Kayla memanggil taksi untuk pergi ke kontrakan lamanya, dia membayar taksi dengan uang yang Carlo kasihkan. Sedangkan Carlo kembali ke kantornya menggunakan mobilnya sendiri.
Sesampainya di kontrakan Kayla segera membereskan beberapa baju dia dan ibunya. Total koper yang ia bawa ada 3 koper. Barang yang lain ia tinggalkan karena milik tuan rumah.Kayla sejenak membaringkan dirinya di atas kasur, di bukanya ponselnya lalu di lihatnya ada pemberitahuan bahwa ada pesan WA dari nomor yang tidak ia kenal.“Simpan nomor ini...suamimu.” Pesan itu singkat namun bisa membuat Kayla tersenyum.Meski sikap dingin Carlo yang seperti Drakula namun dia sebenarnya baik hati.Kayla ingin membayar tunggakan kontrakannya sebelum ia pergi namun uang yang di kasih oleh Carlo tidak cukup untuk membayar tunggakan tersebut.Sambil memejamkan matanya Kayla berpikir apa dia harus menggunakan ATM Carlo untuk membayar kontrakan?.Kepala Kayla menggeleng untuk menekankan kata tidak pada dirinya sendiri.Kayla ingin melupakan sejenak masalah hidupnya sehingga ia memutuskan untuk memejamkan matanya. Namun ketika ia baru tertidur tiba-tiba ada ketukan yang berasal dari pintu.“Uh... tuhan! Kenapa sulit untuk sekedar istirahat” ujar Kayla meracau sendiri.Dengan rasa malas ia bukakan pintu kontrakannya. Ternyata Carlo berada di hadapannya dengan setelan jas hitam dan kemeja putih, Carlo tampak memandangi kontrakan yang berukuran 3x6 meter itu. Di belakang Carlo ada seorang wanita pemilik kontrakan.“Bukannya mas ada rapat di kantor, sekarang kenapa kesini?” ujar Kayla bingung.“Aku kasihan kamu sendirian ambil barang-barang di kontrakan, jadi aku punya maksud ingin membantu kamu” ujar Carlo.“O begitu, silakan masuk!” ucap Kayla. Ada rasa pusing di kepalanya namun Kayla memilih untuk menahannya.“Kay ... Kamu sudah nikahkan sekarang, Tante ikut bahagia, terima kasih sudah tinggal di sini.” Ucap Pemilik kontrakan ramah menyela ucapan mereka."Tunggakannya" Kata-kata itu selalu ada di otak Kayla."Sudah di bayar suamimu. Ya sudah tante tinggal ya. Kalau sudah selesai beres-beres kamu boleh kok pergi, kunci tinggalkan saja di bawah pot.” Ucap pemilik rumah yang mengerti keadaan pengantin baru.Kayla masih diam di tempat. Dia masih merasa semua seperti mimpi.“Mas mau minum atau makan-makanan yang tadi di bungkus?” tanya Kayla kepada Carlo. Carlo tidak menjawab pertanyaan Kayla malah sibuk mengamati isi rumah Kayla.‘Bagaimana mereka bertahan di tempat kumuh ini’ Batin Carlo yang melihat isi kontrakan Kayla yang sangat sederhana."Mas! Mau minum tidak?" tanya Kayla dengan nada yang lebih tinggi sehingga menyadari Carlo dari lamunannya. Carlo menggelengkan kepalanya menandakan ia tidak ingin minum.Kayla mengunci kembali pintu rumahnya lalu kembali ke tempat tidur. Ia tidak mengambil pusing dengan kehadiran lelaki asing tersebut karena ia tahu lelaki itu tidak akan menyentuhnya. Kayla membaringkan kembali tubuhnya di atas tempat tidur.“Mas tahu dari mana aku tinggal di sini?” tanya Kayla kepada Carlo dengan suara lembutnya.