Bagaimana jadinya jika Arancia yang tadinya berniat menghadiri pernikahan adik tirinya, justru dirinya yang menjadi pengantinnya? Sang adik menolak untuk menikah ketika para undangan telah berdatangan, dia mengucapkan dengan lantang jika dirinya tidak mau menikahi pria cacat. Membuat semua orang panik dan kelabakan, akhirnya karena tidak ingin malu. Ibu tirinya memaksa Arancia untuk menggantikan posisi sang adik tiri.
Lihat lebih banyak"Maukah kamu menjadi istri dan ibu dari anak-anakku? Memulai semuanya dari awal, memperbaiki kesalahan yang sudah aku perbuat kepadamu." Kevan sudah menceritakan semua kejadian yang menimpa dirinya. Arancia hanya mendengarkan saja, karena ia sendiri masih bingung. Semua terlalu mendadak. Ia yang tadinya akan meminta cerai pada Kevan seketika mengurungkan niatnya. Melihat kesungguhan lelaki itu membuat Arancia seketika gamang dan juga bingung. Kevan tahu jika istrinya kebingungan, lantas ia meraih tangan Arancia. Dan mengenggamnya dengan tangan besarnya. "Kita mulai dari awal ya, mau 'kan?" tanya Kevan penuh harap. Melihat binar mata Kevan mau tidak mau membuat Arancia mengangguk meskipun samar. Kevan begitu senang, sehingga secara tidak sadar ia memeluk tubuh sang istri. "Mmm, maaf tuan. Bolehkah saya membersihkan diri? Rasanya tidak nyaman," lirih Arancia. Kevan tersenyum, lalu melepaskan rengkuhan tangannya. Arancia langsung tur
"Cantik," gumam Kevan lantas lelaki itu pun beranjak dan membersihkan diri. Sejak hari ini, Kevan sudah memutuskan jika mereka akan tidur satu kamar. Kevan ingin memperbaiki semuanya sebelum semuanya terlambat. Beberapa menit kemudian, lelaki tampan itu pun sudah berganti pakaian, ia menatap baju yang masih di pakai sang istri. Ingin rasanya Kevan menggantikan baju itu, tetapi ia takut jika nanti Arancia akan marah padanya. Dengan perlahan, Kevan menaiki ranjangnya sangat perlahan ia takut membangunkan Arancia yang sudah terlelap dalam tidurnya. Kevan membuka topeng yang tengah ia pakai. "Selamat malam, dan selamat tidur," gumam Kevan seraya mencium pelipis Arancia. Perlahan Kevan menelusupkan kedua tangannya, lalu menarik Arancia merapat. Memeluk tubuh kurus nan ringkih itu. ********** Pagi menjelang, sinar matahari menelusup memasuki jendela kamar Kevan. Arancia yang tengah terlelap tidur pun terganggu, ia membuka sediki
"Karena aku membencimu. " Deg Angelina mematung, ia menatap tidak percaya. Tadinya Angelina berpikir jika Kevan benar-benar masih mencintainya. Pantas saja, sikap lelaki itu berubah, dingin dan juga datar padanya. Kevan menyeringai, saat ini di dalam hati dan pikirannya adalah istrinya. Wanita yang sudah dengan rela mengorbankan masa depannya demi menikah dengan dirinya pria cacat. "Baiklah, sudah saatnya kau menemui ayahmu. Sampaikan salamku padanya, dan aku harap kalian segera bertemu di neraka," desis Kevan. Kevan pun mengambil sebuah samurai. Samurai panjang dengan ujungnya yang tajam. Samurai itu tampak mengkilap, membuat mata Angelina sakit. Cetas Kevan mengarahkan Samurai tersebut ke arah lengan kanan Angelina. Membuat lengan itu seketika putus, darah langsung mengalir membasahi lantai. Jasad pria paruh baya itu bahkan masih tergeletak di ruangan itu. Bau anyir pun semakin menyeruak kuat, menusuk hidung. Membuat
"Sekarang giliranmu, Perempuan Jalang!" seru Kevan. Mata lelaki itu terlihat memerah, rahangnya mengeras, bahkan tangannya mengepal. Hingga buku-buku tangan Kevan terlihat memutih. Kevan terlihat sangat emosional. Kemarahan sudah menguasai lelaki tampan itu. Reygan masih setia berdiri di belakang tubuh Kevan. Kepala pria yang di tebas oleh Kevan masih berada di lantai. Bau anyir menyeruak, menusuk hidung. Membuat Angelina seketika mual, ia ingin muntah tetapi Angelina menahannya. Wanita muda itu menatap nanar pada mayat yang ada di sampingnya. "Ayah, aku tidak menyangka jika Kevan akan sangat kejam seperti ini. Andai saja, kita tidak terlalu terobsesi dengan harta yang ia miliki. Mungkin saat ini, kau masih berada denganku, setelah ini nasibku akan di tentukan oleh Kevan. Jika aku boleh meminta, aku lebih baik langsung mati. Daripada harus hidup dalam siksaan lelaki psikopat itu," monolog Angelina. Kevan menyeringai
"Katakan! Hukuman seperti apa yang kau inginkan paman?! Dengan senang hati, aku akan mengabulkannya," desis Kevan dengan seringai di bibirnya. Pria yang di panggil paman seketika mematung, kala mendengar ucapan keponakannya. Apalagi Angelina, ia langsung menciut ketika melihat raut wajah Kevan. Angelina ingin sekali berlari dari dalam ruangan Kevan, sebab ia tahu dirinya berserta sang ayah tidak akan begitu saja di lepaskan. Apalagi Angelina melihat kemarahan di dalam binar mata Kevan. "Cukup sudah! Rey, panggilkan anak buah kita, dan seret mereka berdua. Bawa ke markas, dan malam ini juga kita akan membereskan hama kecil ini," tukas Kevan dengan seringai yang menakutkan. Tanpa pikir panjang, Angelina segera berlari. Berharap jika ia akan lepas, masa bodoh dengan ayahnya. Namun, baru saja ia akan berlari pintu di buka. Beberapa orang pria berbadan besar masuk, menghadang pergerakan Angelina. "Mau lari kemana, Nona?!
