Share

Bab 8 pengalaman kayla

Kayla memanggil taksi untuk pergi ke kontrakan lamanya, dia membayar taksi dengan uang yang Carlo kasihkan. Sedangkan Carlo kembali ke kantornya menggunakan mobilnya sendiri.

Sesampainya di kontrakan Kayla segera membereskan beberapa baju dia dan ibunya. Total koper yang ia bawa ada 3 koper. Barang yang lain ia tinggalkan karena milik tuan rumah.

Kayla sejenak membaringkan dirinya di atas kasur, di bukanya ponselnya lalu di lihatnya ada pemberitahuan bahwa ada pesan WA dari nomor yang tidak ia kenal.

“Simpan nomor ini...suamimu.” Pesan itu singkat namun bisa membuat Kayla tersenyum.

Meski sikap dingin Carlo yang seperti Drakula namun dia sebenarnya baik hati.

Kayla ingin membayar tunggakan kontrakannya sebelum ia pergi namun uang yang di kasih oleh Carlo tidak cukup untuk membayar tunggakan tersebut.

Sambil memejamkan matanya Kayla berpikir apa dia harus menggunakan ATM Carlo untuk membayar kontrakan?.

Kepala Kayla menggeleng untuk menekankan kata tidak pada dirinya sendiri.

Kayla ingin melupakan sejenak masalah hidupnya sehingga ia memutuskan untuk memejamkan matanya. Namun ketika ia baru tertidur tiba-tiba ada ketukan yang berasal dari pintu.

“Uh... tuhan! Kenapa sulit untuk sekedar istirahat” ujar Kayla meracau sendiri.

Dengan rasa malas ia bukakan pintu kontrakannya. Ternyata Carlo berada di hadapannya dengan setelan jas hitam dan kemeja putih, Carlo tampak memandangi kontrakan yang berukuran 3x6 meter itu. Di belakang Carlo ada seorang wanita pemilik kontrakan.

“Bukannya mas ada rapat di kantor, sekarang kenapa kesini?” ujar Kayla bingung.

“Aku kasihan kamu sendirian ambil barang-barang di kontrakan, jadi aku punya maksud ingin membantu kamu” ujar Carlo.

“O begitu, silakan masuk!” ucap Kayla. Ada rasa pusing di kepalanya namun Kayla memilih untuk menahannya.

“Kay ... Kamu sudah nikahkan sekarang, Tante ikut bahagia, terima kasih sudah tinggal di sini.” Ucap Pemilik kontrakan ramah menyela ucapan mereka.

"Tunggakannya" Kata-kata itu selalu ada di otak Kayla.

"Sudah di bayar suamimu. Ya sudah tante tinggal ya. Kalau sudah selesai beres-beres kamu boleh kok pergi, kunci tinggalkan saja di bawah pot.” Ucap pemilik rumah yang mengerti keadaan pengantin baru.

Kayla masih diam di tempat. Dia masih merasa semua seperti mimpi.

“Mas mau minum atau makan-makanan yang tadi di bungkus?” tanya Kayla kepada Carlo. Carlo tidak menjawab pertanyaan Kayla malah sibuk mengamati isi rumah Kayla.

‘Bagaimana mereka bertahan di tempat kumuh ini’ Batin Carlo yang melihat isi kontrakan Kayla yang sangat sederhana.

"Mas! Mau minum tidak?" tanya Kayla dengan nada yang lebih tinggi sehingga menyadari Carlo dari lamunannya. Carlo menggelengkan kepalanya menandakan ia tidak ingin minum.

Kayla mengunci kembali pintu rumahnya lalu kembali ke tempat tidur. Ia tidak mengambil pusing dengan kehadiran lelaki asing tersebut karena ia tahu lelaki itu tidak akan menyentuhnya. Kayla membaringkan kembali tubuhnya di atas tempat tidur.

“Mas tahu dari mana aku tinggal di sini?” tanya Kayla kepada Carlo dengan suara lembutnya.

“Tahu dari ponselmu, mas sudah pasang GPS di ponselmu. Jadi kamu tidak bisa kabur,” ucap Carlo setengah bercanda.

Carlo menyadari bahwa Kayla dalam keadaan tidak sehat maka ia sengaja mengundur rapatnya untuk menemani gadis kecilnya itu.

"Kamu niat mau pindah atau mau tidur?.” Tanya Carlo yang membuat Kayla membuat Kayla membuka mata kembali meski telah terpejam beberapa detik.

"Aku lelah mas, boleh aku memejamkan mata sebentar?” tanya Kayla lemas.

Kayla sendiri tidak mengerti kenapa dirinya merasa lemas dan mengantuk. Carlo mendengar ucapan itu langsung mendekati Kayla dan tangannya menyentuh dahi wanita yang telah tertidur.

"Kita ke rumah sakit ya," ucap Carlo namun tidak di dengar oleh Kayla.

Carlo membawa semua koper punya Kayla dan menyusunnya di bagasi mobilnya. Lalu ia kembali ke dalam rumah dan menggendong gadis cantik yang telah menjadi istrinya itu.

Carlo meletakan Kayla yang tertidur di kursi penumpang, di baringkannya tubuh Kayla dengan pelan dan lembut. Carlo merasa dia harus bersikap seperti suaminya selama 1 tahun.

“Aku tidak sedang khawatir dengan dia. Aku hanya berusaha menjadi lelaki yang bertanggung jawab.” Ucap Carlo memberikan alasan kepada dirinya sendiri atas tindakannya kepada Kayla.

Carlo mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang ke rumah sakit terdekat. Setelah sampai di rumah sakit Carlo segera membawa Kayla ke IGD dan di periksa oleh dokter yang sedang berjaga.

