“Nek, aku nanti hanya bisa mengantar kalian sampai depan perusahaan ya, tidak bisa sampai dalam. Karena kelasku sebentar lagi akan di mulai,” ucap Steven sambil memainkan ponselnya di depan mobilnya sebelum masuk ke dalam mobil.
“Ya tidak apa-apa Steven. Kamu mengajar dulu saja,” ujar nenek Emeline lalu masuk ke dalam mobil.Setelah masuk ke dalam mobil mereka pun pergi menuju kantor Carlo. Steven hanya bisa mengantar Kayla dan nenek sampai pintu utama perusahaannya lalu pergi meninggali dua wanita itu.Jam menunjukkan waktu makan siang, Nenek menawarkan Kayla makan bersamanya dengan Carlo.“Kay. Nanti kita makan siang dulu ya sebelum kecatatan sipil, melakukan pendaftaran pernikahanmu,” ujar nenek. Sambil berjalan masuk ke dalam perusahaan. Di lantai dasar mereka bertemu satpam yang memberi hormat kepada mereka berdua.Kayla sebenarnya sangat bingung dengan keputusannya apakah tepat atau tidak. Kayla memutuskan untuk tidak banyak bicara.Nenek Emeline mengajak Kayla menuju lantai terakhir yaitu lantai 35. Di lantai itu tidak ada ruangan hanya ada satu ruangan yang besar yaitu ruangan CEO mereka.“Selamat siang. Bapak ada?” tanya nenek kepada asisten Carlo yang sedang sibuk mengetik di laptop.Di depan ruangan Carlo terdapat meja besar dengan laptop di atasnya. Sekretaris akan selalu siap di sana, menunggu perintah dari Carlo.“Nenek. Apakah nenek sehat?” tanya sekretaris Carlo basa-basi sambil menekan beberapa nomor di telepon kabel yang ada di mejanya."Sehat," jawab nenek singkat.“Permisi pak, ada nenek sedang berkunjung,” ucap Pandi tanpa memberitahukan ada gadis yang mendamping nenek.“Suruh masuk,” ucap Carlo yang terdengar oleh nenek dan Kayla karena berada di sana."Kata bapak, silakan masuk," ucap Sekretaris itu sambil berdiri memberi hormat ke nenek.Nenek pun berjalan mendekat ke pintu ruangan Carlo.“Ayo! Kay,” ucap nenek kepada Kayla yang tidak berjalan masuk ke ruangan melainkan mematung di depan ruangan Carlo.Kayla hanya bisa mengangguk mendengar ajakan nenek Emeline.Nenek membuka pintu besar yang dominan dengan warna abu-abu. Kayla melangkahkan kakinya menyusul nenek yang telah masuk ke dalam ruangan Carlo.Deg- Deg-Deg.Suara detak jantung Kayla tidak menentu karena mereka akan membahas sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan Kayla. Sesuatu yang sangat mempengaruhi perubahan dalam kehidupan Kayla kelak.Mata tajam itu sedang menyorot tubuh mungil milik Kayla yang berdiri tidak jauh dari nenek Emeline.“Kenapa nenek ke sini?” tanya Carlo dengan wajah datar.“Ada yang ingin nenek sampaikan ke kamu,” ucap nenek sambil duduk di sofa yang ada di ruangan itu.“Silakan duduk,” ucap Carlo kepada Kayla yang mematung di depan pintu.Kayla berjalan menuju sofa dan langsung duduk bersampingan dengan nenek. Sedangkan Carlo duduk berhadapan dengan Kayla.“Kenapa kamu juga kesini?” tanya Carlo kepada Kayla dengan sorot mata elangnya.“Aku—” suara serak Kayla terdengar jelas. Ada keraguan yang terdengar di suaranya.“Nenek sengaja mengajak Kayla karena dia terlibat dalam hal ini,” ujar nenek yang membuat Carlo bingung.“Nenek. Langsung saja ngomong apa yang ingin nenek bahas dengan aku,” ujar Carlo kepada nenek.“Carlo. Nenek sudah meminta Kayla untuk jadi istrimu,” ucap nenek dengan santai.“Nenek jangan bercanda,” ujar Carlo ketawa getir sambil mengalihkan pandangannya ke jendela kaca berukuran besar yang berada di samping sofa.“Nenek tidak bercanda Carlo! Nenek tidak ingin kalian menunda-nunda pernikahan. Jadi nenek putuskan kamu dengan Kayla hari ini harus ke catatan sipil untuk mendaftarkan pernikahan dan ke KUA untuk ijab kabul,” ujar nenek Emeline dengan nada tegas.Kayla yang menunduk selama pembicaraan, kini berusaha mencuri pandang ke arah Carlo. Dari nada bicara Carlo terlihat tidak senang namun dirinya masih penasaran dengan ekspresi Carlo.Mata tajam itu seperti sedang mengincar mangsa. Bulu kuduk Kayla naik membayangkan kemarahan Carlo. Namun ajaibnya Carlo tidak marah sama sekali. Dia hanya diam.