Share

Pelakor Kesayangan Tuan CEO
Pelakor Kesayangan Tuan CEO
Author: Melika Sun

Aleena

"Sudah aku bilang, di sini tidak ada lowongan pekerjaan! Apa kau tuli, hah?!" teriak salah satu petugas resepsionis di perusahaan Arhadhita Group.

Wanita berhijab peach yang sedang berjongkok memunguti berkas yang berserakan di lantai lobi itu--tampak tampak ketakutan sekarang. Alisya tidak menyangka perusahaan mantan suaminya ini mempekerjakan orang seperti ini. Namun, dia harus bersabar untuk menjalankan rencananya.

Alih-alih marah, Alisya kini justru berbicara dengan gugup, "Ma--maaf Mbak, saya tidak tahu."

"Siapa namamu tadi?"

"A--Aleena, Mbak," ucap Alisya dengan "nama barunya".

"Oke, Aleena. Kamu ini hanya lulusan SMA, tapi kamu kok berani melamar pekerjaan di perusahaan ini. Mimpi kamu!" Resepsionis itu sekali lagi membentak. Kini, dia bahkan menoyor kepala Aleena tanpa menyadari bahwa dia baru saja merendahkan mantan istri dari Arfa--CEO tempatnya bekerja.

Tangan Aleena sontak mengepal. Namun, dia berusaha mempertahankan karakternya. "Maaf Mbak, saya hanya sedang berusaha. Tidak ada salahnya kalau saya mencoba melamar pekerjaan di sini," sahut Aleena dengan suara lirih.

"Jelas salah, karna kamu tidak tau diri sudah berani-beraninya melamar kerja di sini," sinis resepsionis itu dengan suara lantang, "Security! Seret wanita ini keluar!"

Aleena sontak mendongakkan kepalanya dengan wajah panik begitu mendengar perkataan wanita berpakaian seksi itu. Terlebih, tangannya dicekal dengan keras. Tidak. Dia tidak ingin dirinya diusir tanpa dapat bertemu Arfa.

Perempuan itu mulai putus asa, sampai dilihatnya seorang pemuda tampan kepercayaan suaminya berdiri tak jauh di sana. Setitik harapan muncul.

Dengan tampang tersakiti, Aleena lantas berkata cepat, "Saya bisa keluar sendiri, Mbak. Tolong jangan lakukan itu. Maaf, kalau kedatangan saya sudah mengganggu."

Siapa pun yang melihat--akan merasa iba dengan Aleena. Perempuan itu tampak tak berdaya dan tak ingin membuat keributan lebih parah lagi.

Untungnya, respsionis berpakaian seksi ini tak sadar dengan rencana Aleena. Dia malah tersenyum pongah.

"Baguslah kalau kamu sadar diri. Sudah, cepat sana keluar!" Sekali lagi, resepsionis itu mendorong Aleena.

"HENTIKAN!"

Suara bariton dari belakang sontak membuat semua mata langsung menoleh ke arah pria tampan itu, termasuk si resepsionis.

Diam-diam, Aleena tersenyum miring. Dramanya berhasil menarik simpati tangan kanan Arfa.

Bahkan, dia dapat melihat bahwa perempuan kejam tadi buru-buru melepaskan cekalan tangannya sambil berpura-pura merapikan pakaiannya yang terlihat begitu sempit di tubuhnya.

Seperti kerasukan setan, resepsionis itu berubah 180 derajat--langsung tersenyum dan membungkuk hormat, "Pak Alex ...."

"Ada apa ini, Selly? Mengapa kau berbuat kasar kepada wanita ini?" tanya pria dengan suara bariton itu, seraya menatap tajam.

"Maaf Pak Alex, wanita ini datang hanya untuk membuat keributan di sini, padahal sudah saya tegur baik-baik," jawab Selly, berbohong.

"Benarkah begitu?" tanya Alex.

Pria berhidung mancung itu menatap wanita berhijab yang masih setia menunduk di hadapnnya.

"Maaf Pak, niat saya datang ke sini hanya untuk melamar pekerjaan, bukan untuk membuat keributan," jawab wanita berhijab itu dengan suara lirih.

"Bohong Pak! Wanita ini terus memaksa untuk meminta pekerjaan di sini," tukas Selly dengan sengit.

"Diam! Saya tidak meminta kamu untuk berbicara," sahut Alex. Pria itu kembali menatap wanita berhijab di depannya lalu bertanya, " Siapa nama kamu?"

"Aleena, Pak."

"Aleena? Baik, kamu ikut ke ruangan saya sekarang," ucap Alex.

Wanita itu hanya mengangguk samar, tanpa berani menatap ke arah Alex--menyisakan Selly dengan tatapan kesal. Namun, itu tak lama karena Alex kembali menatap tajam resepsionis itu.

"Oh, iya! Saya tidak ingin melihat kamu berbuat seperti itu lagi. Kalau sampai kamu mengulanginya lagi, saya tidak akan segan memecat kamu, tanpa harus meminta persetujuan pak Arfa."

Mendengar nama bos mereka disebut, Selly sontak panik. Dengan terbata-bata, dia pun berusaha menjawab Alex. "Ba-baik Pak. Saya mengerti."

"Dan satu lagi, jangan pernah memakai pakaian kurang bahan seperti itu, menjijikan!" ujar Alex, yang langsung membuat wajah Selly merah padam.

