Share

Pengantin Pengganti CEO Cacat
Pengantin Pengganti CEO Cacat
Penulis: PenulisAksara

Bab 1 - Menjadi Pengganti

          Brakk

       "Astagfirullah! Ibu, ada apa?" tanya seorang gadis yang tengah mengaji itu. 

      Seorang wanita paruh baya dan juga wanita muda mendatangi kamarnya. Wajah mereka berdua begitu menyeramkan, menatap tajam pada gadis yang masih terduduk menggunakan mukenanya. 

      "Ibu, ada apa? Bukankah seharusnya kalian bersiap-siap?" tanyanya heran. 

       "Lepaskan mukenamu! Dan ikut bersama kami, saat ini juga!"

       Gadis cantik bermata sendu itu tampak menatap heran pada ibu tirinya itu.

        Sementara itu, gadis muda yang berdiri di samping ibunya, hanya tersenyum menyeringai. Entah apa yang tengah mereka rencanakan. 

       "Ikut aku!" ucapnya tegas seraya menarik tangan sang gadis dengan kasarnya. 

        "Ya Tuhan, Ibu tunggu! Ada apa ini?" tanyanya panik. 

         Sementara itu, wanita paruh baya itu menutup mulutnya tidak menjawab pertanyaan anak tirinya.Ia terus menarik tubuh kurus sang anak tiri. 

         Ketika tiba di luar kamar, sang ayah yang tengah duduk di atas kursi roda hanya menatap sendu pada putrinya. Ia tidak bisa berbuat apapun, meski ia ingin. 

         "Ikut aku! Dan gantikan posisi Zahra, menikah dengan kekasihnya, Kevan!" tegas wanita paruh baya itu. 

         "Tidak, Ibu! Lepaskan tanganku, bagaimana bisa aku menggantikan posisi Zahra. Ibu aku mohon jangan seperti ini!"

       Gadis itu terus mencoba memberontak. Namun cekalan di tangannya semakin erat, membuatnya kesakitan. 

     Bruk

    Gadis itu di dorong dengan begitu kasar. Hingga ia terjatuh di lantai dingin itu. Di dalam kamar sudah ada beberapa orang yang akan mendandaninya. 

     "Dandani dia! Karena dia'lah yang akan menikah dengan lelaki cacat itu!"

     ******

     Beberapa jam sebelumnya ... 

       "Apa?" 

      Teriakan wanita paruh baya itu membahana di dalam kamar sang putri, Zahra Putri. Ia kaget setelah mendengar pernyataan sang putri. 

      "Bagaimana bisa, Zahra? Bagaimana bisa kau berniat untuk membatalkan pernikahanmu dengan kekasihmu itu? Sedangkan, acara pernikahan kalian nanti pagi akan terlaksana! Bagaimana bisa kau melakukan ini, apakah kau memang berniat untuk mempermalukanku di hadapan teman-temanku hah!"

        Zahra hanya diam menatap kemarahan sang ibu. Sudah ia duga jika ibunya akan marah besar, mendengar rencananya. 

       "Oh ayolah, Bu! Bagaimana ibu tega, membiarkan anakmu yang cantik ini menikah dengan lelaki cacat seperti Kevan hmm. Meskipun mungkin dia memiliki kekayaan yang banyak, namun apakah ibu tidak akan malu mempunyai menantu cacat sepertinya? Wajahnya hancur bu, tidak tampan seperti dulu! Ibu tenang saja, lepas dari Kevan aku akan mencari lagi mangsa yang baru. Cukup memberikan tubuhku yang indah ini, maka laki-laki manapun pasti akan bertekuk lutut di bawah kendaliku," ucapnya dengan penuh percaya diri. 

          Perempuan paruh baya itu masih diam, menatap tajam pada sang putri yang memiliki ide gila. Bagaimana bisa dia berniat membatalkan sedangkan pernikahannya akan berlangganan nanti pagi, pikirnya. 

         "Gila, kau gila Zahra. Bagaimana bisa kamu masih sesantai ini, sedangkan pernikahan kalian akan berlangsung beberapa jam lagi," ucapnya gusar. 

         Zahra tersenyum menyeringai. Tentu ia tenang, sebab pernikahan ini tidak akan batal. 

         Pernikahannya akan tetap berlangsung. Dan tentu saja dengan seorang pengantin pengganti. 

         Zahra menghampiri sang ibu dan merangkul bahunya," Ibu tenang saja dan tak perlu khawatir. Sebab pernikahan ini akan tetap berlangsung dan tentunya dengan pengantin berbeda."

          Wanita paruh baya itu mendelik melihat sang putri yang tersenyum menyebalkan. Zahra pun membisikkan rencana briliannya. 

           Perempuan paruh baya itu mendengarkan dengan seksama. Kemudian, mereka pun tersenyum bersama. 

          "Idemu cemerlang sekali. Ya kita suruh saja anak itu untuk mengganti posisimu. Dengan mengorbankan ayahnya yang sudah tidak berguna itu."

