"Kamu pikir ini rumah bapak kamu!” ucap seorang wanita pemilik kontrakan.
"Maaf tante, saya belum bisa membayar kontrakan bulan ini, tapi saya janji akan bayarnya bulan depan,” ucap Kayla sambil menunduk kan kepalanya."Aku tidak mau menunggu terlalu lama, aku kasih kamu waktu tiga hari dari hari ini, jika kamu tidak juga membayar tunggakan dan pembayaran bulan ini, lebih baik kamu cari kontrakan lain saja,” ucap pemilik rumah kepada Kayla.Sudah sekitar 2 bulan Kayla belum membayar kontrakan karena uang yang ia dapatkan dari bekerja hanya cukup untuk membayar pengobatan ibunya yang sedang berada di rumah sakit.Setelah keributan kecil antara Kayla dengan pemilik kontrakan itu selesai, Kayla langsung mengunci pintu rumahnya dan pergi ke cafe tempat ia bekerja. Kayla berjalan dengan menggunakan payung karena saat itu hujan sudah turun.Kayla tidak memiliki kendaraan selayaknya orang pada jaman ini. Sekedar sepeda pun tidak ia miliki. Kayla hanya bisa mengandalkan kakinya dan angkutan umum untuk bepergian.Kayla mempercepat langkah kakinya karena hujan turun semakin deras. Kayla berjalan menelusuri trotoar jalan sambil berpikir bagaimana caranya melunasi rumah sakit dan membayar kontrakan. Suara yang tidak asing terdengar di telinga Kayla sehingga mengalihkan pemikirannya. Perutnya tidak bersahabat karena sejak semalam cacing-cacing di perutnya meronta – ronta minta di isi.Kayla mencoba menahan sakit di perutnya dengan tangan sebelah kiri menekan perut sedangkan tangan sebelah kanan masih tetap dengan tugasnya yaitu memegang payung. Sebenarnya Kayla ingin hidup selayaknya orang pada umumnya yaitu makan 3 kali sehari, namun apa daya dirinya harus menghemat dan menabung untuk pengobatan ibunya dan membayar kontrakan.Jalanan begitu sepi karena hujan semakin deras. Kayla melangkahkan kakinya dengan cepat karena wajahnya kini telah basah terkena terpaan hujan yang terbawa angin. Berapa kali payungnya melayang karena begitu kuatnya angin bertiup. Kayla memutuskan untuk berteduh di depan toko yang sedang tutup. Letak toko itu tidak jauh dari keberadaannya.Angin yang kencang bertiup membuat tubuh Kayla terasa menggigil. Untung Kayla telah menyempatkan diri untuk menggunakan sweter hitam miliknya sebelum keluar rumah. Celana panjang coklat yang ia gunakan kini telah basah karena hujan yang terbawa angin. Sebagian tubuhnya telah basah karena diameter payung yang terlalu kecil.Sebenarnya halte tujuan Kayla sudah tidak begitu jauh, namun hujan yang begitu deras menyebabkan Kayla kesulitan untuk melihat jalan. Sehingga dirinya memutuskan untuk berteduh dulu.Kayla mencoba melihat ke kanan dan ke kiri jalan, tidak satu pun ada pejalan kaki sepertinya. Ketika pandangannya berhenti ke sebalah kanan jalan, dari kejauhan Kayla melihat sebuah mobil berwarna merah sedang melaju dengan kecepatan tinggi dan dalam posisi tidak terkendali. Dwaaaarrr....Dentuman hebat terdengar ketika mobil tersebut menabrak trotoar jalan yang berada lima meter dari tempat ia berdiri.“Astagfirullah” ucap Kayla terkejut melihat peristiwa kecelakaan tersebut.Kayla melangkahkan kakinya mendekat ke arah mobil merah yang menabrak trotoar.Tin... tin... tin... Suara klakson beriringan dengan alarm mobil terdengar nyaring di telinga Kayla.Kayla kini telah dekat dengan mobil merah yang telah berasap, dengan bumper depan yang telah penyok. Kayla semakin mempercepat langkahnya, lebih mendekat untuk menolong orang yang menjadi korban.Asap yang begitu tebal membuat Kayla kesulitan melihat pengemudi. Kayla mengintip ke jendela kaca pengemudi dan dia hanya melihat ada seorang wanita.Kayla mencoba mengetuk kaca mobil untuk membangunkan wanita tersebut, namun tidak ada reaksi dari wanita itu.“Ibu! Bangun! Ibu! Bangun!” pekik Kayla dari depan kaca jendela mobil.Kayla menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari pertolongan tapi tidak menemukan orang yang sedang lewat.Kayla mencoba menyetopi mobil yang melaju dari arah berlawanan untuk minta pertolongan.