Setelah pertempuran pagi ini, Carlo dan Kayla kembali membersihkan diri dan menyantap makanan yang telah di siapkan oleh orang hotel.
“Mas,” panggil Kayla sambil menyiapkan bubur ayam yang masih hangat.“Em....” Carlo hanya berkesempatan karena matanya kini tertuju dengan laptop yang ia bawa.“Mas kita istirahat dulu saja ya habis makan, aku ingin tidur! Badanku terasa remuk,” ujar Kayla yang merasa remuk badannya.“Ya Kay,” ucap Carlo singkat.Ponsel Carlo berdering dan terlihat tampilan nama Melisa di ponselnya. Dengan cepat Carlo mengangkat telepon tersebut sebelum Kayla melihatnya karena Kayla sedang sibuk dengan ponselnya sendiri.“Ya kenapa?” tanya Carlo dengan nada malas.“Kamu di mana Car. Aku kesakitan Car sekarang! Tolong Car!” ujar Melisa dengan tangisan.Carlo menghentikan aktivitasnya di laptop dan segera menutup laptopnya.“Kamu di mCarlo mengambil ponselnya dan mencari nomor Kayla di teleponnya setelah itu ia menghubungi Kayla, namun Kayla tidak mengangkat teleponnya. Carlo keluar dari kamar lalu pergi menuju resepsionis untuk mencari tahu Kayla keluar dari hotel atau hanya berjalan-jalan di halaman hotel. “Permisi—” ujar Carlo yang terputus karena Kayla memukul pundak Carlo. “Mas,” panggil Kayla. Carlo langsung memeluk Kayla dengan erat. Ada rasa takut kehilangan di hati Carlo. “Mas kenapa?” tanya Kayla yang tidak mengerti apa yang terjadi dengan suaminya. “Mas hanya takut kamu di culik atau tersesat. Jangan pergi sendirian lagi ya!” ujar Carlo sambil mencium dahi Kayla. Kayla hanya tersenyum dan mereka bersama-sama masuk ke dalam kamar hotel. Carlo menuju kamar mandi terlebih dahulu karena menyadari bau parfum Melisa sangat menyengat menempel di tubuhnya. Sedangkan Kayla mencoba m
Carlo menolehkan kepalanya sekedar melihat keberadaan Kayla yang ia pikir duduk tidak jauh darinya. Carlo terkejut melihat Kayla telah menjauh darinya dengan Steven berada di sampingnya. Carlo langsung permisi untuk menjauh dari para teman-teman lamanya itu namun tangan Carlo di tahan oleh Melisa dan di soraki oleh teman-teman lamanya. “Kalian itu pasangan yang serasi. Jadian kembali saja Car!” ujar seorang lelaki sahabat Carlo.“Aku tidak bisa terima dia, karena dia tidak mencintaiku!” ujar Carlo yang menolak ucapan teman-temannya. Dari kejauhan Kayla memperhatikan Carlo dan teman-teman lama Carlo.Carlo tahu Kayla sedang mengamatinya meski berjalan bersama Steven. “Aku tadi pergi dengan seseorang maka aku harus menemuinya dulu!” ujar Carlo bingung mau menolak ucapan teman-temannya.“Sudah! Tinggalkan saja temanmu tadi. Lagian dia terlalu kecil untuk kelas kita, iyakan teman-teman?” ujar salah sa
"Kamu pikir ini rumah bapak kamu!” ucap seorang wanita pemilik kontrakan. "Maaf tante, saya belum bisa membayar kontrakan bulan ini, tapi saya janji akan bayarnya bulan depan,” ucap Kayla sambil menunduk kan kepalanya. "Aku tidak mau menunggu terlalu lama, aku kasih kamu waktu tiga hari dari hari ini, jika kamu tidak juga membayar tunggakan dan pembayaran bulan ini, lebih baik kamu cari kontrakan lain saja,” ucap pemilik rumah kepada Kayla. Sudah sekitar 2 bulan Kayla belum membayar kontrakan karena uang yang ia dapatkan dari bekerja hanya cukup untuk membayar pengobatan ibunya yang sedang berada di rumah sakit. Setelah keributan kecil antara Kayla dengan pemilik kontrakan itu selesai, Kayla langsung mengunci pintu rumahnya dan pergi ke cafe tempat ia bekerja. Kayla berjalan dengan menggunakan payung karena saat itu hujan sudah turun. Kayla tidak memiliki kendaraan selayaknya orang pada jaman ini. Sekedar sepeda pun tidak ia miliki. Kayla hanya bisa mengandalkan kakinya dan angku
Seorang lelaki berwajah tampan dengan garis wajah yang tegas, hidung mancung, dan bibir tipis kemerahan sedang mengendarai mobil sportnya dengan kecepatan tinggi. Lelaki itu memarkirkan mobilnya di lapangan parkir rumah sakit. Lalu ia berjalan dengan langkah yang besar. Rahangnya mengeras tanda kemarahannya memuncak. Lelaki itu berjalan menelusuri lorong rumah sakit. Ingatannya berputar saat dirinya sedang memimpin rapat direksi. Saat itu sekretarisnya memberikan kabar bahwa nenek Emeline mengalami kecelakaan bersama seorang gadis dan sekarang berada di rumah sakit Kartini. Mendengar berita tersebut, Carlo langsung menghentikan rapat yang begitu penting. Meski begitu, para petinggi direksi memaklumi kekalutan yang dirasakan Carlo selaku cucu sulung dari keluarga Keris Jaya. ‘Siapa gadis itu? atau jangan-jangan gadis murahan yang mau nenek jodohkan ke aku?" ujar Carlo di dalam hatinya ketika mengendarai mobil. 'Jika aku tahu dalang dari kecelakaan ini adalah gadis itu, maka jangan