          Zahra mengangguk. Membenarkan rencana sang ibu. 

         "Ya, dan setelah perempuan itu pergi meninggalkan rumah ini! Kita berdua pun bisa melenyapkan pria penyakitan itu. Aku pun sudah muak melihatnya, pria tidak berguna itu bisa kita singkirkan dan maka rumah mewah ini bisa kita miliki berdua. Bagaimana bu, apa kamu setuju dengan rencanaku?" tanya Zahra. 

         Perempuan paruh baya itu tersenyum smirk. Lalu tak berapa lama ia pun mengangguk. 

        Zahra pun tersenyum puas. Tinggal melaksanakan rencana kedua, yaitu pergi dari rumah. 

       "Baiklah, karena waktu sudah menunjukkan pukul lima pagi. Sebaiknya kita menuju kamar Arancia. Dan membawanya ke tempat para MUA itu," ujar Zahra. 

         Perempuan paruh baya itu mengangguk. Lalu dengan semangat yang membara mereka pun keluar dari kamar Zahra. Alangkah kagetnya ketika membuka kamar. 

        Pria paruh baya yang tak lain suami dan ayah dari Arancia menghadang keduanya. Pria itu menatap tajam pada sang istri yang baru saja beberapa bulan ia nikahi. 

       "Ja-ngan ka-lian la-kukan hal itu pa-da put-riku!" ucapnya terbata.

        Perempuan paruh baya itu menyeringai menatap sang suami. Lalu ia pun menunduk dan berbisik padanya. 

       "Silahkan saja, jika kamu bisa menghalangiku dan mencegahku. Maka lakukanlah Wijaya Hadikusuma," bisiknya lalu perempuan paruh baya itu menyingkirkan kursi rodanya dengan kasar. 

       "Se-kar, kau a-kan me-nyesali per-buatanmu ini!"

       Perempuan paruh baya yang bernama Sekar itu hanya mengedikkan bahunya cuek. Begitu juga dengan Zahra yang malah tersenyum mengejek pada ayah tirinya. 

      Sekar pun melangkah menuju kamar anak tirinya sedangkan Zahra menatap sang ayah tiri. Lalu ia pun berbisik lirih di telinga ayahnya. 

      "Sebaiknya persiapkan dirimu papaku tersayang. Sebab, jika anak kesayanganmu itu sudah pergi. Maka neraka menantimu."

       Zahra tersenyum puas. Sedangkan Wijaya hanya bisa menahan amarahnya. 

      Kedua wanita ular itu mendatangi kamar milik Arancia. Dan membukanya dengan sangat kasar. 

       *****

        "Tolong, jangan lakukan ini, Ibu. Mengapa harus aku yang menggantikan posisi Zahra," lirih Arancia. 

       Sekar hanya menatap datar pada Arancia. Tidak berniat menimpali ucapan anak tirinya itu. 

       Air mata jatuh membasahi kedua pipi Arancia. Ia tidak dapat membayangkan bagaimana nasibnya ke depan. 

       "Ya Allah, Ya Tuhanku. Tolong lindungi hambamu yang tidak berdaya ini. Bila ini memang suratan takdir di dalam kehidupanku, aku ikhlas. Namun berilah perlindunganmu padaku, Tuhan," batin Arancia berkecamuk. 

      Sekar hanya tersenyum sinis. Ia akui jika Arancia begitu cantik dengan wajah alaminya. Berbeda dengan putrinya, Zahra. 

      "Ma, aku pamit ke kamarku! Awasi dia, nanti takutnya dia kabur. Dan mempermalukan Mama," ucap Zahra mengompori Sekar. 

      "Pergilah, Sayang. Biar ini menjadi urusanku! Tunggu! Bagaimana dengan lelaki cacat itu, apa kamu sudah berbicara padanya?" tanya Sekar. 

      Zahra tersenyum lebar. Lalu ia mengangguk. Seolah meyakinkan pada Sekar jika ia sudah berbicara dengan Kevan sang kekasih. 

     Namun, pada kenyataannya Zahra sama sekali belum memberi kabar apapun pada Kevan. Ia sengaja. 

     "Sudah, Ibu tenang saja. Soal Kevan aku yang urus," tukas Zahra. 

      Sekar pun mengangguk tenang. Zahra pun berlalu dari sana. Arancia hanya bisa menatap nanar kepergian saudara tirinya itu. 

      "Pegang kedua tangannya dengan erat! Jika sampai dia berulah, pukul saja!" perintahnya pada para pelayan yang berada di rumahnya itu. 

       Zahra pun masuk ke dalam kamarnya. Lalu ia pun mengirimkan pesan untuk sang kekasih. 

      "Sorry, Kevan! Aku tidak bisa melanjutkan pernikahan ini, dan aku harap kamu mengerti dengan alasan yang aku punya. Namun, kamu tidak perlu khawatir, pernikahan ini akan tetap berlangsung tentu dengan pengantin penggantiku!"

      

      

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status