“Tahu dari ponselmu, mas sudah pasang GPS di ponselmu. Jadi kamu tidak bisa kabur,” ucap Carlo setengah bercanda.Carlo menyadari bahwa Kayla dalam keadaan tidak sehat maka ia sengaja mengundur rapatnya untuk menemani gadis kecilnya itu."Kamu niat mau pindah atau mau tidur?.” Tanya Carlo yang membuat Kayla membuat Kayla membuka mata kembali meski telah terpejam beberapa detik."Aku lelah mas, boleh aku memejamkan mata sebentar?” tanya Kayla lemas.Kayla sendiri tidak mengerti kenapa dirinya merasa lemas dan mengantuk. Carlo mendengar ucapan itu langsung mendekati Kayla dan tangannya menyentuh dahi wanita yang telah tertidur."Kita ke rumah sakit ya," ucap Carlo namun tidak di dengar oleh Kayla.Carlo membawa semua koper punya Kayla dan menyusunnya di bagasi mobilnya. Lalu ia kembali ke dalam rumah dan menggendong gadis cantik yang telah menjadi istrinya itu.Carlo meletakan Kayla yang tertidur di kursi penumpang, di baringkannya tubuh Kayla dengan pelan dan lembut. Carlo merasa dia harus bersikap seperti suaminya selama 1 tahun.“Aku tidak sedang khawatir dengan dia. Aku hanya berusaha menjadi lelaki yang bertanggung jawab.” Ucap Carlo memberikan alasan kepada dirinya sendiri atas tindakannya kepada Kayla.Carlo mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang ke rumah sakit terdekat. Setelah sampai di rumah sakit Carlo segera membawa Kayla ke IGD dan di periksa oleh dokter yang sedang berjaga.Kayla ternyata tidak memiliki penyakit serius, hanya kelelahan dan kurang gizi. Carlo yang mendengarnya merasa kasihan, dokter memberikan beberapa vitamin untuk di konsumsi oleh Kayla.Setelah menghabiskan dua kantong infus, Kayla sadar dan melihat Carlo yang kini tertidur di sofa. Hari sudah semakin larut. Carlo tertidur dengan tangan menutupi matanya. Kayla yang melihatnya tersenyum meski ia tahu semua yang di lakukan Carlo adalah unsur kasihan. Kayla memejamkan matanya kembali karena ia ingin istirahat sebelum ia aktif bekerja di kemudian hari.Pagi pun telah kembali hadir, matahari kali ini lebih cepat terbit. Kayla kini sudah berada di kamar mandi untuk mengganti pakaian yang di belikan Carlo karena sadar Kayla tidak punya pakaian yang bagus. Sebenarnya Carlo bisa saja mengambil beberapa pakaian Kayla di kopernya namun Carlo takut di bilang lancang, Carlo memesan pakaian dalam dan pakaian luar untuk Kayla melalui asistennya.Kayla yang selesai dari kamar mandi, di bawakan Carlo mukena dan sajadah dari masjid yang ia pinjam untuk Kayla salat subuh. Meski tidak memiliki status orang alim dalam beragama tapi Carlo tidak pernah tinggal salat lima waktu.Setelah memberikan mukena dan sajadah, Kayla mengambil air wudu, lalu melaksanakan salatnya. Carlo yang telah terlebih dahulu salat di masjid, tersenyum melihat Kayla menggunakan mukena dan dengan khusuk memulai salat. Kayla di perbolehkan pulang pagi ini, Carlo mengajak Kayla pergi menuju rumah mereka. Mereka meluncur ke Village Rossalige dengan kecepatan sedang. Carlo dan Kayla sama-sama diam di perjalanan menuju rumah mereka. Sesampainya di rumah Carlo membawakan koper Kayla.Carlo membuka pintu rumah yang baru saja ia beli. Dia sendiri belum melihat isi rumah itu. Hanya saja ia memesan beberapa pakaian untuk di letakan di kamar utama dan beberapa pakaian wanita di letakan di kamar kedua.Carlo dan Kayla tidak seperti pasangan pada umumnya. Perkenalan yang begitu singkat di tambah pernikahan yang seperti kilat tidak bisa menyebabkan mereka bisa langsung