Share

Bab 7 pernikahan

Setelah 30 menit di perjalanan, akhirnya sampai juga di sebuah rumah makan jepang. Kayla dari kaca mobil melihat interior bergaya jepang menghias halaman dan rumah makan tersebut.

"Ayo turun!" ujar Carlo yang membukakan pintu mobil.

Kayla terpana dengan ketampanan pria yang ada di hadapannya, meski lebih dewasa darinya lelaki di hadapannya itu memiliki wajah yang begitu tampan sehingga bisa menggoda hati seorang wanita. Kayla baru ini mengamati wajah Carlo dengan jarak yang kurang dari 100cm.

"Kamu lihat apa? ayo turun!" ucap Carlo dengan sebelah alis di angkatnya.

"Em... tidak bisa melihat orang senang sebentar," rutuk Kayla dengan bibir yang hampir bisa di kuncit.

Nenek yang telah berada di luar mobil tersenyum melihat perilaku mereka yang menurut nenek cepat atau lambat akan menyatu.

Setelah Kayla keluar, Carlo berjalan mendahului Kayla dan menggandeng sang nenek yang telah berjalan lebih dahulu di depan.

"Silakan masuk ibu" ucap seorang pelayan wanita dengan intonasi suara yang begitu ramah terhadap nenek dan Carlo.

Kayla yang berada di belakang mereka di hentikan oleh seorang pelayan wanita.

"Maaf, restoran kami tidak membuka lowongan kerja" ujar pelayan itu dengan sombongnya.

Carlo menoleh ke arah Kayla. 'Benar juga' pikir Carlo, sambil memandang pakaian yang di gunakan oleh Kayla begitu sederhana.

"Saya bersama—" ucapan Kayla terputus ketika Carlo mendekat ke dirinya dan langsung merangkul bahunya.

"Jangan ganggu istriku" Ujar Carlo dengan sangat tegas. Ucapan Carlo telah berhasil membuat jantung Kayla mau lepas dari tempatnya.

'Lama-lama aku dekat dengan ini orang bisa jantungan," batin Kayla terkejut dengan perilaku Carlo.

Mereka berjalan beriringan dan masih dalam posisi di rangkul oleh Carlo.

Ada senyuman di wajah nenek melihat keromantisan yang di tunjukan oleh Carlo.

Mereka duduk di ujung ruangan agar bisa melihat keluar. Carlo memilih beberapa makanan kesukaan nenek, sedangkan Kayla hanya diam karena dia tidak mengerti dengan makanan yang akan di makan nanti.

"Pilihkan saja pak," ujar Kayla ketika buku menu di berikan Carlo kepadanya.

“Ok. Jika begitu kamu suka pedas atau tidak?” tanya Carlo sambil membuka buku menu.

“Pedas Ok, tidak pedas juga tidak masalah,” ujar Kayla tersenyum.

Carlo akhirnya menjatuhkan pada pilihannya di menu roasted wagyu rib dua porsi dan wagyu beef stroganoff satu porsi. Jus mangga, Jus kiwi, dan jus jeruk.

Pelayan itu mencatat semua pesanan Carlo dan segera permisi untuk sementara.

“Kita harus buat kesepakatan sebelum menikah,” ujar Carlo sambil menatap Kayla.

“Yang pasti aku tidak ingin kamu punya hubungan dengan orang lain selama pendekatan kita selama satu tahun. Jika satu tahun pernikahan kita berbuah cinta maka pernikahan ini bisa kita lanjutkan untuk selamanya namun jika tidak ada cinta maka kita akhiri pernikahan ini. Bagaimana menurutmu Kay?” tanya Carlo kepada Kayla.

“Bagus jika begitu,” ujar Kayla.

“Nenek mau menambahkan perjanjian ini. Jika sebelum satu tahun kalian ada perasaan satu sama lain dan kalian berhubungan badan maka perjanjian itu tidak berlaku,” ujar nenek.

“Ok,” tantang Carlo dengan melemparkan tatapan tajam ke arah Kayla.

Kayla hanya bisa mengangguk, mengiyakan perjanjian yang tidak masuk alam logikanya.

Setelah beberapa menit mereka mengobrol, akhirnya pesanan Carlo datang. Nenek memakan roasted wagyu rib favoritnya.