“Permisi, tolong,” ujar Kayla menyetopi mobil sedan hitam yang melaju lambat.“Kamu mau cari mati apa?” ujar lelaki tua itu kepada Kayla yang menghalangi jalannya.“Tolong saya pak, di sana ada kecelakaan,” ujar Kayla menunjuk ke mobil merah yang telah penuh dengan asap.“Saya bukan ambulans atau pemadam kebakaran. Sudah minggir sana, saya mau lewat. Dasar cewek gila,” ucap lelaki tua itu dengan nada tinggi.Tin! Tin! Suara klakson dari mobil sedan hitam itu membuat Kayla meminggirkan tubuhnya agar tidak menghalangi lelaki tua itu mengendarai mobil.Wajah Kayla terlihat sedih. Tidak ada yang mau menolongnya hanya kemarahan orang-orang saja yang ia dapatkan.Kayla heran, kenapa begitu sedikit orang baik di dunia ini. Kayla kembali ke mobil merah itu, lalu ia mengambil batu pecahan trotoar dan memukulkannya di kaca mobil itu dengan sekuat-kuatnya. Hasilnya kaca jendela mobil itu hanya pecah di bagian atas.Kayla memasukkan tangannya ke bagian yang pecah untuk meraih tombol kunci yang berada di bagian dalam mobil. Akibat dari kenekatannya, tangan kirinya terluka dan berdarah karena serpihan kaca yang menggores dan menusuk tangannya. Darah itu mengalir begitu banyak karena beberapa serpihan kaca telah menancap di tangannya. Kayla hanya bisa menahan rasa sakit itu, keinginannya lebih kuat di bandingkan rasa sakitnya.Perjuangannya berbuah manis karena jari tengahnya telah menyentuh tombol kunci yang berada di dalam mobil. Kayla berusaha menekan tombol kunci itu, pada akhirnya pintu pengemudi terbuka.“Alhamdulillah!” seru Kayla.“Ibu, bangun,” panggil Kayla sambil menepuk-nepuk pipi wanita yang tidak sadarkan diri di atas setir mobil.Mata wanita itu terbuka dan ada senyuman sekilas yang di berikan wanita itu.“Tolong ...,” ucap wanita itu lalu kembali pingsan.Kayla kembali membangunkan wanita itu dengan tangan sebelah kanannya. Payung yang tadinya masih di pegangnya kini di lepaskannya sembarang. Kayla meraih tas wanita itu dan berulang kali menggoyang-goyangkan tubuh wanita itu agar cepat sadar, namun usahanya nihil karena wanita itu tetap tidak sadarkan diri.“Ayolah, ibu bangun,” ucap Kayla sekali lagi membangunkan wanita yang tidak ia kenal ini.Kayla memapah wanita yang sedang pingsan itu keluar dari mobilnya. Dengan tertatih-tatih Kayla membawa wanita yang berusia 65 tahun itu menuju halte yang tidak jauh dari keberadaan mereka. Kayla tidak peduli dengan tangannya yang berumur darah. Hujan yang deras menyebabkan darah tergenang di jalanan.“Bu! Bangun, saya mohon,” ucap Kayla sambil memapah wanita tersebut.Kayla berjalan dengan tertatih-tatih karena tubuh wanita yang pantas dia panggil nenek itu cukup berat. Tubuh Kayla bergetar kuat karena kedinginan dan darah yang keluar cukup banyak.“Ya tuhan ... kuatkanlah aku ...,” ujar Kayla ketika tubuhnya kembali terhuyun. Kayla berusaha menahan getaran pada dirinya. Berapa kali tubuh mereka hampir jatuh, karena tubuh Kayla yang mulai melemah.Air mata Kayla kini menetes deras menahan sakit di tangannya. Kayla menggigit bibirnya, berusaha agar tidak menjerit kesakitan sambil memapah wanita itu.Jeri payah yang ia lakukan berakhir dengan keberhasilan, mereka sampai di halte. Kayla menidurkan tubuh wanita itu di kursi halte dan meraih tas wanita itu yang ia bawa.“Maaf ya ibu, tasnya saya buka,” ujar Kayla yang masih mempertahankan kesopanannya meski pandangannya mulai kabur.Kayla mengambil ponsel yang ada di dalam tas wanita itu lalu ia menekan beberapa nomor yang bertujuan memanggil ambulans. Kesadaran Kayla mulai melemah ketika sambungan telepon tersebut terhubung.