Kevan menggulingkan tubuh kekarnya di samping Arancia. Nafas keduanya terdengar masih memburu. Kevan meraih tubuh mungil Arancia dan memeluknya seraya mencium kening sang istri begitu lama. "Terima kasih, Sayang. Karena kamu telah menjaganya, dan aku adalah orang pertama yang menyentuhmu. Terima kasih,dan tolong maafkan atas semua kesalahanku,izinkan aku menebus semuanya." Kevan mengeratkan pelukannya, sesekali ia mengecup bahu polos Arancia, membuat wanita yang sudah tidak gadis lagi itu merasa geli. Bukannya berhenti Kevan malah semakin melancarkan aksinya. Membuat sesuatu yang sudah tertidur kembali terbangun. "Yang, dia kembali bangun." Suara Kevan terdengar begitu serak dan juga bergairah. Padahal keduanya baru saja menyelesaikan aktivitas mengenakan itu, kini Kevan ingin kembali mengulanginya. "Yang, bolehkah?" pinta Kevan. Arancia menghela nafasnya lelah, mau tidak mau ia harus menuruti kemauan sang suami. Dan hari itu, en
Kevan turun dengan wajahnya nan dingin. Ia menatap Reygan yang tengah duduk di sofa ruang keluarga. Sahabatnya itu terkadang menyebalkan memang , ia sama sekali tidak melihat jika dirinya tengah sibuk mengejar surga dunia yang sudah lama tertunda. "Ada apa?" tanya Kevan datar begitu ia duduk di sofa hadapan Reygan. Reygan yang merasakan pergerakan di sampingnya pun menoleh. Lalu ia memutar bola matanya malas kala melihat wajah dingin nan datar milik Kevan. Rupanya lelaki itu sudah tidak memakai topengnya lagi. Baguslah! Sayang juga jika wajah tampan selalu di tutupi oleh sebuah topeng. Pikir Reygan. "Heh, kau lupa atau bagaimana hmm! Jika hari ini kita ada meeting dan kau!" tunjuk Reygan pada wajah Kevan. "Kau dengan seenaknya tidak datang ke perusahaan sehingga gue harus kembali mereschedule jadwalmu. Mana di telepon dan di pesan tidak sama sekali kau balas, menyebalkan!" gerutu Reygan. Kevan mendengus kesal. "Ck, kau tinggal ulang kembali jadwalku,
Kevan mematung di pintu yang tidak tertutup rapat itu. Istrinya tengah menangis, Kevan masih bertahan. Ia tidak masuk, karena ingin mendengar curahan hati sang istri . Tangis Arancia begitu lirih dan pilu. Lelaki yang tengah memegang nampan itu tampak mengepalkan tangannya. Kevan memutuskan untuk masuk, Arancia masih belum menyadari keberadaan Kevan. "Ternyata dia tidak sadar jika aku sudah berada di kamar," ucap Kevan pelan. Kevan pun memutuskan menghampiri Arancia yang tengah berdiri membelakangi dirinya. Kevan menelusupkan tangannya di antara perut sang istri. Arancia sempat kaget, tetapi ketika ia merasakan harum tubuh Kevan, Arancia pun diam. "Sedang apa?" tanya Kevan pura-pura tidak tahu jika Arancia menangis. Arancia tidak langsung menjawab. Ia mencoba menetralkan perasaannya. Jangan sampai Kevan tahu jika ia tengah menangis. Kevan pun menyandarkan dagunya di bahu Arancia, dan mengeratkan pelukannya. Merasai harum tubuh Arancia ya
Kevan menatap Arancia penuh cinta, hatinya berdebar kala ia berhadapan dengan istri kecilnya. Sesuatu yang tak pernah kurasakan sebelumnya, bahkan ketika ia berhadapan dengan Angelina ataupun Zahra. Tapi istrinya, seseorang yang baru saja memasuki hidupnya mampu mengobrak-abrik isi hatinya. Arancia masih setia menutup matanya, setelah di gempur habis-habisan oleh Kevan, membuat wanita itu kelelahan. Padahal ia baru saja mengisi tenaganya, tetapi harus kembali terkuras akibat ulah Kevan. Kevan mengecup lembut puncak kepala Arancia, lalu meraih tubuh itu menenggelamkannya ke dalam pelukan. Arancia sedikit menggeliat, namun mata itu enggan terbuka. “Tidurlah, istirahat,” bisik Kevan tepat di telinga Arancia. Arancia pun kembali menutup matanya, menjemput mimpi indahnya. Tak berselang lama, Kevan pun ikut menutup matanya. Menyusul sang istri menuju ke alam mimpi. * * Pagi menjelang, Kevan sudah terjaga sedari tadi, ia pun kini tengah berada di