Sedangkan Kayla bingung bagaimana makan wagyu beef stroganoff. Kayla hanya memandang makanannya karena ini adalah momen perdana Kayla makan daging di restoran selain daging kurban pembagian masjid yang dimasak randang oleh dia atau ibunya.

“Kenapa melamun Kay?” tanya nenek yang heran melihat Kayla diam menatap makanannya.

Kayla hanya bisa melemparkan pandangannya ke Carlo dan nenek.

“Itu garpu kamu tusuk ke dagingnya lalu iris dengan pisau pakai tangan kanan kamu, makan irisan daging pakai garpu di tangan kiri kamu.” ujar Carlo yang paham bahwa Kayla tidak mengerti cara menyantap makanan yang ada di depannya.

Kayla mencoba arahan dari Carlo namun sekali lagi dia menjadi bahan tontonan orang yang berada di sana. Kayla mengiris daging dengan sekuat tenaga namun dagingnya sulit terpotong. Kayla kesal dengan daging yang ada di hadapannya.

‘Ini daging kenapa susah di potong ya? Dari pada aku lapar lebih baik aku cuci tangan saja, makan pakai tangan saja’ ujar Kayla dalam hati.

Kayla permisi ke toilet untuk cuci tangan lalu segera kembali dengan tangan masih basah.

Kayla mencengkram daging yang ada di hadapannya lalu melahapnya dengan beberapa gigitan. Dengan kepercayaan diri yang tinggi ia melahap daging itu dengan santai, sehingga ia menjadi bahan utama tontonan mata orang yang ada di sana.

Para pelayan di sana memandang jijik dengan Kayla bahkan ada yang berbisik menghujat Kayla.

Carlo merasa sangat malu saat itu, sedangkan nenek mengikuti Kayla makan menggunakan tangan.

“Kalian ini primitif ya!” ujar Carlo kesal.

“Ya sudah mau ke catatan sipil tidak?” ujar Carlo yang telah berdiri, sedangkan nenek dan Kayla belum selesai makan.

“Bisa minta tolong bungkus tidak mas, sayang makanannya sudah di bayar,” ucap Kayla dengan polosnya.

“em...” geram Carlo dengan perilaku Kayla.

“Pelayan, tolong bungkus,” ujar Carlo meninggalkan uang pembayaran di meja lalu pergi meninggalkan Kayla dan nenek.

Pelayan itu membungkus semua makanan yang ada di atas meja lalu memberikannya kepada Kayla disertai dengan tatapan sinisnya.

Setelah menerima makanan itu Kayla dan nenek pergi menuju mobil Carlo. Mereka masuk ke dalam dengan wajah bahagia. Sangat berbeda dengan Carlo yang memandang mereka melalui kaca spion dengan rasa kesal.

“Ayo kita ke KUA,” ujar nenek.

Mereka bertiga pergi menuju kantor Urusan Agama atau KUA. Sampai di kantor KUA, mereka bertiga masuk bersama.

Di kantor KUA mereka hanya perlu mengeluarkan tanda pengenal mereka masing-masing untuk segera di proses. Carlo dan Kayla di panggil ke sudut sebelah kiri untuk mengucapkan ijab kabul dan memberikan mahar yaitu cincin emas yang telah ia siapkan sebelumnya oleh nenek. Setelah mengucapkan ijab kabul, Kayla meraih tangan Carlo dan mencium tangan Carlo selayaknya seorang istri. Pernikahan secara agama dan secara negara telah selesai dalam hitungan menit.

‘Sekarang statusku adalah seorang istri,’ ujar Kayla masih tidak percaya dengan statusnya.

Mereka bertiga menunggu buku nikah di terbitkan. Setelah 10 menit buku nikah itu terbit. Nenek begitu bahagia karena bisa menyaksikan pernikahan Carlo. Nenek tidak ingin mengganggu Kayla dan Carlo sehingga dia memutuskan pulang lebih dahulu selagi menunggu buku nikah di terbitkan tadi. Kini tinggal Kayla dan Carlo di kantor KUA.

"Ini kunci rumah, aku punya rumah di Village Rossaline kamu bisa tinggal di sana" Ucap Carlo sambil menyerahkan kunci ke Kayla.

“Kamu bisa menggunakan kartu ini untuk kebutuhan hidup kita, dan selama masa pernikahan kamu harus menghormati aku sebagai suamimu serta kita punya privasi masing-masing.” Ucap Carlo meneruskan ucapannya tadi sambil memberikan kartu ATM ke Kayla.