“Tolong di jalan Batu jajar, ada kecelakaan,” ucap Kayla lalu pingsan dengan ponsel wanita itu terjatuh didekatnya.Seorang lelaki berwajah tampan dengan garis wajah yang tegas, hidung mancung, dan bibir tipis kemerahan sedang mengendarai mobil sportnya dengan kecepatan tinggi. Lelaki itu memarkirkan mobilnya di lapangan parkir rumah sakit. Lalu ia berjalan dengan langkah yang besar. Rahangnya mengeras tanda kemarahannya memuncak. Lelaki itu berjalan menelusuri lorong rumah sakit. Ingatannya berputar saat dirinya sedang memimpin rapat direksi. Saat itu sekretarisnya memberikan kabar bahwa nenek Emeline mengalami kecelakaan bersama seorang gadis dan sekarang berada di rumah sakit Kartini. Mendengar berita tersebut, Carlo langsung menghentikan rapat yang begitu penting. Meski begitu, para petinggi direksi memaklumi kekalutan yang dirasakan Carlo selaku cucu sulung dari keluarga Keris Jaya. ‘Siapa gadis itu? atau jangan-jangan gadis murahan yang mau nenek jodohkan ke aku?" ujar Carlo di dalam hatinya ketika mengendarai mobil. 'Jika aku tahu dalang dari kecelakaan ini adalah gadis itu, maka jangan
“Sayang, apa kamu sudah menikah?” Kayla terkejut mendengar pertanyaan tiba-tiba nenek Emeline. “Saya belum menikah nek,” ucap Kayla pelan namun terdengar. Nenek Emeline kembali melempar pandangannya ke arah Carlo. Wajah Carlo sedikit memerah karena kode yang di berikan oleh nenek Emeline terhadap dirinya. Nenek Emeline memberikan kode untuk mendekati Kayla. Wajah Carlo memerah hanya melihat tatapan manik mata neneknya yang bergerak memandang dirinya dan Kayla bergantian. “Kay, kamu lihat cucu sulung nenek ini,” ujar nenek Emeline menatap Carlo di sampingnya. “Dia sedang mencari pasangan hidup, tapi sayangnya dia tidak laku,” ujar sang nenek dengan mata mengejek. Manik mata hitam pekat milik Carlo membesar mendengar ucapan nenek Emeline yang mempermalukannya di depan gadis kecil ini. Kayla tertawa kecil ketika mendengar ucapan sang nenek. Pandangan Carlo tertuju pada kedua wanita yang sedang tertawa di hadapannya. Pikiran Carlo melayang pada peristiwa sebelum kecelakaan itu t
Sudah seminggu sejak keluar dari rumah sakit, Kayla tidak berjumpa dengan nenek Emeline dan cucunya. Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu. Tok – Tok “Pasti mau menagih kontrakan,” ujar Kayla yang sedang menyisir rambutnya yang basah. “Selamat pagi,” ucap Steven yang telah berada di depan pintu kontrakan Kayla. “Pak Steven,” ucap Kayla bingung. Steven meminggirkan tubuhnya ke arah kanan memberi jalan untuk seseorang di belakangnya maju. Nenek Emeline berada di belakang Steven tanpa perban di kepalanya. Kayla terkejut dengan kehadiran nenek Emeline di rumah kontrakannya. “Nenek,” ucap Kayla dengan mimik wajah terkejut. “Iya, kenapa sayang? Kamu terkejut ya?” tanya nenek Emeline dengan senyumannya. “Silakan masuk nek,” ujar Kayla mempersilahkan nenek Emeline masuk ke rumahnya sambil mendekat ke arah nenek Emeline dan meraih tangannya untuk menyalaminya. Kayla mencium tangan nenek Emeline sebagai bentuk dirinya menghormati orang yang lebih tua. Nenek Emeline masuk dan bingu
Tampak jelas wajah Kayla tanpa senyuman, bimbang dengan tawaran sang nenek. “Begini saja. Nenek jam 10 ini mau bertemu dengan dokter pribadi nenek untuk membicarakan penyakit ibumu, dan tindakan yang tepat untuk pengobatan penyakit ibumu. Jika kamu memutuskan untuk menikah dengan Carlo, maka hari ini juga kita akan melakukan tindakan dan hari ini juga kamu akan menikah dengan Carlo,” ujar nenek Emeline dengan wajah seriusnya. ‘Maaf kan nenek Kay, telah mendesak kamu di kala kamu sedang merasa kesusahan, tapi nenek lakukan semua ini demi kebaikan kamu dan demi kebaikan cucu nenek’ ujar nenek dalam hati dengan rasa sedih yang tidak ia perlihatkan. “A—Aku setuju,” ujar Kayla tanpa daya. Suara Kayla jelas terdengar serak dan matanya mulai mengeluarkan air yang tidak bisa tertampung. ‘Mungkin ini yang bisa Kay lakukan demi kesehatan ibu. Kay gagal jadi anak berbakti kepada ibu untuk tidak mengenal lelaki selagi masih belajar. Sekarang bukan sekedar mengenal... Kay akan menyerahkan hidup
