“Ya siapa yang mengantar kamu tadi, kalau bukan pacar kamu, bolehlah kamu kenali ke aku. Siapa tahu dia suka dengan aku,” ujar Klara dengan mata genitnya memohon kepada Kayla.
“Dia adiknya Carlo. Ya nanti aku kenali,” ucap Kayla lalu mengeluarkan bukunya yang ada di tas.“Siapa Carlo Kay?” tanya Klara kepada Kayla.“Suami,” jawab singkat Kayla yang mengejutkan Klara.“Apa?” tanya Klara merasa ia tidak salah dengar dengan ucapan sahabatnya itu.“Ya suami,” ucap Kayla sengaja dengan wajah nahan tertawa.“Kamu serius Kay?” tanya Klara menyelidik.“Ya tidak mungkin Klara, aku sudah punya suami, kapan nikahnya coba?” tanya Kayla berbohong.“Iya juga ya,” ucap Klara yang mengiyakan ucapan Kayla.“Jadi siapa Carlo itu Kay?” tanya Klara bingung.“Pacarku,” ucap Kayla singkat.“Kapan kamu punya“Ya dari mas Carlo,” ujar Kayla santai.“Apa perintahnya?” tanya Steven dengan mata menyelidik. “Dia meminta aku datang ke perusahaannya katanya nenek ingin bertemu,” ucap Kayla.“Aku antar ya! Sekalian mau bertemu nenek,” ucap Steven.Mereka berjalan beriringan sambil mengobrol hal yang lucu sehingga Kayla tertawa lepas di hadapan Steven. Di lapangan parkir Kayla di suruh kembali menggunakan jaket Steven. Tampak wajah bahagia Kayla ketika bersama Steven.Dua puluh menit mereka menempuh perjalanan dan berakhir di lapangan parkir perusahaan. Kayla menyerahkan jaket ke Steven dan menunggu Steven meletakan helmnya.“Ayo!” ajak Steven ke Kayla.Kayla berjalan beriringan dengan Steven, sambil mengobrol tentang beberapa hal di kampus. Tak terasa mereka sudah sampai di lantai tempat CEO Carlo bekerja.Kayla dan Steven mengembangkan seny
Kayla kini telah berada di rumah sakit melihat kondisi ibunya. Kayla masuk ke dalam ruangan ibunya dan mendekap tangan ibunya yang terkujur lemas. Tangan yang biasa di gunakan untuk menggendongnya ketika masih kecil kini tangan hangat itu berubah mejadi tangan yang begitu dingin. “ Kapan ibu sehat? Kay kangen ibu!” ujar Kayla kangen dengan ibunya. Sejak operasi beberapa hari yang lalu kesehatan ibunya semakin membaik hanya saja masih harus menunggu ibunya sadar kembali. Kayla menangis di samping ibunya hingga tertidur. Kayla di bangunkan perawat yang akan memberikan obat ke ibunya. Kayla melihat jam di dinding telah menunjukkan pukul setengah enam sore. “Terima kasih sus, titip ibuku ya sus. Nanti suster bisa hubungi nomor ini saja jika ada apa-apa dengan ibuku,” ujar Kayla memberikan nomor ponselnya ke suster yang berjaga di ruang ibunya. Setelah memberikan nomor telepon baru ke suster jaga, Kayla pergi dari sana. Kayla malas mengirim pesan ke Carlo untuk menanyakan alamat rumah
Kayla dan Carlo akhirnya sampai di rumah nenek Emeline. Ketika Kayla dan Carlo mau masuk ke dalam rumah, mereka di sambut dengan beberapa pelayan dan kepala asisten rumah tangga yang telah lama bekerja di sana. Nenek Emeline ikut berada di sana untuk menyambut kedatangan mereka “Akhirnya cucu mantu ku sampai juga. Selamat datang di keluarga Keris Jaya,” ujar nenek Emeline kepada Kayla. Kayla hanya tersenyum mendengar ucapan nenek Emeline. “Kamar tuan dan nyonya sudah kami siapkan,” ujar Asisten rumah tangga kepada Carlo. “Siapkan kamar tamu, nyonya kalian akan menggunakannya,” ujar Carlo kepada asisten rumah tangganya. “Tapi sayang–” ucapan nenek di potong oleh Carlo “Apa rumah ini kekurangan kamar untuk menampung seorang wanita?” ujar Carlo kesal. “Sayangku! Asalkan kamu tahu ya, Kamar tamu belum di bersihkan. Di tambah lagi ada kerusakan di kamar mandi dan beberapa lampu mati,” ujar nenek memberi alasan. Sebenarnya hanya alasan yang di buat-buat nenek agar Carlo dan Kayla bisa