“Baiklah, namun ini kesepakatan aku ke nenek dan kamu Kayla,” ujar Carlo dengan wajah serius.“Aku tidak akan menyentuh dia sebelum aku jatuh cinta dengan dia dan nenek jangan berharap besar dari hubungan yang di paksa ini,” ujar Carlo dengan pandangan mengejek ke Kayla.'Aku pikir dia gadis yang polos. Tidak sama dengan wanita lain di luar sana ternyata aku salah, dia sama dengan wanita lain yang memiliki pikiran licik. Dia tahu nenek sedang mencari pasangan untukku. Dia memanfaatkan nenek demi keuntungan pribadinya. Lihatlah permainan apa yang akan kamu mainkan, aku akan menjadi orang pertama yang akan menghancurimu,’ ujar Carlo mengutuk gadis yang ada di hadapannya dalam hati.“Kamu Kay! jangan berharap lebih dari pernikahan kita ini,” ujar Carlo dengan nada dingin dan tatapan mengejek.Kayla tidak bisa melawan Carlo karena Kayla merasa keputusannya menerima pernikahan ini tidak tepat.“Terserah kamu Carlo. Nenek punya keyakinan berbeda dengan kamu. Nenek yakin kamu akan segera punya anak dari dia,” ucap Nenek sambil menahan senyum.“Ya sudah, kita makan dulu. Nenek lapar!” ujar nenek ke pada Carlo dan Kayla sambil menggosok perutnya sendiri.“Nenek mau makan di mana?” tanya Carlo.“Ya makan di luar saja, sekalian nanti habis makan kita bisa ke catatan sipil dan KUA,” ujar nenek santai.Mereka bertiga akhirnya melangkah keluar dari ruangan menuju parkir mobil, untuk berangkat bersama menuju rumah makan kesukaan nenek.Kayla duduk di bagian penumpang bersama dengan nenek.“Kamu akan beruntung sayang bisa berjumpa dengan Kayla. Nenek tidak mau kehilangan kesempatan emas ini,” ujar nenek dengan wajah bahagia sambil menatap Kayla lembut.Carlo hanya berdehem mendengar penjelasan nenek.'Apa keputusanku salah? Mengorbankan orang lain demi pengobatan ibuku,’ ujar Kayla di dalam hati merasa bersalah.Carlo diam-diam melirik Kayla dari kaca spion dalam mobil. Di lihatnya gadis itu sedang memandang ke luar jendela dengan mata sendu, seperti ada kesedihan di tatapannya.Kayla merasa seperti ada yang mengamatinya sehingga Kayla menoleh ke arah depan tepatnya ke arah kaca spion itu. Mata mereka bertemu dalam hitungan detik.Kayla mengalihkan pandangannya keluar jendela. Nenek Emeline menyadari apa yang terjadi antara mereka. Nenek Emeline hanya bisa tersenyum melihat perilaku mereka.“Kay, kamu punya pacar tidak? Jika ada aku ingin kamu putusi dia. Aku tidak ingin istriku selingkuh,” ucap Carlo mengejutkan Kayla.Mata Kayla membulat mendengar ucapan Carlo yang kekanak-kanakan.“Kenapa kamu diam, jangan-jangan banyak!” tambah Carlo yang sengaja mengintimidasi Kayla.“Aku tidak punya pacar pak,” saut Kayla tegas.“Bisakah kamu berhenti panggil aku bapak! Aku bukan bapakmu,” ucap Carlo kesal di panggil bapak oleh Kayla.“Jadi mau di panggil apa? Kakak juga,” tanya Kayla dengan lantang.“Kenapa ada kata juga? Jangan – jangan ada orang lain yang meminta kamu memanggilnya selain bapak juga ya? Siapa orang itu?” Carlo menghujani Kayla dengan pertanyaan.“Ternyata bapak cerewet juga ya!” ucap Kayla kesal karena di hujani pertanyaan.“Ya wajarlah! kamu sebentar lagi akan menjadi istriku,” ujar Carlo kesal.“Sudah! Sudah! bisa berhenti tidak, jangan ribut lagi,” ucap nenek Emeline menghentikan keributan antara Kayla dengan Carlo.“Jadi siapa? Kay,” tanya Carlo sambil menyetir.“Kak Steven” ucap Kayla singkat.“Itu anak maksudnya apa coba? uh ” tanya Carlo namun tidak ada yg menjawab.