"Mari ikut saya." Alex lalu mengajak Aleena untuk mengikutinya masuk ke dalam lift kusus, menuju ke lantai 65 gedung pencakar langit itu.

Setelah sampai, pria itu pun meminta Aleena untuk menunggu di depan sebuah ruangan dengan pintu berwarna hitam, sementara dirinya masuk ke dalam ruangan itu untuk menemui seseorang sambil menyerahkan berkas lamaran milik Aleena.

Dengan hati berdebar, Aleena menunggu di depan pintu. Selangkah lagi, rencananya berhasil. Rencananya untuk kembali merebut mantan suaminya yang hilang ingatan akan semakin dekat.

Tidak menunggu lama, Alex kembali keluar dengan sebuah senyum di wajahnya.

"Tadi saya bertemu dengan atasan saya. Namanya Pak Arfa. Beliau sudah menunggu di dalam," ucap Alex. Pria itu lantas kemudian membukakakan pintu untuk Aleena.

"Apa tidak apa-apa saya masuk sendiri Pak? Sa-saya takut," ucap Aleena, gugup.

Kali ini, perempuan itu tak berpura-pura. Meski targetnya memang benar Arfa, tetapi kekhawatiran terus melanda. Bagaimana jika Arfa tak suka padanya? Apakah rencananya akan berakhir sia-sia?

Lamunan Aleena lantas berhenti ketika mendengar kekehan Alex. "Dia tidak akan menggigitmu. Apa yang harus kau takutkan?" sahut Alex.

"Baiklah kalau begitu," ucap Aleena. Wanita berwajah cantik itu kemudian melangkah masuk dengan dada berdebar.

Aleena melangkah pelan memasuki ruangan dengan nuansa hitam abu-abu tersebut. Di balik sebuah meja, terlihat seorang pria sedang duduk di kursi dengan posisi memunggunginya.

"Se-selamat pagi Pak," sapa Aleena dengan terbata.

Dan begitu pria tersebut membalikkan tubuhnya menghadap ke arah Aleena, wanita itu langsung menundukkan kepalanya.

"Kau yang bernama Aleena?"

"I-iya, Pak," jawab Aleena--tanpa berani menegakkan kepalanya.

"Pekerjaan apa yang kau inginkan?" tanya Arfa, sambil tersenyum melihat ke arah wanita berusia 25 tahun di depannya, yang masih setia menunduk.

"Sa-saya tidak tau Pak. Sa-saya hanya tamat SMA, mungkin tukang bersih-bersih, kalau ada," jawab Aleena, semakin gugup.

Melihat Aleena yang gugup dan ketakutan, justru membuat Arfa, CEO dari Arhadhita Group itu tersenyum lebar.

"Sayang sekali, tidak ada lowongan untuk cleaning service di sini."

"Tidak masalah Pak, saya bisa mencari pekerjaan di tempat lain," sahut Aleena.

Arfa tersenyum, lalu bangkit dari duduknya. Pria tampan itu kemudian memutari meja lalu berdiri tepat di hadapan Aleena.

"Aku ada lowongan pekerjaan untukmu, apa kau mau?" tanya Arfa, sambil memajukan wajahnya ke arah Aleena.

Dengan spontan Aleena langsung menggeser tubuhnya ke samping.

"Lowongan pekerjaan apa maksud Bapak?" tanya Aleena, ragu.

"Jadilah sekretaris pribadiku," jawab Arfa.

Aleena langsung mendongakkan wajahnya, tidak percaya dengan apa yang di dengarnya. Memang, dia ingin mendekati mantan suaminya itu kembali. Namun, tidak secepat ini.

Di sisi lain, begitu pandangannya bertemu dengan Arfa, Aleena langsung mengerutkan dahinya.

"Apa kau mengingatku?" tanya Arfa, dengan tatapan penuh rindu.

"Entahlah. Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" Aleena balas bertanya--tak mengerti. Apakah ingatan mantan suaminya ini sudah pulih?

Arfa mendekat, lalu meraih pinggang ramping Aleena, mengikis jarak di antara mereka.

"A-apa yang Bapak lakukan? Le-lepas Pak," cicit Aleena, berusaha melepaskan pelukan Arfa di pinggangnya.

Bukannya melepaskan, Arfa justru mengeratkan pelukannya di pinggang Aleena tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah cantik itu.

"Kau lupa padaku? Apa perlu aku mengingatkanmu?" tanya Arfa, setengah berbisik.

"A-aku benar-benar tidak mengingatmu, maaf," jawab Aleena, semakin gugup.

Cup!

Tiba-tiba Arfa mendaratkan sebuah ciuman singkat di bibir Aleena.

"Kau," desis Aleena dengan mata melotot.

"Apa kau mengingatku sekarang?" tanya Arfa, tersenyum lebar.

"Dasar pria mesum!" sentak Aleena. Lalu dengan cepat wanita itu mengangkat tangannya ke udara, bersiap mendaratkan sebuah tamparan di wajah Arfa.

Tap!

Dengan cepat pula Arfa menangkap tangan Aleena, lalu dengan gerakan lembut membawa telapak tangan wanita itu ke wajahnya.

"Apa kau tidak merindukanku?" tanya Arfa, sambil mengusap-ngusapkan telapak tangan Aleena di wajahnya.

Tiba-tiba saja Arfa mendorong tubuh Aleena hingga telentang di atas sofa, ia lalu mengungkung tubuh wanita itu di bawahnya.

"Mas Arfa, ja-jangan!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status