“Sayang, apa kamu sudah menikah?” Kayla terkejut mendengar pertanyaan tiba-tiba nenek Emeline. “Saya belum menikah nek,” ucap Kayla pelan namun terdengar. Nenek Emeline kembali melempar pandangannya ke arah Carlo. Wajah Carlo sedikit memerah karena kode yang di berikan oleh nenek Emeline terhadap dirinya. Nenek Emeline memberikan kode untuk mendekati Kayla. Wajah Carlo memerah hanya melihat tatapan manik mata neneknya yang bergerak memandang dirinya dan Kayla bergantian. “Kay, kamu lihat cucu sulung nenek ini,” ujar nenek Emeline menatap Carlo di sampingnya. “Dia sedang mencari pasangan hidup, tapi sayangnya dia tidak laku,” ujar sang nenek dengan mata mengejek. Manik mata hitam pekat milik Carlo membesar mendengar ucapan nenek Emeline yang mempermalukannya di depan gadis kecil ini. Kayla tertawa kecil ketika mendengar ucapan sang nenek. Pandangan Carlo tertuju pada kedua wanita yang sedang tertawa di hadapannya. Pikiran Carlo melayang pada peristiwa sebelum kecelakaan itu t
Sudah seminggu sejak keluar dari rumah sakit, Kayla tidak berjumpa dengan nenek Emeline dan cucunya. Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu. Tok – Tok “Pasti mau menagih kontrakan,” ujar Kayla yang sedang menyisir rambutnya yang basah. “Selamat pagi,” ucap Steven yang telah berada di depan pintu kontrakan Kayla. “Pak Steven,” ucap Kayla bingung. Steven meminggirkan tubuhnya ke arah kanan memberi jalan untuk seseorang di belakangnya maju. Nenek Emeline berada di belakang Steven tanpa perban di kepalanya. Kayla terkejut dengan kehadiran nenek Emeline di rumah kontrakannya. “Nenek,” ucap Kayla dengan mimik wajah terkejut. “Iya, kenapa sayang? Kamu terkejut ya?” tanya nenek Emeline dengan senyumannya. “Silakan masuk nek,” ujar Kayla mempersilahkan nenek Emeline masuk ke rumahnya sambil mendekat ke arah nenek Emeline dan meraih tangannya untuk menyalaminya. Kayla mencium tangan nenek Emeline sebagai bentuk dirinya menghormati orang yang lebih tua. Nenek Emeline masuk dan bingu
Tampak jelas wajah Kayla tanpa senyuman, bimbang dengan tawaran sang nenek. “Begini saja. Nenek jam 10 ini mau bertemu dengan dokter pribadi nenek untuk membicarakan penyakit ibumu, dan tindakan yang tepat untuk pengobatan penyakit ibumu. Jika kamu memutuskan untuk menikah dengan Carlo, maka hari ini juga kita akan melakukan tindakan dan hari ini juga kamu akan menikah dengan Carlo,” ujar nenek Emeline dengan wajah seriusnya. ‘Maaf kan nenek Kay, telah mendesak kamu di kala kamu sedang merasa kesusahan, tapi nenek lakukan semua ini demi kebaikan kamu dan demi kebaikan cucu nenek’ ujar nenek dalam hati dengan rasa sedih yang tidak ia perlihatkan. “A—Aku setuju,” ujar Kayla tanpa daya. Suara Kayla jelas terdengar serak dan matanya mulai mengeluarkan air yang tidak bisa tertampung. ‘Mungkin ini yang bisa Kay lakukan demi kesehatan ibu. Kay gagal jadi anak berbakti kepada ibu untuk tidak mengenal lelaki selagi masih belajar. Sekarang bukan sekedar mengenal... Kay akan menyerahkan hidup
“Nek, aku nanti hanya bisa mengantar kalian sampai depan perusahaan ya, tidak bisa sampai dalam. Karena kelasku sebentar lagi akan di mulai,” ucap Steven sambil memainkan ponselnya di depan mobilnya sebelum masuk ke dalam mobil. “Ya tidak apa-apa Steven. Kamu mengajar dulu saja,” ujar nenek Emeline lalu masuk ke dalam mobil. Setelah masuk ke dalam mobil mereka pun pergi menuju kantor Carlo. Steven hanya bisa mengantar Kayla dan nenek sampai pintu utama perusahaannya lalu pergi meninggali dua wanita itu. Jam menunjukkan waktu makan siang, Nenek menawarkan Kayla makan bersamanya dengan Carlo. “Kay. Nanti kita makan siang dulu ya sebelum kecatatan sipil, melakukan pendaftaran pernikahanmu,” ujar nenek. Sambil berjalan masuk ke dalam perusahaan. Di lantai dasar mereka bertemu satpam yang memberi hormat kepada mereka berdua. Kayla sebenarnya sangat bingung dengan keputusannya apakah tepat atau tidak. Kayla memutuskan untuk tidak banyak bicara. Nenek Emeline mengajak Kayla menuju lanta