"Ya, kau benar Rey. Tentu saja selain membuat dia bangkrut, putri kesayangannya adalah sasaran empukku untuk membalaskan dendam," ucap Kevan dengan seringai di bibirnya. Reygan mengangguk, memang sudah sepantasnya paman dari bosnya yang tak lain sahabatnya itu, harus di berikan pelajaran yang setimpal. Ia tidak hanya membuat wajah Kevan cacat, tetapi juga hampir menghilangkan nyawanya. Ia sendiri tahu, jika Kevan adalah sosok yang terlihat baik tetapi aslinya ia akan begitu kejam dan sadis. Reygan sudah membersamai Kevan, sejak mereka masih kecil dahulu. "Setelah melenyapkan para tikus itu. Aku bisa fokus terhadap istri kecilku, kau tahu Rey. Aku sangat senang kala melihat wajahnya begitu ketakutan kala menatapku. Tapi, dia mencoba menutupi ketakutannya dengan sikapnya yang terkadang sedikit ketus kepadaku." Kevan berbicara seraya tersenyum kecil, Rey memperhatikan sahabatnya itu dari kaca spion mobilnya. Senyuman yang baru kembali datan
Hari ini, sudah di pastikan jika Arancia akan pulang. Gadis cantik itu sudah tidak tahan berada di rumah sakit. Rasanya sesak, dan juga membosankan. Kevan berdiri, dengan kedua tangan yang bersedekap di dadanya. Menatap wajah Arancia dengan begitu dalam dan intens. Membuat gadis cantik itu menjadi gugup. "Kenapa?! Kau takut padaku!?" Suara Kevan terdengar begitu dingin dan datar. Siapa yang tidak akan takut, sudah wajahnya dingin suaranya pun dingin pula. "Jawab! Mengapa kau diam saja!" Arancia menunduk, "Duh, gimana aku enggak takut, jika wajah dan suaranya begitu dingin," lirih Arancia di dalam hatinya. "Eumh, iya aku takut," cicit Arancia. Kevan menarik sudut bibirnya, ia tersenyum tipis. Begitu tipis sampai orang lain tidak dapat melihat senyumannya. Sementara Arancia masih setia menundukkan kepalanya. Di tatap sedemikian rupa oleh pria yang berstatus suami, membuatnya salah tingkah. "Sudah selesai?! Jika sudah
"Bagaimana bisa dia kembali? Bukankah dia sudah pergi jauh dari sini?!" tanya Kevan heran. Regel yang tengah memeriksa beberapa jadwal Kevan pun menatap sahabatnya itu. Ia pun mengedikkan bahunya cuek, tanda Regel pun tidak tahu. Kevan mendengus kesal, memang terkadang sahabatnya itu tidak bisa di andalkan. Namun juga terkadang, tanpa di minta Regel pasti akan selalu siap sedia. "Selidiki perempuan itu tinggal di mana? Dan jangan sampai ia bisa mendekati Arancia, apalagi sampai melukainya. Siapkan bodyguard bayangan, ingat jangan sampai Arancia tahu jika ia tengah di awasi," titah Kevan. Regel mengangguk, lantas lelaki itu pergi dari ruangan Kevan. Meninggalkan lelaki yang masih setia memakai topengnya itu sendirian. Tak lama, Angelina tampak masuk kembali ke dalam ruangannya Kevan, meski ia sudah di usir tadi. Benar-benar tidak tahu malu! "Maafkan saya, Tuan. Barusan sudah saya larang dan memberitahunya jika tuan tengah sibuk. Namun
"Zahra membuat keributan, bahkan ia berkata tengah mengandung anakmu, Van? Apa itu benar?" tanya Regel. Kevan terdiam, Zahra kembali datang ke dalam hidupnya. Setelah ia merasakan kedamaian. Tidak, Kevan tidak akan membiarkan ia kembali menghancurkan hidupnya. Hamil? Kapan mereka melakukannya, meskipun pelukan dan juga ciuman sudah sering sekali mereka lakukan. Namun, untuk berakhir di ranjang ... Kevan sama sekali tidak pernah berpikir hingga ke arah sana. Meskipun Zahra sering sekali menggodanya. Namun, sebisa mungkin Kevan menjaga hasratnya. Arga menatap Kevan dengan dalam, membuat Kevan mendengus kesal, "Apa? Ck, aku tidak sebrengsek itu. Meski kenyataannya ia sangat sering menggodaku. Namun aku tidak pernah tergoda. Sebisa mungkin aku menahan hasratku meskipun kenyataannya aku benar-benar tersiksa." Regel terkekeh kecil begitu juga dengan Arga. "Baguslah, jika kau tahu dan sadar! Tidak baik juga melakukan hal itu sebelum menika
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.