“Nek, aku nanti hanya bisa mengantar kalian sampai depan perusahaan ya, tidak bisa sampai dalam. Karena kelasku sebentar lagi akan di mulai,” ucap Steven sambil memainkan ponselnya di depan mobilnya sebelum masuk ke dalam mobil. “Ya tidak apa-apa Steven. Kamu mengajar dulu saja,” ujar nenek Emeline lalu masuk ke dalam mobil. Setelah masuk ke dalam mobil mereka pun pergi menuju kantor Carlo. Steven hanya bisa mengantar Kayla dan nenek sampai pintu utama perusahaannya lalu pergi meninggali dua wanita itu. Jam menunjukkan waktu makan siang, Nenek menawarkan Kayla makan bersamanya dengan Carlo. “Kay. Nanti kita makan siang dulu ya sebelum kecatatan sipil, melakukan pendaftaran pernikahanmu,” ujar nenek. Sambil berjalan masuk ke dalam perusahaan. Di lantai dasar mereka bertemu satpam yang memberi hormat kepada mereka berdua. Kayla sebenarnya sangat bingung dengan keputusannya apakah tepat atau tidak. Kayla memutuskan untuk tidak banyak bicara. Nenek Emeline mengajak Kayla menuju lanta
Setelah 30 menit di perjalanan, akhirnya sampai juga di sebuah rumah makan jepang. Kayla dari kaca mobil melihat interior bergaya jepang menghias halaman dan rumah makan tersebut. "Ayo turun!" ujar Carlo yang membukakan pintu mobil. Kayla terpana dengan ketampanan pria yang ada di hadapannya, meski lebih dewasa darinya lelaki di hadapannya itu memiliki wajah yang begitu tampan sehingga bisa menggoda hati seorang wanita. Kayla baru ini mengamati wajah Carlo dengan jarak yang kurang dari 100cm. "Kamu lihat apa? ayo turun!" ucap Carlo dengan sebelah alis di angkatnya. "Em... tidak bisa melihat orang senang sebentar," rutuk Kayla dengan bibir yang hampir bisa di kuncit. Nenek yang telah berada di luar mobil tersenyum melihat perilaku mereka yang menurut nenek cepat atau lambat akan menyatu. Setelah Kayla keluar, Carlo berjalan mendahului Kayla dan menggandeng sang nenek yang telah berjalan lebih dahulu di depan. "Silakan masuk ibu" ucap seorang pelayan wanita dengan intonasi suara y
Kayla memanggil taksi untuk pergi ke kontrakan lamanya, dia membayar taksi dengan uang yang Carlo kasihkan. Sedangkan Carlo kembali ke kantornya menggunakan mobilnya sendiri.Sesampainya di kontrakan Kayla segera membereskan beberapa baju dia dan ibunya. Total koper yang ia bawa ada 3 koper. Barang yang lain ia tinggalkan karena milik tuan rumah. Kayla sejenak membaringkan dirinya di atas kasur, di bukanya ponselnya lalu di lihatnya ada pemberitahuan bahwa ada pesan WA dari nomor yang tidak ia kenal.“Simpan nomor ini...suamimu.” Pesan itu singkat namun bisa membuat Kayla tersenyum.Meski sikap dingin Carlo yang seperti Drakula namun dia sebenarnya baik hati.Kayla ingin membayar tunggakan kontrakannya sebelum ia pergi namun uang yang di kasih oleh Carlo tidak cukup untuk membayar tunggakan tersebut.Sambil memejamkan matanya Kayla berpikir apa dia harus menggunakan ATM Carlo untuk memba
Carlo memejamkan matanya sejenak. 10 menit kemudian Carlo merasa ada embusan nafas yang harum menerpa wajahnya. Carlo merasa seperti sedang mimpi, tangannya meraih tengkuk leher seseorang yang ada di hadapannya, dengan mata yang masih tertutup Carlo mencoba mendekatkan wajahnya ke arah sumber keharuman yang ia cium. Di tempelkannya bibirnya ke bibir seseorang yang ada di hadapannya. Rasa lembut dan manis dari bibir seseorang di hadapannya sangat terasa. Tangan kiri Carlo mulai liar meraba pinggul seseorang di hadapannya. Kayla terkejut dengan perilaku Carlo yang telah di luar batas. Kayla menggigit bibir Carlo hingga berdarah. Carlo yang mendapatkan gigitan itu langsung tersadar dan mendorong Kayla menjauh darinya. “Aduh!” teriak Kayla yang terjatuh di lantai. “Apa-apaan sih kamu ini,” ucap Carlo marah. “Hay! Mas! Yang harus marah itu aku, bukan kamu. Yang korban itu aku bukan kamu,” ucap Kayla yang mulai berdiri dari