berperilaku selayaknya pasangan suami istri sesungguhnya. Mereka tinggal satu rumah namun berbeda kamar, karena kesepakatan yang mereka buat.Setelah masuk ke dalam rumah tersebut. Kayla merasa takjub dengan interior yang mewah bernuansa putih dan coklat.Kayla melangkahkan kakinya ke arah dapur. Sangat bisa di prediksi bahwa dapur yang ia lihat ini tidak pernah di sentuh. Meski lemari es yang super besar itu lengkap isinya. Tapi peralatan yang di perlukan untuk memasak tidak tersedia. Setelah melihat dapur Kayla beralih ke dalam kamar yang berada bersampingan dengan kamar Carlo.Ruangan yang menjadi kamarnya begitu besar, lebih besar dari kontrakannya. Kasur yang besar telah tertata rapi di dalam kamar. Kayla langsung melompat ke atas kasur dan memejamkan matanya. Tiba-tiba ia merasakan benturan sesuatu yang empuk di wajahnya. Ternyata Carlo sudah berada di dalam kamarnya. Di angkatnya bantal yang di lemparkan Carlo kedirinya, lalu dilemparkannya balik.“Boleh tidur... Tapi beres-beres dulu, dasar hantu bantal,” Ucap Carlo yang berada tidak jauh dari tempat tidurnya.“Terserah aku ... mau tidur atau mau beres-beres,” Ucap Kayla kesal.Ada rasa kesal Carlo dengan wanita ini, namun ia tidak mengungkapinya.“Istirahatlah...” ucap Carlo singkat lalu keluar dari kamar Kayla.Namun langkah Carlo terhenti ketika mendengar ucapan dari Kayla.“Mas...Terima kasih,” ucap Kayla dengan wajah yang penuh dengan kebahagiaan.Carlo menoleh dan membalas senyumannya.Carlo masuk ke kamarnya sendiri, lalu melihat beberapa perlengkapan yang di beli oleh ketua asisten rumah tangganya.Carlo cukup lega dengan pilihan asistennya terhadap beberapa keperluannya."Hanya orang terdekat yang tahu siapa aku,” ucap Carlo lalu membantingkan badannya sejenak di kasur.Carlo memandang jam dindingnya. Ia menyadari sebentar lagi dia harus segera pergi ke kantor untuk bertemu dengan nenek. Carlo mendapat pesan WA dari nenek untuk berjumpa dengannya di kantor, karena ada yang akan di bahas.Carlo memejamkan matanya sejenak. 10 menit kemudian Carlo merasa ada embusan nafas yang harum menerpa wajahnya. Carlo merasa seperti sedang mimpi, tangannya meraih tengkuk leher seseorang yang ada di hadapannya, dengan mata yang masih tertutup Carlo mencoba mendekatkan wajahnya ke arah sumber keharuman yang ia cium. Di tempelkannya bibirnya ke bibir seseorang yang ada di hadapannya. Rasa lembut dan manis dari bibir seseorang di hadapannya sangat terasa. Tangan kiri Carlo mulai liar meraba pinggul seseorang di hadapannya.Carlo memejamkan matanya sejenak. 10 menit kemudian Carlo merasa ada embusan nafas yang harum menerpa wajahnya. Carlo merasa seperti sedang mimpi, tangannya meraih tengkuk leher seseorang yang ada di hadapannya, dengan mata yang masih tertutup Carlo mencoba mendekatkan wajahnya ke arah sumber keharuman yang ia cium. Di tempelkannya bibirnya ke bibir seseorang yang ada di hadapannya. Rasa lembut dan manis dari bibir seseorang di hadapannya sangat terasa. Tangan kiri Carlo mulai liar meraba pinggul seseorang di hadapannya. Kayla terkejut dengan perilaku Carlo yang telah di luar batas. Kayla menggigit bibir Carlo hingga berdarah. Carlo yang mendapatkan gigitan itu langsung tersadar dan mendorong Kayla menjauh darinya. “Aduh!” teriak Kayla yang terjatuh di lantai. “Apa-apaan sih kamu ini,” ucap Carlo marah. “Hay! Mas! Yang harus marah itu aku, bukan kamu. Yang korban itu aku bukan kamu,” ucap Kayla yang mulai berdiri dari