Saat ini, Kevan tengah berkutat dengan beberapa berkas. Ia bekerja dengan semangat, sebab Kevan berniat akan membawa Arancia berbulan madu. Kevan ingin membuat istrinya itu selalu bahagia, meskipun dengan hal kecil sekalipun. Bukankah membuat istri bahagia itu adalah tugas seorang suami? Tidak ada salahnya jika kita sedikit mengeluarkan uang demi kebahagiaan istri. Menjaga mentalnya agar tetap sehat dan selalu memberi dukungan tentu adalah tugas seorang suami. Kevan pun ingin membuat istrinya selalu bahagia bila bersama dirinya. Sudah cukup airmata dan kesedihan yang ia rasakan. Kevan akan menjadi penebus untuk semua kesakitan Arancia. “Van,” panggil Reygan. Kevan mendongak menatap sahabatnya heran. Reygan seperti di kejar-kejar oleh hantu saja, wajahnya juga pucat. “Ada apa?” “Tolong gue, Van. Elah tuh cewek kejar-kejar gue terus, tolong gue,” lirih Reygan yang kini sudah berjongkok, sembunyi di dekat meja Kevan. Tak berselang lama,
Brakk "Astagfirullah! Ibu, ada apa?" tanya seorang gadis yang tengah mengaji itu. Seorang wanita paruh baya dan juga wanita muda mendatangi kamarnya. Wajah mereka berdua begitu menyeramkan, menatap tajam pada gadis yang masih terduduk menggunakan mukenanya. "Ibu, ada apa? Bukankah seharusnya kalian bersiap-siap?" tanyanya heran. "Lepaskan mukenamu! Dan ikut bersama kami, saat ini juga!" Gadis cantik bermata sendu itu tampak menatap heran pada ibu tirinya itu. Sementara itu, gadis muda yang berdiri di samping ibunya, hanya tersenyum menyeringai. Entah apa yang tengah mereka rencanakan. "Ikut aku!" ucapnya tegas seraya menarik tangan sang gadis dengan kasarnya. "Ya Tuhan, Ibu tunggu! Ada apa ini?" tanyanya panik. Sementara itu, wanita paruh baya itu menutup mulutnya tidak menjawab pertanyaan anak tirinya.Ia terus menarik tubuh kurus sang anak tiri. Ketika tiba di luar kamar, sang ayah yang tengah
"Tuan, persiapan sudah 95%, dan sekitar jam tujuh pagi kita akan berangkat ke rumah nona Zahra," ujar pria muda yang tak lain adalah asisten kepercayaan Kevan Aktamanov. Lelaki yang tengah memandang ke luar jendela itu hanya menjawab dengan anggukan kepala. "Baiklah, jika begitu saya permisi. Ah ya ponsel Anda tadi saya lihat berkedip. Sepertinya ada pesan masuk." Lagi dan lagi Kevan hanya diam dan menjawab dengan anggukan kepalanya. Pria yang sudah memakai baju pengantinnya itu hanya menatap hamparan bunga-bunga yang tumbuh di halaman rumah belakangnya. ****** Kevan Aktamanov seorang pria tampan berusia 27 tahun itu, tampak gagah dengan pakaian pengantinnya. Pria yang berstatus seorang CEO di perusahaan Aktamanov Corp itu tampak memasang wajah dinginnya. Semenjak kecelakaan yang menyebabkan wajahnya hampir 50 persen terbakar. Membuat sikap Kevan berubah 180° . Lelaki yang tadinya bersikap hangat kini begitu dingin tak tersentuh.
"Saya terima nikah dan kawinnya, Arancia Alfatunisa dengan mas kawin tersebut tunai." Kevan membaca ijab kabul dengan sekali tarikan nafas. Penghulu dan para saksi terdiam, mendengar suara tegas nan berwibawa milik Kevan. Penghulu menoleh ke kanan dan ke kiri. Lalu para saksi pun mengangguk. "Bagaimana, para saksi? Sah?" "Sah." Satu kalimat itu terdengar membahana, ketika para saksi berkata pernikahan Kevan dan Arancia sah. Arancia menunduk, memilin gaun pengantinnya. "Baiklah, kalian berdua sudah sah menjadi sepasang suami istri. Silahkan sang suami boleh mencium kening sang istri. Dan sebaliknya sang istri mencium tangan suami dengan takdzim. Dan untuk buku nikah, maaf mungkin esok atau lusa baru bisa kalian tanda tangan. Sebab buku nikah yang berada di tangan saya atas nama Kevan dan Zahra. Jadi mohon di maklumi jika kalian berdua belum bisa langsung mendapatkannya." Kevan terdiam. Kemarahan terlihat sekali di raut wajahnya. Meskipu