondisi Kayla sendiri tidak begitu baik, tangan kanannya di infus sedangkan tangan kirinya di perban.

Nenek Emeline ingat, bahwa yang menyelamatkannya hanya gadis yang ada di hadapannya ini tidak ada orang lain.

“Apa ini sakit sayang?” tanya nenek Emeline dengan raut wajah sedih sambil menggenggam tangan Kayla setelah Kayla berada di samping tempat tidurnya.

"Ini sudah di obati ...,” ucap Kayla sopan.

"Sayang, kamu boleh kok panggil nenek sebut nenek juga, nenek juga senang dengarnya," ujar nenek Emeline dengan nada lembut.

Steven dan Carlo hanya bisa menyaksikan percakapan mereka berdua.

‘Ya tuhan! aku salah menduga. Ternyata dia adalah orang yang menyelamatkan nenek’ batin Carlo sambil mengamati reaksi nenek Emeline yang senang berjumpa dengan Kayla.

“Siapa namamu sayang?” tanya nenek Emeline.

“Namaku Kayla nek,” ucap Kayla dengan lembut.

‘Akhirnya mereka tahu bahwa aku bukan orang yang ingin mencelakai orang lain,’ batin Kayla yang tahu lelaki yang marah-marah padanya tadi mungkin punya pikiran negatif terhadapnya.

Kayla ketika sampai di depan pintu ruangan sedikit mendengar pertanyaan Carlo kepada neneknya tentang kemungkinan dirinya ada niat jahat kepada sang nenek.

“Nama yang indah,” ucap nenek Emeline lalu melemparkan pandangannya ke arah Carlo. Steven juga sama melihat ke arah kakaknya itu.

“Maaf, saya tadi-” ucapan Carlo di potong kembali oleh Steven.

Steven memotong ucapan Carlo. “Maafkan kami Kay, sudah mencurigai kamu,” ujar Steven dengan senyuman manis.

Kayla merasa tersipu mendapatkan keramahan Steven. Wajahnya memerah mendengar ucapan maaf dari Steven lelaki tampan di hadapannya.

“Iya, tidak jadi masalah yang penting ke depannya kalian bisa jaga nenek kalian dengan baik,” ucap Kayla lembut.

“Dasar anak baik. Kecantikanmu bukan hanya di wajah saja, ternyata hatimu juga begitu cantik,” ujar nenek Emeline.

Kayla hanya bisa tersenyum membalas pujian dari mereka.

Nenek Emeline kemudian terdiam sejenak dan bertanya, “Sayang, apa kamu sudah menikah?”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status