“Ya siapa yang mengantar kamu tadi, kalau bukan pacar kamu, bolehlah kamu kenali ke aku. Siapa tahu dia suka dengan aku,” ujar Klara dengan mata genitnya memohon kepada Kayla. “Dia adiknya Carlo. Ya nanti aku kenali,” ucap Kayla lalu mengeluarkan bukunya yang ada di tas. “Siapa Carlo Kay?” tanya Klara kepada Kayla. “Suami,” jawab singkat Kayla yang mengejutkan Klara. “Apa?” tanya Klara merasa ia tidak salah dengar dengan ucapan sahabatnya itu.“Ya suami,” ucap Kayla sengaja dengan wajah nahan tertawa. “Kamu serius Kay?” tanya Klara menyelidik.“Ya tidak mungkin Klara, aku sudah punya suami, kapan nikahnya coba?” tanya Kayla berbohong.“Iya juga ya,” ucap Klara yang mengiyakan ucapan Kayla.“Jadi siapa Carlo itu Kay?” tanya Klara bingung.“Pacarku,” ucap Kayla singkat.“Kapan kamu punya
“Ya dari mas Carlo,” ujar Kayla santai.“Apa perintahnya?” tanya Steven dengan mata menyelidik. “Dia meminta aku datang ke perusahaannya katanya nenek ingin bertemu,” ucap Kayla.“Aku antar ya! Sekalian mau bertemu nenek,” ucap Steven.Mereka berjalan beriringan sambil mengobrol hal yang lucu sehingga Kayla tertawa lepas di hadapan Steven. Di lapangan parkir Kayla di suruh kembali menggunakan jaket Steven. Tampak wajah bahagia Kayla ketika bersama Steven.Dua puluh menit mereka menempuh perjalanan dan berakhir di lapangan parkir perusahaan. Kayla menyerahkan jaket ke Steven dan menunggu Steven meletakan helmnya.“Ayo!” ajak Steven ke Kayla.Kayla berjalan beriringan dengan Steven, sambil mengobrol tentang beberapa hal di kampus. Tak terasa mereka sudah sampai di lantai tempat CEO Carlo bekerja.Kayla dan Steven mengembangkan seny
Kayla kini telah berada di rumah sakit melihat kondisi ibunya. Kayla masuk ke dalam ruangan ibunya dan mendekap tangan ibunya yang terkujur lemas. Tangan yang biasa di gunakan untuk menggendongnya ketika masih kecil kini tangan hangat itu berubah mejadi tangan yang begitu dingin. “ Kapan ibu sehat? Kay kangen ibu!” ujar Kayla kangen dengan ibunya. Sejak operasi beberapa hari yang lalu kesehatan ibunya semakin membaik hanya saja masih harus menunggu ibunya sadar kembali. Kayla menangis di samping ibunya hingga tertidur. Kayla di bangunkan perawat yang akan memberikan obat ke ibunya. Kayla melihat jam di dinding telah menunjukkan pukul setengah enam sore. “Terima kasih sus, titip ibuku ya sus. Nanti suster bisa hubungi nomor ini saja jika ada apa-apa dengan ibuku,” ujar Kayla memberikan nomor ponselnya ke suster yang berjaga di ruang ibunya. Setelah memberikan nomor telepon baru ke suster jaga, Kayla pergi dari sana. Kayla malas mengirim pesan ke Carlo untuk menanyakan alamat rumah