“Panggil aku mas saja jangan kakak,” ujar Carlo yang tidak ingin disamakan dengan Steven.Setelah 30 menit di perjalanan, akhirnya sampai juga di sebuah rumah makan jepang. Kayla dari kaca mobil melihat interior bergaya jepang menghias halaman dan rumah makan tersebut. "Ayo turun!" ujar Carlo yang membukakan pintu mobil. Kayla terpana dengan ketampanan pria yang ada di hadapannya, meski lebih dewasa darinya lelaki di hadapannya itu memiliki wajah yang begitu tampan sehingga bisa menggoda hati seorang wanita. Kayla baru ini mengamati wajah Carlo dengan jarak yang kurang dari 100cm. "Kamu lihat apa? ayo turun!" ucap Carlo dengan sebelah alis di angkatnya. "Em... tidak bisa melihat orang senang sebentar," rutuk Kayla dengan bibir yang hampir bisa di kuncit. Nenek yang telah berada di luar mobil tersenyum melihat perilaku mereka yang menurut nenek cepat atau lambat akan menyatu. Setelah Kayla keluar, Carlo berjalan mendahului Kayla dan menggandeng sang nenek yang telah berjalan lebih dahulu di depan. "Silakan masuk ibu" ucap seorang pelayan wanita dengan intonasi suara y
Kayla memanggil taksi untuk pergi ke kontrakan lamanya, dia membayar taksi dengan uang yang Carlo kasihkan. Sedangkan Carlo kembali ke kantornya menggunakan mobilnya sendiri.Sesampainya di kontrakan Kayla segera membereskan beberapa baju dia dan ibunya. Total koper yang ia bawa ada 3 koper. Barang yang lain ia tinggalkan karena milik tuan rumah. Kayla sejenak membaringkan dirinya di atas kasur, di bukanya ponselnya lalu di lihatnya ada pemberitahuan bahwa ada pesan WA dari nomor yang tidak ia kenal.“Simpan nomor ini...suamimu.” Pesan itu singkat namun bisa membuat Kayla tersenyum.Meski sikap dingin Carlo yang seperti Drakula namun dia sebenarnya baik hati.Kayla ingin membayar tunggakan kontrakannya sebelum ia pergi namun uang yang di kasih oleh Carlo tidak cukup untuk membayar tunggakan tersebut.Sambil memejamkan matanya Kayla berpikir apa dia harus menggunakan ATM Carlo untuk memba
Carlo memejamkan matanya sejenak. 10 menit kemudian Carlo merasa ada embusan nafas yang harum menerpa wajahnya. Carlo merasa seperti sedang mimpi, tangannya meraih tengkuk leher seseorang yang ada di hadapannya, dengan mata yang masih tertutup Carlo mencoba mendekatkan wajahnya ke arah sumber keharuman yang ia cium. Di tempelkannya bibirnya ke bibir seseorang yang ada di hadapannya. Rasa lembut dan manis dari bibir seseorang di hadapannya sangat terasa. Tangan kiri Carlo mulai liar meraba pinggul seseorang di hadapannya. Kayla terkejut dengan perilaku Carlo yang telah di luar batas. Kayla menggigit bibir Carlo hingga berdarah. Carlo yang mendapatkan gigitan itu langsung tersadar dan mendorong Kayla menjauh darinya. “Aduh!” teriak Kayla yang terjatuh di lantai. “Apa-apaan sih kamu ini,” ucap Carlo marah. “Hay! Mas! Yang harus marah itu aku, bukan kamu. Yang korban itu aku bukan kamu,” ucap Kayla yang mulai berdiri dari
“Ya siapa yang mengantar kamu tadi, kalau bukan pacar kamu, bolehlah kamu kenali ke aku. Siapa tahu dia suka dengan aku,” ujar Klara dengan mata genitnya memohon kepada Kayla. “Dia adiknya Carlo. Ya nanti aku kenali,” ucap Kayla lalu mengeluarkan bukunya yang ada di tas. “Siapa Carlo Kay?” tanya Klara kepada Kayla. “Suami,” jawab singkat Kayla yang mengejutkan Klara. “Apa?” tanya Klara merasa ia tidak salah dengar dengan ucapan sahabatnya itu.“Ya suami,” ucap Kayla sengaja dengan wajah nahan tertawa. “Kamu serius Kay?” tanya Klara menyelidik.“Ya tidak mungkin Klara, aku sudah punya suami, kapan nikahnya coba?” tanya Kayla berbohong.“Iya juga ya,” ucap Klara yang mengiyakan ucapan Kayla.“Jadi siapa Carlo itu Kay?” tanya Klara bingung.“Pacarku,” ucap Kayla singkat.“Kapan kamu punya
