Share

Pernikahan Rahasia dengan Istri Kecilku
Pernikahan Rahasia dengan Istri Kecilku
Author: ELIZA

Bab 1 Kecelakaan

"Kamu pikir ini rumah bapak kamu!” ucap seorang wanita pemilik kontrakan.

"Maaf tante, saya belum bisa membayar kontrakan bulan ini, tapi saya janji akan bayarnya bulan depan,” ucap Kayla sambil menunduk kan kepalanya.

"Aku tidak mau menunggu terlalu lama, aku kasih kamu waktu tiga hari dari hari ini, jika kamu tidak juga membayar tunggakan dan pembayaran bulan ini, lebih baik kamu cari kontrakan lain saja,” ucap pemilik rumah kepada Kayla.

Sudah sekitar 2 bulan Kayla belum membayar kontrakan karena uang yang ia dapatkan dari bekerja hanya cukup untuk membayar pengobatan ibunya yang sedang berada di rumah sakit.

Setelah keributan kecil antara Kayla dengan pemilik kontrakan itu selesai, Kayla langsung mengunci pintu rumahnya dan pergi ke cafe tempat ia bekerja. Kayla berjalan dengan menggunakan payung karena saat itu hujan sudah turun.

Kayla tidak memiliki kendaraan selayaknya orang pada jaman ini. Sekedar sepeda pun tidak ia miliki. Kayla hanya bisa mengandalkan kakinya dan angkutan umum untuk bepergian.

Kayla mempercepat langkah kakinya karena hujan turun semakin deras. Kayla berjalan menelusuri trotoar jalan sambil berpikir bagaimana caranya melunasi rumah sakit dan membayar kontrakan. Suara yang tidak asing terdengar di telinga Kayla sehingga mengalihkan pemikirannya. Perutnya tidak bersahabat karena sejak semalam cacing-cacing di perutnya meronta – ronta minta di isi.

Kayla mencoba menahan sakit di perutnya dengan tangan sebelah kiri menekan perut sedangkan tangan sebelah kanan masih tetap dengan tugasnya yaitu memegang payung. Sebenarnya Kayla ingin hidup selayaknya orang pada umumnya yaitu makan 3 kali sehari, namun apa daya dirinya harus menghemat dan menabung untuk pengobatan ibunya dan membayar kontrakan.

Jalanan begitu sepi karena hujan semakin deras. Kayla melangkahkan kakinya dengan cepat karena wajahnya kini telah basah terkena terpaan hujan yang terbawa angin. Berapa kali payungnya melayang karena begitu kuatnya angin bertiup. Kayla memutuskan untuk berteduh di depan toko yang sedang tutup. Letak toko itu tidak jauh dari keberadaannya.

Angin yang kencang bertiup membuat tubuh Kayla terasa menggigil. Untung Kayla telah menyempatkan diri untuk menggunakan sweter hitam miliknya sebelum keluar rumah. Celana panjang coklat yang ia gunakan kini telah basah karena hujan yang terbawa angin. Sebagian tubuhnya telah basah karena diameter payung yang terlalu kecil.

Sebenarnya halte tujuan Kayla sudah tidak begitu jauh, namun hujan yang begitu deras menyebabkan Kayla kesulitan untuk melihat jalan. Sehingga dirinya memutuskan untuk berteduh dulu.

Kayla mencoba melihat ke kanan dan ke kiri jalan, tidak satu pun ada pejalan kaki sepertinya. Ketika pandangannya berhenti ke sebalah kanan jalan, dari kejauhan Kayla melihat sebuah mobil berwarna merah sedang melaju dengan kecepatan tinggi dan dalam posisi tidak terkendali.

Dwaaaarrr....

Dentuman hebat terdengar ketika mobil tersebut menabrak trotoar jalan yang berada lima meter dari tempat ia berdiri.

“Astagfirullah” ucap Kayla terkejut melihat peristiwa kecelakaan tersebut.

Kayla melangkahkan kakinya mendekat ke arah mobil merah yang menabrak trotoar.

Tin... tin... tin... Suara klakson beriringan dengan alarm mobil terdengar nyaring di telinga Kayla.

Kayla kini telah dekat dengan mobil merah yang telah berasap, dengan bumper depan yang telah penyok. Kayla semakin mempercepat langkahnya, lebih mendekat untuk menolong orang yang menjadi korban.

Asap yang begitu tebal membuat Kayla kesulitan melihat pengemudi. Kayla mengintip ke jendela kaca pengemudi dan dia hanya melihat ada seorang wanita.

Kayla mencoba mengetuk kaca mobil untuk membangunkan wanita tersebut, namun tidak ada reaksi dari wanita itu.

“Ibu! Bangun! Ibu! Bangun!” pekik Kayla dari depan kaca jendela mobil.

