Share

Bab 3 Keinginan nenek

“Sayang, apa kamu sudah menikah?”

Kayla terkejut mendengar pertanyaan tiba-tiba nenek Emeline.

“Saya belum menikah nek,” ucap Kayla pelan namun terdengar.

Nenek Emeline kembali melempar pandangannya ke arah Carlo.

Wajah Carlo sedikit memerah karena kode yang di berikan oleh nenek Emeline terhadap dirinya.

Nenek Emeline memberikan kode untuk mendekati Kayla. Wajah Carlo memerah hanya melihat tatapan manik mata neneknya yang bergerak memandang dirinya dan Kayla bergantian.

“Kay, kamu lihat cucu sulung nenek ini,” ujar nenek Emeline menatap Carlo di sampingnya.

“Dia sedang mencari pasangan hidup, tapi sayangnya dia tidak laku,” ujar sang nenek dengan mata mengejek.

Manik mata hitam pekat milik Carlo membesar mendengar ucapan nenek Emeline yang mempermalukannya di depan gadis kecil ini.

Kayla tertawa kecil ketika mendengar ucapan sang nenek.

Pandangan Carlo tertuju pada kedua wanita yang sedang tertawa di hadapannya.

Pikiran Carlo melayang pada peristiwa sebelum kecelakaan itu terjadi. Nenek Emeline sedang mengemudi menuju kantor Carlo untuk menjodohkan cucunya itu dengan cucu sahabatnya. Namun penolakan keras di lakukan Carlo di telepon.

“Sudahlah nek! Aku lelah nenek paksa untuk berkencan dengan banyak wanita,” ucap Carlo di telepon.

“Kamu itu sudah tidak muda lagi Carlo. Nenek cuma ingin menggendong cicit,” ucap nenek membalas penolakan Carlo.

“Ya aku tahu aku tidak muda lagi, tapi itu urusanku nek. Bukan urusan nenek. Nenek urusi saja kehidupan nenek! Berhenti urusi kehidupanku,” ucap Carlo dengan nada tingginya.

Carlo begitu penat atas perjodohan yang di lakukan oleh neneknya. Mendengar ungkapan Carlo yang begitu kasar, hati nenek Emeline terluka dan ia tidak fokus mengendarai mobil yang telah melaju dengan kecepatan tinggi. Kecelakaan itu akhirnya terjadi.

Carlo memandang dua wanita yang ada di hadapannya dengan tatapan bersalah.

“Kay untuk membalas kebaikan kamu, maukah kamu menerima Carlo menjadi suamimu?” tanya nenek Emeline dengan mata memohon.

Kayla terkejut mendengar ucapan nenek Emeline. Kayla melemparkan pandangannya ke Carlo yang sedang melamun.

“Carlo, kamu maukan menikahi Kayla?” tanya nenek Emeline yang merasa Kayla butuh jawaban dari Carlo.

Steven yang melihat kakaknya hanya diam, langsung menepuk pundak Carlo.

“Kak. Nenek bertanya padamu,” ucap Steven sambil menunjuk ke arah nenek dengan lirikan matanya.

“Maaf, tadi kalian sedang membicarakan apa?” tanya Carlo yang tidak mendengar pembicaraan Kayla dan nenek melainkan sibuk dengan pikirannya sendiri.

“Wajar belum ada yang mau dengan kamu!” ujar sang nenek dengan tatapan mengejek Carlo karena tidak memperhatikan pembicaraannya.

“Maaf nek, aku lagi banyak pikiran,” ucap Carlo mempertahankan harga dirinya.

“Bagaimana dengan kamu, sayang? Mau ya!” tanya nenek Emeline dengan mata memohon.

“Nek. Maaf ya, aku belum punya keinginan untuk menikah, nenek jangan marah ya,” ucap Kayla yakin atas keputusannya.

“Ya sudah kalian saling kenal dulu saja, lebih cepat ambil keputusan menikah akan lebih baik,” ujar nenek Emeline.

Carlo tidak mampu menolak keinginan neneknya karena ia tidak ingin neneknya bersedih seperti sebelum kecelakaan itu.

“Maaf nek. Aku tidak ingin nenek kecewa, tapi aku pikir pak Carlo pantas mendapatkan wanita yang lebih baik dariku,” ujar Kayla menolak secara halus.

‘Aneh banget keinginan nenek ini, sangat tidak mungkinlah aku menikah dengan orang asing,’ ujar Kayla dalam hati.