“Ya dari mas Carlo,” ujar Kayla santai.“Apa perintahnya?” tanya Steven dengan mata menyelidik. “Dia meminta aku datang ke perusahaannya katanya nenek ingin bertemu,” ucap Kayla.“Aku antar ya! Sekalian mau bertemu nenek,” ucap Steven.Mereka berjalan beriringan sambil mengobrol hal yang lucu sehingga Kayla tertawa lepas di hadapan Steven. Di lapangan parkir Kayla di suruh kembali menggunakan jaket Steven. Tampak wajah bahagia Kayla ketika bersama Steven.Dua puluh menit mereka menempuh perjalanan dan berakhir di lapangan parkir perusahaan. Kayla menyerahkan jaket ke Steven dan menunggu Steven meletakan helmnya.“Ayo!” ajak Steven ke Kayla.Kayla berjalan beriringan dengan Steven, sambil mengobrol tentang beberapa hal di kampus. Tak terasa mereka sudah sampai di lantai tempat CEO Carlo bekerja.Kayla dan Steven mengembangkan seny
Kayla kini telah berada di rumah sakit melihat kondisi ibunya. Kayla masuk ke dalam ruangan ibunya dan mendekap tangan ibunya yang terkujur lemas. Tangan yang biasa di gunakan untuk menggendongnya ketika masih kecil kini tangan hangat itu berubah mejadi tangan yang begitu dingin. “ Kapan ibu sehat? Kay kangen ibu!” ujar Kayla kangen dengan ibunya. Sejak operasi beberapa hari yang lalu kesehatan ibunya semakin membaik hanya saja masih harus menunggu ibunya sadar kembali. Kayla menangis di samping ibunya hingga tertidur. Kayla di bangunkan perawat yang akan memberikan obat ke ibunya. Kayla melihat jam di dinding telah menunjukkan pukul setengah enam sore. “Terima kasih sus, titip ibuku ya sus. Nanti suster bisa hubungi nomor ini saja jika ada apa-apa dengan ibuku,” ujar Kayla memberikan nomor ponselnya ke suster yang berjaga di ruang ibunya. Setelah memberikan nomor telepon baru ke suster jaga, Kayla pergi dari sana. Kayla malas mengirim pesan ke Carlo untuk menanyakan alamat rumah
Kayla dan Carlo akhirnya sampai di rumah nenek Emeline. Ketika Kayla dan Carlo mau masuk ke dalam rumah, mereka di sambut dengan beberapa pelayan dan kepala asisten rumah tangga yang telah lama bekerja di sana. Nenek Emeline ikut berada di sana untuk menyambut kedatangan mereka “Akhirnya cucu mantu ku sampai juga. Selamat datang di keluarga Keris Jaya,” ujar nenek Emeline kepada Kayla. Kayla hanya tersenyum mendengar ucapan nenek Emeline. “Kamar tuan dan nyonya sudah kami siapkan,” ujar Asisten rumah tangga kepada Carlo. “Siapkan kamar tamu, nyonya kalian akan menggunakannya,” ujar Carlo kepada asisten rumah tangganya. “Tapi sayang–” ucapan nenek di potong oleh Carlo “Apa rumah ini kekurangan kamar untuk menampung seorang wanita?” ujar Carlo kesal. “Sayangku! Asalkan kamu tahu ya, Kamar tamu belum di bersihkan. Di tambah lagi ada kerusakan di kamar mandi dan beberapa lampu mati,” ujar nenek memberi alasan. Sebenarnya hanya alasan yang di buat-buat nenek agar Carlo dan Kayla bisa
Kayla membawa dua kantong berisi pakaian ke kamar Carlo. Kayla mengetuk pintu berniat meminta izin untuk masuk namun tidak ada jawaban, lantas Kayla langsung buka pintunya.Ternyata Carlo baru selesai mandi, Kayla menelan air liurnya sambil melangkahkan kaki masuk ke dalam kamarnya. Di tutupnya pintu kamar pelan, meski terdengar decitan pintu. Carlo yang tidak melihat Kayla karena menghadap berlawanan arah langsung menoleh ke sumber suara. “Ada bajunya?” tanya Carlo serius. Kayla tidak bisa bicara. Kayla mematung melihat Carlo yang hanya menggunakan handuk di bagian pinggang. Dada bidang dan putih terlihat begitu kontras dengan handuk coklat yang ia gunakan. Mata Kayla tertuju pada bagian bawah Carlo sehingga Carlo mengikuti tatapan Kayla yang menuju bagian bawahnya.“Kamu ini, kecil-kecil tapi mesum ya,” ucap Carlo yang ikut memandang di mana Kayla memandang. Bagaimana Kayla ti