Kayla menyetujui semua itu dengan mengangguk. Namun kartu ATM yang Carlo kasih tidak di ambilnya karena ia tidak ingin menyusahi Carlo. Lagian ia bisa menghidupi dirinya sendiri tanpa Carlo.

Carlo menarik tangan Kayla karena istrinya itu tidak kunjung mengambil ATM miliknya. Di serahkannya ATM dan beberapa uang kertas ke Kayla. Jumlahnya tidak sedikit, Kayla tidak menghitungnya namun ia tahu jumlahnya tidak sedikit.

“Terimalah karena engkau istriku,” ucap Carlo tegas.

Mereka akhirnya keluar dari kantor KUA dengan sebutan suami istri. Mereka berjalan beriringan menuju lapangan parkir.

Ketika sampai di depan mobil, Kayla membuka pintu mobil bagian penumpang yang ada di belakang pengemudi.

Carlo yang melihat itu langsung mencegah tangan Kayla untuk membukanya.

“Kamu pikir aku sopir kamu, apa? Enak-enakan duduk di belakang sedangkan aku diam di depan sendirian,” ujar Carlo kesal.

“Maaf,” ujar Kayla pelan. Bagaimanapun ucapan Carlo ada benarnya juga.

Kayla melangkahkan kakinya menuju pintu penumpang yang berada bersebelahan dengan pengemudi.

Setelah mereka masuk ke dalam mobil, Carlo baru teringat bahwa di sore hari ia ada rapat sehingga tidak bisa lama-lama menemani Kayla ke rumah baru mereka.

“Berapa nomor ponselmu” tanya Carlo kepada Kayla.

“Aku tidak punya ponsel,” ucap Kayla jujur.

Carlo baru teringat selama ia berinteraksi dengan gadis ini dia tidak melihat gadis ini mengeluarkan ponsel selayaknya anak pada jaman sekarang yang tidak bisa ketinggalan ponsel.

“Sekarang aku antar kamu ke toko ponsel, kita beli ponsel dulu karena jika kamu aku akan kesulitan menghubungi kamu jika kamu tidak punya ponsel,” ujar Carlo lalu melajukan mobilnya ke toko ponsel yang letaknya tidak begitu jauh dari lokasi mereka sekarang.

Setelah memilih-milih ponsel kelas atas dan tercanggih, Kayla pesimis karena ia hanya punya dikit tabungan dan tidak cukup membeli ponsel kelas atas itu.

“Mas! sepertinya tidak cukup, tabunganku,” ujar Kayla kepada Carlo.

“Kamu pikir aku tidak mampu membelikannya untukmu?” tanya Carlo dengan salah satu alis di naikinya ke atas.

“Aku tahu bahwa mas kaya, tapi untuk apa membelikan aku ponsel yang begitu canggih? Aku butuh yang biasa saja. Mas,” ujar Kayla sambil memilih ponsel yang lebih sederhana.

“Kamu sudah menjadi istriku jadi wajar jika aku menentukan apa yang terbaik untukmu,” ujar Carlo lalu memesan ponsel tercanggih di toko tersebut.

Kayla hanya bisa diam membiarkan pilihan Carlo tersebut.

Setelah ponsel yang telah di isi kartu dengan nomor yang sama dengannya. Carlo langsung mendaftarkan WA dengan akun Kayla yang baru saja di buat Carlo.

Selesai mengurusi ponsel baru, Carlo melihat jam tangannya yang sebentar lagi menunjukkan pukul 15:00. Carlo teringat bahwa dia ada rapat di pukul 16:00 WIB.

Carlo permisi dengan Kayla untuk lebih dahulu pulang.

“Sebentar lagi aku ada rapat, bagaimana jika kamu pulang sendiri saja ke rumah baru,” ujar Carlo dengan wajah serius.

"Boleh aku pulang ke kontrakan lama dulu? untuk ambil beberapa kebutuhanku?" tanya Kayla.

"Oke tidak masalah," ujar Carlo dengan memberikan pandangan aneh kepada Kayla.

"Kamu kurang sehat ya?" tanya Carlo dengan mata menyelidik.

"Mungkin kelelahan saja. Di istirahatkan juga, akan baikan," ujar Kayla.

Kayla meraih tangan Carlo lalu mencium punggung tangannya. Mata Carlo membulat akan perilaku Kayla yang tidak pernah ia dapatkan dari orang lain.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status