“Nenek jangan merasa keberatan atas bantuan yang aku berikan. Aku tulus, ikhlas, menolong nenek saat itu. jadi nenek jangan merasa berhutang budi dengan aku," ucap Kayla sambil tersenyum.

"Tapi nenek ingin punya cucu mantu seperti kamu. Kay," ujar nenek dengan sorot mata yang penuh kesedihan.

" Nenek bisa menganggap aku sebagai cucu nenek sendiri, tanpa harus menikah," ujar Kayla dengan senyuman yang mebuat semua orang di sana tenang.

“Tapi sayang-” ucapan nenek di hentikan oleh perawat yang datang ke ruangan mereka.

“Permisi, ini sudah waktunya istirahat bagi pasien,” ucap perawat memperingatkan waktu istirahat mereka.

"Kay, nanti kita harus sering bertemu ya!" ujar nenek sambil menepuk-nepuk tangan Kayla yang ada di genggamannya.

Kayla hanya bisa tersenyum mendengar keinginan nenek.

“Carlo antar Kayla ke ruangannya!” perintah nenek Emeline ke Carlo.

“Iya,” ucap Carlo singkat.

Carlo mengantar Kayla masuk menuju ruangannya.

Sedangkan Steven tetap di ruangan neneknya sambil mengetik beberapa tulisan di laptopnya sebagai bahan mengajarnya.

Di perjalanan menuju ruangan Kayla. Carlo menawarkan dirinya untuk membawakan infus yang di dorong oleh Kayla.

Kayla menerimanya karena dirinya merasa lelah mendorong infus tersebut.

“Kenapa kamu bisa bertemu dengan nenek?” tanya Carlo di perjalanan menuju ruangan Kayla.

“Aku tidak sengaja melihat kecelakaan yang terjadi tidak jauh dari tempat aku berteduh,” ucap Kayla jujur.

“Terus, kenapa kamu mengambil keputusan untuk menyelamatkan nenek, bahkan rela melukai diri kamu sendiri?” tanya Carlo sambil melirik ke tangan Kayla yang di perban.

“Aku tidak banyak berpikir ketika menyelamatkan nyawa orang,” ujar Kayla jujur.

Carlo melihat Kayla jujur dengan ucapannya. Ada senyuman di wajah Carlo yang tidak terlihat oleh Kayla.

“Aku mau minta maaf,” ucap Carlo kecil namun tetap terdengar.

“Atas kemarahan bapak yang tidak jelas?” tanya Kayla.

“Ya bisa di katakan begitu” ucap Carlo.

“Bagaimana? Kamu mau maafkan aku?” tanya Carlo dengan tatapan memohonnya.

“Sudah aku maafkan kok,” ujar Kayla.

Ada senyuman yang terlukis di wajah Kayla.

“Ternyata benar kata nenek. Kamu cantik apa lagi sedang tersenyum,” puji Carlo kepada Kayla.

“Ya tuhan! Bapak puji saya karena tadi marah-marah tidak jelas kan?” tanya Kayla dengan alis yang di naikinya.

“Tidak ada hubungannya dengan kemarahanku tadi, aku serius kamu cantik jika tersenyum,” ujar kali ini berhenti melangkah dan menatap Kayla.

Kayla yang menerima tatapan itu menunduk malu karena dia tidak percaya ucapan lelaki di hadapannya.

‘Mungkin dia tidak enak hati makanya dia puji aku. Kayla! Kamu jangan terlalu percaya diri,’ ujar Kayla dalam hati.

“Ayo kita terusi jalannya!” ujar Carlo setelah beberapa detik berhenti untuk memandang wajah Kayla.

Tidak terasa mereka telah sampai di ruang Kayla. Carlo membantu Kayla membuka pintu ruangan dan membantu Kayla meletakkan infus dalam posisi di samping tempat tidurnya.

“Kamu istirahatlah terlebih dahulu. Saya pergi dulu,” ucap Carlo sambil membalikkan tubuhnya lalu melangkahkan kakinya keluar ruangan. Baru tiga langkah Carlo melangkahkan kakinya, terdengar suara Kayla memanggilnya.

“Pak!” panggil Kayla.

Carlo pun menolehkan kepalanya kearah Kayla, ditatapnya gadis kecil yang telah terbaring di tempat tidur.

“Terima kasih atas bantuannya,” ucap Kayla ketika melihat Carlo telah menghadap ke arahnya.

Carlo hanya tersenyum membalas ucapan terima kasih dari Kayla lalu pergi dari ruangan itu.

Kayla tersenyum sendiri ketika teringat pujian yang baru saja Carlo ucapan untuknya.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status