Kayla menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari pertolongan tapi tidak menemukan orang yang sedang lewat.

Kayla mencoba menyetopi mobil yang melaju dari arah berlawanan untuk minta pertolongan.

“Permisi, tolong,” ujar Kayla menyetopi mobil sedan hitam yang melaju lambat.

“Kamu mau cari mati apa?” ujar lelaki tua itu kepada Kayla yang menghalangi jalannya.

“Tolong saya pak, di sana ada kecelakaan,” ujar Kayla menunjuk ke mobil merah yang telah penuh dengan asap.

“Saya bukan ambulans atau pemadam kebakaran. Sudah minggir sana, saya mau lewat. Dasar cewek gila,” ucap lelaki tua itu dengan nada tinggi.

Tin! Tin! Suara klakson dari mobil sedan hitam itu membuat Kayla meminggirkan tubuhnya agar tidak menghalangi lelaki tua itu mengendarai mobil.

Wajah Kayla terlihat sedih. Tidak ada yang mau menolongnya hanya kemarahan orang-orang saja yang ia dapatkan.

Kayla heran, kenapa begitu sedikit orang baik di dunia ini. Kayla kembali ke mobil merah itu, lalu ia mengambil batu pecahan trotoar dan memukulkannya di kaca mobil itu dengan sekuat-kuatnya. Hasilnya kaca jendela mobil itu hanya pecah di bagian atas.

Kayla memasukkan tangannya ke bagian yang pecah untuk meraih tombol kunci yang berada di bagian dalam mobil. Akibat dari kenekatannya, tangan kirinya terluka dan berdarah karena serpihan kaca yang menggores dan menusuk tangannya. Darah itu mengalir begitu banyak karena beberapa serpihan kaca telah menancap di tangannya. Kayla hanya bisa menahan rasa sakit itu, keinginannya lebih kuat di bandingkan rasa sakitnya.

Perjuangannya berbuah manis karena jari tengahnya telah menyentuh tombol kunci yang berada di dalam mobil. Kayla berusaha menekan tombol kunci itu, pada akhirnya pintu pengemudi terbuka.

“Alhamdulillah!” seru Kayla.

“Ibu, bangun,” panggil Kayla sambil menepuk-nepuk pipi wanita yang tidak sadarkan diri di atas setir mobil.

Mata wanita itu terbuka dan ada senyuman sekilas yang di berikan wanita itu.

“Tolong ...,” ucap wanita itu lalu kembali pingsan.

Kayla kembali membangunkan wanita itu dengan tangan sebelah kanannya. Payung yang tadinya masih di pegangnya kini di lepaskannya sembarang. Kayla meraih tas wanita itu dan berulang kali menggoyang-goyangkan tubuh wanita itu agar cepat sadar, namun usahanya nihil karena wanita itu tetap tidak sadarkan diri.

“Ayolah, ibu bangun,” ucap Kayla sekali lagi membangunkan wanita yang tidak ia kenal ini.

Kayla memapah wanita yang sedang pingsan itu keluar dari mobilnya. Dengan tertatih-tatih Kayla membawa wanita yang berusia 65 tahun itu menuju halte yang tidak jauh dari keberadaan mereka. Kayla tidak peduli dengan tangannya yang berumur darah. Hujan yang deras menyebabkan darah tergenang di jalanan.

“Bu! Bangun, saya mohon,” ucap Kayla sambil memapah wanita tersebut.

Kayla berjalan dengan tertatih-tatih karena tubuh wanita yang pantas dia panggil nenek itu cukup berat. Tubuh Kayla bergetar kuat karena kedinginan dan darah yang keluar cukup banyak.

“Ya tuhan ... kuatkanlah aku ...,” ujar Kayla ketika tubuhnya kembali terhuyun. Kayla berusaha menahan getaran pada dirinya. Berapa kali tubuh mereka hampir jatuh, karena tubuh Kayla yang mulai melemah.

Air mata Kayla kini menetes deras menahan sakit di tangannya. Kayla menggigit bibirnya, berusaha agar tidak menjerit kesakitan sambil memapah wanita itu.

Jeri payah yang ia lakukan berakhir dengan keberhasilan, mereka sampai di halte. Kayla menidurkan tubuh wanita itu di kursi halte dan meraih tas wanita itu yang ia bawa.

“Maaf ya ibu, tasnya saya buka,” ujar Kayla yang masih mempertahankan kesopanannya meski pandangannya mulai kabur.

Kayla mengambil ponsel yang ada di dalam tas wanita itu lalu ia menekan beberapa nomor yang bertujuan memanggil ambulans. Kesadaran Kayla mulai melemah ketika sambungan telepon tersebut terhubung.

“Tolong di jalan Batu jajar, ada kecelakaan,” ucap Kayla lalu pingsan dengan ponsel wanita itu terjatuh didekatnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status