Kayla ternyata tidak memiliki penyakit serius, hanya kelelahan dan kurang gizi. Carlo yang mendengarnya merasa kasihan, dokter memberikan beberapa vitamin untuk di konsumsi oleh Kayla.

Setelah menghabiskan dua kantong infus, Kayla sadar dan melihat Carlo yang kini tertidur di sofa. Hari sudah semakin larut. Carlo tertidur dengan tangan menutupi matanya. Kayla yang melihatnya tersenyum meski ia tahu semua yang di lakukan Carlo adalah unsur kasihan. Kayla memejamkan matanya kembali karena ia ingin istirahat sebelum ia aktif bekerja di kemudian hari.

Pagi pun telah kembali hadir, matahari kali ini lebih cepat terbit. Kayla kini sudah berada di kamar mandi untuk mengganti pakaian yang di belikan Carlo karena sadar Kayla tidak punya pakaian yang bagus. Sebenarnya Carlo bisa saja mengambil beberapa pakaian Kayla di kopernya namun Carlo takut di bilang lancang, Carlo memesan pakaian dalam dan pakaian luar untuk Kayla melalui asistennya.

Kayla yang selesai dari kamar mandi, di bawakan Carlo mukena dan sajadah dari masjid yang ia pinjam untuk Kayla salat subuh. Meski tidak memiliki status orang alim dalam beragama tapi Carlo tidak pernah tinggal salat lima waktu.

Setelah memberikan mukena dan sajadah, Kayla mengambil air wudu, lalu melaksanakan salatnya. Carlo yang telah terlebih dahulu salat di masjid, tersenyum melihat Kayla menggunakan mukena dan dengan khusuk memulai salat.

Kayla di perbolehkan pulang pagi ini, Carlo mengajak Kayla pergi menuju rumah mereka. Mereka meluncur ke Village Rossalige dengan kecepatan sedang. Carlo dan Kayla sama-sama diam di perjalanan menuju rumah mereka. Sesampainya di rumah Carlo membawakan koper Kayla.

Carlo membuka pintu rumah yang baru saja ia beli. Dia sendiri belum melihat isi rumah itu. Hanya saja ia memesan beberapa pakaian untuk di letakan di kamar utama dan beberapa pakaian wanita di letakan di kamar kedua.

Carlo dan Kayla tidak seperti pasangan pada umumnya. Perkenalan yang begitu singkat di tambah pernikahan yang seperti kilat tidak bisa menyebabkan mereka bisa langsung berperilaku selayaknya pasangan suami istri sesungguhnya. Mereka tinggal satu rumah namun berbeda kamar, karena kesepakatan yang mereka buat.

Setelah masuk ke dalam rumah tersebut. Kayla merasa takjub dengan interior yang mewah bernuansa putih dan coklat.

Kayla melangkahkan kakinya ke arah dapur. Sangat bisa di prediksi bahwa dapur yang ia lihat ini tidak pernah di sentuh. Meski lemari es yang super besar itu lengkap isinya. Tapi peralatan yang di perlukan untuk memasak tidak tersedia. Setelah melihat dapur Kayla beralih ke dalam kamar yang berada bersampingan dengan kamar Carlo.

Ruangan yang menjadi kamarnya begitu besar, lebih besar dari kontrakannya. Kasur yang besar telah tertata rapi di dalam kamar. Kayla langsung melompat ke atas kasur dan memejamkan matanya.

Tiba-tiba ia merasakan benturan sesuatu yang empuk di wajahnya. Ternyata Carlo sudah berada di dalam kamarnya. Di angkatnya bantal yang di lemparkan Carlo kedirinya, lalu dilemparkannya balik.

“Boleh tidur... Tapi beres-beres dulu, dasar hantu bantal,” Ucap Carlo yang berada tidak jauh dari tempat tidurnya.

“Terserah aku ... mau tidur atau mau beres-beres,” Ucap Kayla kesal.

Ada rasa kesal Carlo dengan wanita ini, namun ia tidak mengungkapinya.

“Istirahatlah...” ucap Carlo singkat lalu keluar dari kamar Kayla.

Namun langkah Carlo terhenti ketika mendengar ucapan dari Kayla.

“Mas...Terima kasih,” ucap Kayla dengan wajah yang penuh dengan kebahagiaan.

Carlo menoleh dan membalas senyumannya.

Carlo masuk ke kamarnya sendiri, lalu melihat beberapa perlengkapan yang di beli oleh ketua asisten rumah tangganya.

Carlo cukup lega dengan pilihan asistennya terhadap beberapa keperluannya.

"Hanya orang terdekat yang tahu siapa aku,” ucap Carlo lalu membantingkan badannya sejenak di kasur.

Carlo memandang jam dindingnya. Ia menyadari sebentar lagi dia harus segera pergi ke kantor untuk bertemu dengan nenek. Carlo mendapat pesan WA dari nenek untuk berjumpa dengannya di kantor, karena ada yang akan di bahas.

Carlo memejamkan matanya sejenak. 10 menit kemudian Carlo merasa ada embusan nafas yang harum menerpa wajahnya. Carlo merasa seperti sedang mimpi, tangannya meraih tengkuk leher seseorang yang ada di hadapannya, dengan mata yang masih tertutup Carlo mencoba mendekatkan wajahnya ke arah sumber keharuman yang ia cium. Di tempelkannya bibirnya ke bibir seseorang yang ada di hadapannya. Rasa lembut dan manis dari bibir seseorang di hadapannya sangat terasa. Tangan kiri Carlo mulai liar meraba pinggul seseorang di hadapannya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status