Kayla membawa dua kantong berisi pakaian ke kamar Carlo. Kayla mengetuk pintu berniat meminta izin untuk masuk namun tidak ada jawaban, lantas Kayla langsung buka pintunya.Ternyata Carlo baru selesai mandi, Kayla menelan air liurnya sambil melangkahkan kaki masuk ke dalam kamarnya. Di tutupnya pintu kamar pelan, meski terdengar decitan pintu. Carlo yang tidak melihat Kayla karena menghadap berlawanan arah langsung menoleh ke sumber suara. “Ada bajunya?” tanya Carlo serius. Kayla tidak bisa bicara. Kayla mematung melihat Carlo yang hanya menggunakan handuk di bagian pinggang. Dada bidang dan putih terlihat begitu kontras dengan handuk coklat yang ia gunakan. Mata Kayla tertuju pada bagian bawah Carlo sehingga Carlo mengikuti tatapan Kayla yang menuju bagian bawahnya.“Kamu ini, kecil-kecil tapi mesum ya,” ucap Carlo yang ikut memandang di mana Kayla memandang. Bagaimana Kayla ti
“Waw besar mas kepalanya,” ujar Kayla masih dalam keadaan mengigau.“Kay, kamu ini kenapa harus melihatnya dari alam mimpi sih? Kenapa tidak alam nyata,” ujar Carlo menepuk dahinya tidak habis pikir mimpi Kayla sampai ke arah sana. “Mas... sakit,” ujar Kayla menangis. Carlo tidak terkejut melihat Kayla menangis, ‘Sakit ya Kay? Apa lagi nyatanya? Aku janji nanti akan pelan-pelan’ ujar Carlo dalam hati. ‘Lebih baik aku banguni dia saja, jangan terlalu terlena bermimpi erotis,’ ujar Carlo dalam hati. Carlo menggoyangkan punggung Kayla. Niat jahilnya di batalkannya. Ia tidak ingin Kayla merasakan kenikmatan atau kesakitan di dalam mimpi. “Kay bangun! Kay bangun!” ujar Carlo lembut. Kayla terbangun dengan keadaan terkejut melihat Carlo sudah di dekatnya. “Maaf mas, aku ketiduran,” ujar Kayla mengelap bekas iler yang masih menempel di sisi bibirnya
Carlo keluar dari kamar mandi tidak melihat Kayla di dalam kamar. ‘Mungkin dia ke bawah makan’ pikir Carlo lalu mengambil ponselnya yang ada di meja naska. Ada pesan yang belum terbaca. Carlo segera membuka pesan yang di kirim Kayla untuk dirinya.[ Maaf mas. Mungkin aku tidak sopan. Aku pergi tanpa bicara dengan kamu atau nenek, tapi jujur aku merasa kecewa dengan diriku sendiri. Jujur tadi ada secercah harapan untuk hubungan kita yang baru berusia berapa hari. Tapi sepertinya aku salah mas. Semua kontak fisik antara kita terjadi bukan di sengaja melainkan tidak sengaja. Lebih baik kita jaga jarak saja mas. Terima kasih telah menerimaku di sana].Carlo terkejut mendapatkan pesan Kayla baru saja. Carlo baru menyadari bahwa Kayla tidak ada di rumah melainkan pergi dari rumah.“Kenapa pakai acara kabur segala ini anak!” ujar Carlo kesal lalu mengambil jaket yang ada di lemarinya. Carlo berjalan keluar rumah tanpa bicara de
Pagi telah tiba, Carlo terbangun dengan suara alarm ponselnya. Segera ia pergi ke kamar mandi dan pergi ke masjid. Meski tidak begitu alim namun Carlo selalu menyempatkan diri untuk menunaikan salat. Carlo meninggalkan Kayla yang masih tertidur di tempat tidur. Carlo teringat tengah malam ia tidak bisa melanjutkan tidur karena gerakan tidur Kayla yang begitu berantakan sehingga membuat dia tidak bisa nyenyak untuk tidur. Carlo pulang ke rumahnya dan melihat Steven sudah berpakaian rapi mau ke kampus meski waktu masih menunjukkan pukul enam pagi. “Kamu mau ke kampus ya Steven?” tanya Carlo kepada Steven. “Iya kak,” jawab Steven singkat sambil duduk di ruang keluarga. “Aku lihat kamu menggendong Kayla semalam. Aku tidak tahu apa yang terjadi antara kalian, tapi ada satu hal yang ingin aku kasih tahu kakak. Aku tidak akan pernah mundur untuk mendapatkan Kayla. Aku tidak akan mengulangi kesalahan yang d
Carlo sampai di kampus dengan mobil mewahnya, Kayla dari kejauhan melihat suaminya turun dengan ketampanan tiada tanding. Carlo melihat Kayla dari kejauhan namun Kayla memilih untuk mengalihkan penglihatannya dan berpura-pura tidak melihat.“Kay, kamu tahu tidak akan anak-anak sudah foto dosen baru kita dan di kirim di grup kampus. Coba kamu lihat,” ujar Klara. “Dosen apa maksud kamu Klara?” tanya Kayla yang kini berjalan berdampingan dengan Klara. “Dosen ekonomi dan dosen Statistik, dengar-dengar mereka bersaudara. Pantes saja tampan banget! Coba aku jadi pasangannya,” ujar Kayla sambil mengkhayal.“Ussssh, berhenti mengkhayal yang tidak jelas,” ujar Kayla lalu duduk di kantin.Kayla ada rencana mau mesan sarapan karena perutnya terasa lapar. Namun ketika ia mau pesan Carlo mendekat ke arah mereka.“Kamu bisa ke ruanganku!” ujar Carlo kepada Kayla yang baru saja mau p