Kayla dan Carlo akhirnya sampai di rumah nenek Emeline. Ketika Kayla dan Carlo mau masuk ke dalam rumah, mereka di sambut dengan beberapa pelayan dan kepala asisten rumah tangga yang telah lama bekerja di sana. Nenek Emeline ikut berada di sana untuk menyambut kedatangan mereka “Akhirnya cucu mantu ku sampai juga. Selamat datang di keluarga Keris Jaya,” ujar nenek Emeline kepada Kayla. Kayla hanya tersenyum mendengar ucapan nenek Emeline. “Kamar tuan dan nyonya sudah kami siapkan,” ujar Asisten rumah tangga kepada Carlo. “Siapkan kamar tamu, nyonya kalian akan menggunakannya,” ujar Carlo kepada asisten rumah tangganya. “Tapi sayang–” ucapan nenek di potong oleh Carlo “Apa rumah ini kekurangan kamar untuk menampung seorang wanita?” ujar Carlo kesal. “Sayangku! Asalkan kamu tahu ya, Kamar tamu belum di bersihkan. Di tambah lagi ada kerusakan di kamar mandi dan beberapa lampu mati,” ujar nenek memberi alasan. Sebenarnya hanya alasan yang di buat-buat nenek agar Carlo dan Kayla bisa
Kayla membawa dua kantong berisi pakaian ke kamar Carlo. Kayla mengetuk pintu berniat meminta izin untuk masuk namun tidak ada jawaban, lantas Kayla langsung buka pintunya.Ternyata Carlo baru selesai mandi, Kayla menelan air liurnya sambil melangkahkan kaki masuk ke dalam kamarnya. Di tutupnya pintu kamar pelan, meski terdengar decitan pintu. Carlo yang tidak melihat Kayla karena menghadap berlawanan arah langsung menoleh ke sumber suara. “Ada bajunya?” tanya Carlo serius. Kayla tidak bisa bicara. Kayla mematung melihat Carlo yang hanya menggunakan handuk di bagian pinggang. Dada bidang dan putih terlihat begitu kontras dengan handuk coklat yang ia gunakan. Mata Kayla tertuju pada bagian bawah Carlo sehingga Carlo mengikuti tatapan Kayla yang menuju bagian bawahnya.“Kamu ini, kecil-kecil tapi mesum ya,” ucap Carlo yang ikut memandang di mana Kayla memandang. Bagaimana Kayla ti
“Waw besar mas kepalanya,” ujar Kayla masih dalam keadaan mengigau.“Kay, kamu ini kenapa harus melihatnya dari alam mimpi sih? Kenapa tidak alam nyata,” ujar Carlo menepuk dahinya tidak habis pikir mimpi Kayla sampai ke arah sana. “Mas... sakit,” ujar Kayla menangis. Carlo tidak terkejut melihat Kayla menangis, ‘Sakit ya Kay? Apa lagi nyatanya? Aku janji nanti akan pelan-pelan’ ujar Carlo dalam hati. ‘Lebih baik aku banguni dia saja, jangan terlalu terlena bermimpi erotis,’ ujar Carlo dalam hati. Carlo menggoyangkan punggung Kayla. Niat jahilnya di batalkannya. Ia tidak ingin Kayla merasakan kenikmatan atau kesakitan di dalam mimpi. “Kay bangun! Kay bangun!” ujar Carlo lembut. Kayla terbangun dengan keadaan terkejut melihat Carlo sudah di dekatnya. “Maaf mas, aku ketiduran,” ujar Kayla mengelap bekas iler yang masih menempel di sisi bibirnya
Carlo keluar dari kamar mandi tidak melihat Kayla di dalam kamar. ‘Mungkin dia ke bawah makan’ pikir Carlo lalu mengambil ponselnya yang ada di meja naska. Ada pesan yang belum terbaca. Carlo segera membuka pesan yang di kirim Kayla untuk dirinya.[ Maaf mas. Mungkin aku tidak sopan. Aku pergi tanpa bicara dengan kamu atau nenek, tapi jujur aku merasa kecewa dengan diriku sendiri. Jujur tadi ada secercah harapan untuk hubungan kita yang baru berusia berapa hari. Tapi sepertinya aku salah mas. Semua kontak fisik antara kita terjadi bukan di sengaja melainkan tidak sengaja. Lebih baik kita jaga jarak saja mas. Terima kasih telah menerimaku di sana].Carlo terkejut mendapatkan pesan Kayla baru saja. Carlo baru menyadari bahwa Kayla tidak ada di rumah melainkan pergi dari rumah.“Kenapa pakai acara kabur segala ini anak!” ujar Carlo kesal lalu mengambil jaket yang ada di lemarinya. Carlo berjalan keluar rumah tanpa bicara de