Share

Bab 5 Rumah sakit.

Tampak jelas wajah Kayla tanpa senyuman, bimbang dengan tawaran sang nenek.

“Begini saja. Nenek jam 10 ini mau bertemu dengan dokter pribadi nenek untuk membicarakan penyakit ibumu, dan tindakan yang tepat untuk pengobatan penyakit ibumu. Jika kamu memutuskan untuk menikah dengan Carlo, maka hari ini juga kita akan melakukan tindakan dan hari ini juga kamu akan menikah dengan Carlo,” ujar nenek Emeline dengan wajah seriusnya.

‘Maaf kan nenek Kay, telah mendesak kamu di kala kamu sedang merasa kesusahan, tapi nenek lakukan semua ini demi kebaikan kamu dan demi kebaikan cucu nenek’ ujar nenek dalam hati dengan rasa sedih yang tidak ia perlihatkan.

“A—Aku setuju,” ujar Kayla tanpa daya. Suara Kayla jelas terdengar serak dan matanya mulai mengeluarkan air yang tidak bisa tertampung.

‘Mungkin ini yang bisa Kay lakukan demi kesehatan ibu. Kay gagal jadi anak berbakti kepada ibu untuk tidak mengenal lelaki selagi masih belajar. Sekarang bukan sekedar mengenal... Kay akan menyerahkan hidup Kay kepada dia,’ Jerit hati Kayla sambil menangis.

Di tutupnya matanya dengan kedua telapak tangannya. Nenek Emeline yang melihat gadis kecil ini menangis, langsung memeluk Kayla dan mengelus-ngelus punggungnya.

“Nenek yakin! Pilihanmu sangat tepat Kay,” ujar nenek.

“Ya nek! Terima kasih,” ucap Kayla yang menangis sejadi-jadinya di pelukan sang nenek.

Ada kehangatan yang nenek berikan kepada Kayla. ‘Setidaknya aku bisa mendapat seorang nenek’ ujar Kayla dalam hati menghibur dirinya.

Selesai menangis, Kayla dan nenek menuju lobi rumah sakit. Ternyata di sana, dokter pribadi nenek sudah menunggu mereka.

Mereka duduk di kursi tunggu itu sambil mengobrol, nenek Emeline membantu Kayla menceritakan tentang penyakit ibunya yang pernah di sampaikan dokter kepadanya.

“Jika ceritanya begitu, saya sarankan harus segera di operasi. Lebih baik ke Rumah sakit Siloam di sana peralatannya lengkap. Saya akan hubungi rekan-rekan saya yang beroperasi di bidang specialis jantung. Siang ini kita bisa urus perpindahan pasien dan akan segera di lakukan operasi besar. Biasanya operasi berjalan 13 jam, jadi mohon persiapannya” ujar dokter pribadi nenek.

"Data ibumu harus segera di kirim ke rumah sakit Siloam. Biar nanti aku urus semua," ujar Doter pribadi

“Bagaimana baiknya saja dok,” ujar Kayla.

“Kamu jangan khawatir,” ujar nenek menenangkan Kayla.

“Terima kasih nek,” ucap Kayla.

“Sama-sama sayang. Bagaimana jika kita ke kantor Carlo. Kita akan mengurus pernikahanmu dengan dia hari ini,” ujar nenek.

“Jika pak Carlo tidak mau menikah denganku bagaimana nek?” ujar Kayla mencari alasan untuk menunda pernikahan.

“Jika dia tidak mau maka nenek akan coret dia dari kartu keluarga,” ujar nenek.

“Siapa nek yang mau di coret dari KK?” tanya Steven dengan memegang dua cangkir kopi.

“Itu kakak kamu,” jawab nenek asal.

Steven mengerutkan dahinya bingung. Dia tidak terlalu paham dengan pembicaraan dua wanita yang ada di hadapannya sekarang karena dia dari tadi mengantre membeli kopi susu.

“Maaf nek lama,” ujar Steven kembali sambil memberikan gelas yang berisi kopi susu ke nenek.

“Terima kasih kak,” ucap Kayla menerima secangkir kopi susu.

Ada senyuman kehangatan dari Steven. Kayla membalas senyuman itu.

“Nek. Kayla permisi ke kamar mandi dulu ya,” ujar Kayla yang ingin mencuci wajahnya sebelum bertemu dengan Carlo.

Kayla sadar matanya kini akan terlihat sembab karena menangis. Kayla menuju Kamar mandi dan sesampainya di dalam toilet wanita, Kayla memandangi wajahnya di kaca wastafel. Di toilet begitu sepi, hanya ada dirinya saja di dalam.

Kayla memandang tubuh kurusnya di kaca yang begitu besar itu. Di dekatkannya wajahnya di kaca dan benar terlihat jelas matanya telah membengkak. Kayla menyalakan air di kran dan beberapa kali menyiram wajahnya.

‘Sebentar lagi kamu akan menjadi istri dari orang kaya, dan kamu akan kehilangan identitas kamu yang seperti ini,’ ujar Kayla di dalam hati sambil menepuk-nepuk pipinya yang basah dengan kedua tangannya.

“Uh...” suara embusan nafas yang keluar dengan panjang.

Jantung Kayla sudah tidak menentu karena dia sudah membuat keputusan yang akan menyebabkan perubahan dalam kehidupannya.

Di sisi lain Steven yang berada di ruang tunggu bersama nenek sedang mengobrol.

“Kenapa nenek begitu menyukai Kayla?” tanya Steven kepada nenek.

“ Karena dia anak yang baik,” ujar nenek menatap wajah Steven.

“Aku tidak yakin,” ujar Steven dengan mata menyelidik.

“Apa yang ada di pikiranmu Steven?” tanya nenek dengan nada curiga.

“Aku tahu nenek, kenapa nenek memaksa dia menikahi kakak?” tanya Steven dengan mata yang menyipit ingin menyelidiki yang sebenarnya terjadi.

“Aku hanya ingin kakakmu segera menikah dengan gadis yang baik,” ujar nenek jujur namun pandangannya kini di alihkan ke Kayla yang terlihat dari kejauhan berjalan mendekat ke mereka.

“Aku hanya ingin mengingatkan ke nenek jangan memanfaatkan kebaikan dia. Apalagi sampai menyakiti dia. Aku akan melindunginya,” ujar Steven yang sebenarnya memiliki perasaan kepada Kayla namun ia juga menyayangi neneknya dan ingin mewujudkan keinginan nenek.

“Aku lebih mengetahui segalanya dibandingkan dirimu, jadi nenek mohon kamu jangan pernah merusak rencana nenek ini,” ujar nenek Emeline sebelum Kayla semakin mendekat ke mereka.

Kayla telah kembali bergabung dengan Steven dan nenek.

“ Bagaimana Kay? Kita berangkat ke kantor Carlo!” ujar nenek dengan lembut kepada Kayla.

Kayla mengangguk yang berarti mengiyakan ucapan sang nenek. Mereka pun melangkahkan kakinya keluar dari rumah sakit.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status