"Dasar wanita jalang!!" jerit Laura dengan mata terbelalak lebar.Wanita mana yang tidak akan marah jika melihat ada wanita muda nan cantik tertidur nyenyak di atas ranjang suaminya. Bahkan dirinya sendiri tidak pernah di izinkan untuk masuk ke dalam kamar tersebut."Bu Laura," cicit Aleena dengan wajah ketakutan. Wanita itu langsung terbangun karena terkejut mendengar teriakan Laura di depan pintu."Dasar jalang! Berani-beraninya kamu menggoda suamiku, hah!" teriak Laura seperti seekor singa yang sudah bersiap menerkam mangsanya. Tanpa ampun Laura menjambak rambut panjang Aleena, menyeret tubuh wanita itu keluar dari kamar Arfa."Auwwh, sa-sakit Bu. Tolong lepaskan," pinta Aleena dengan wajah kesakitan. Rasa sakit dan perih di kepalanya membuat wanita itu sampai meneteskan air matanya."Sakita? iya?" ejek Laura.Plak! Laura melayangkan sebuah tamparan keras di wajah Aleena, hingga membuat kulit wajah wanita itu memerah."Apa itu juga sakit, hah?" tandas Laura dengan wajah sinis."I
Wajah Arfa mengeras. Kedua tangannya mengepal kuat, hingga memperlihatkan buku-buku jarinya. Melihat Alena yang masih belum sadarkan diri, terbaring lemah di ruang perawatan VIP.Pria itu sedikit membungkuk, mencium kening Aleena dengan lembut seraya berbisik, "Cepatlah bangun, aku akan membalaskan rasa sakit yang kau derita."Kembali menegakkan tubuhnya, Arfa lalu melangkah keluar meninggalkan ruang perawatan tersebut."Apa kau akan pergi?" tanya Alex, begitu melihat kemunculan Arfa dari balik pintu.Mengangguk samar lalu berkata, "Ada sesuatu yang harus aku selesaikan, kau tetaplah disini," titah Arfa, melihat arloji di pergelangan tangannya. "Segera kabari aku jika Aleena sudah sadarkan diri," imbuhnya."Baik, kau tidak perlu kuatir," sahut Alex.Memandangi punggung Arfa yang semakin menjauh, Alex kembali menjatuhkan bobot tubuhnya di kursi tunggu yang ada di depan kamar inap Aleena.Mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi, Arfa melajukan kendaraan roda empat itu menuju ke ar
"Sekali lagi kau berani menyentuhnya, aku tidak akan segan menendangmu keluar dari rumah ini!" sentak Arfa.Mengempaskan tubuh Laura kelantai dengan kasar.Puas melampiaskan kemarahannya, Arfa meninggalkan Laura begitu saja. Tidak peduli dengan jerit tangis wanita itu. Justru Arfa tersenyum bahagia. Kepuasan tergambar di wajahnya. Sakit yang di rasakan Aleena telah ia balaskan. Begitu fikirnya.Melajukan mobilny kembali ke rumah sakit, meninggalkan rumah mewah yang tidak pernah memberinya rasa bahagia sejak ia terbangun dari koma. Arfa berharap setelah ini Laura tidak akan berani macam-macam lagi dengan Aleena.Setelah kepergian Arfa, Laura bangkit, berjalan tertatih menuju kamarnya. Luka di wajah dan sekujur tubuhnya, tidak dapat mengalahkan rasa sakit dan luka di hatinya.Tersenyum miris di depan cermin, menatap pantulan wajahnya yang teramat menyedihkan. Tangannya terulur ke permukaan cermin, mengusap pantulan wajah lalu bertanya padanya, "Apa kau sudah kalah kali ini, Laura?"Menj
Seorang wanita berdiri di tempat persembunyiannya. Mengamati dari jarak aman. Berharap pria yang sedang duduk di depan ruang perawatan Aleena segera menyingkir.Seolah semesta mendengarkan doanya, tak lama Kemudian pria itu bangkit dari duduknya, lalu pergi.Dengan cepat memakai jas Dokter yang tersampir di pundak. Tidak lupa memakai kaca mata dan masker yang menutupi sebagian wajahnya.Melangkah dengan tenang. Sesekali membalas sapaan dan anggukan beberapa perawat dan Dokter yang berpapasan dengannya di lorong.Berhenti sejenak di depan ruang perawatan Aleena. Memutar gagang kunci dengan sangat pelan, mendorongnya ke dalam tanpa menimbulkan suara.Dari balik masker yang di kenakannya, wanita misterius itu menyeringai kecil begitu melihat target utamanya sedang tertidur lelap.Bersiap menyuntikkan sesuatu ke dalam botol infus yang tergantung di samping Aleena. Tiba-tiba terdengar suara gagang pintu yang di putar dan dorong dari luar.Apakah sudah waktunya pemeriksaan?Alex menatap ke
"Aku ada urusan lain. Tetap di sini dan jangan kemana-mana! Jaga Aleena baik-baik!"Arfa melongok mendengar perintah Alex. Anak buahnya itu sudah berani memerintahnya, seakan dialah bos nya di sini."Kau!"Alex main nyelonong begitu saja, tidak perduli kedua mata Arfa yang mendelik dengan telunjuk mengarah ke wajahnya."Tuan Arfa!"Seorang Dokter muncul dari balik pintu menyerukan namanya."Nyonya Aleena sudah sadarkan diri, sebentar lagi pasien akan kami pindahkan ke ruang perawatan," terang sang Dokter."Bolehkan aku melihatnya sekarang?" "Sebentar lagi pasien akan kami pindahkan, Tuan Arfa silahkan menunggu di sini," jawab Dokter dengan ramah.Tidak lama kemudian pintu ruang HCU kembali terbuka, cukup lebar, memperlihatkan beberapa perawat yang sedang mendorong emergency bed keluar dari ruangan tersebut. Perasaan lega menyelimuti hati Arfa, melihat Aleena yang sudah sadarkan diri dan sedang menatap ke arahnya sembari tersenyum."Tuan Arfa, kita pindahkan Nyonya Aleena sekarang."
"Dia istriku!"Bagai tersengat aliran listrik ribuan voltase, tubuh Nyonya Miranda seketika menegang. Kilat amarah terlihat di kedua matanya. Menatap nyalang ke arah dua insan yang sedang berpelukan."Lalu di mana Laura!" "Aku tidak tahu!" Arfa benar-benar menunjukkan rasa tidak senang dan ketidakpeduliannya terhadap wanita itu.Namun, jawaban itulah yang justru memancing kemarahan Nyonya Miranda melesat berada pada puncaknya.Plak!Sebuah tamparan keras mendarat di wajah Arfa, namun tidak berarti apa-apa bagi pria itu. Jangankan hanya sebuah tamparan, nyawa pun akan siap Ia berikan untuk wanita yang sangat dicintainya.Alena yang semakin ketakutan menyembunyikan wajahnya di dalam pelukan Arfa. Tubuh wanita itu gemetar kedua tangannya mencengkeram dengan kuat lengan Arfa."Sssttt, tenanglah sayang. Semua akan baik-baik saja." Mengusap punggung Alena dengan lembut, berharap agar wanita itu sedikit mendapatkan ketenangan."Ternyata wanita jalang Ini yang telah membuatmu menyia-nyiakan
Tubuh Alex menjulang di depan pintu. Menghalangi Laura yang ingin masuk dalam ruang perawatan Aleena."Aku mohon, izinkan aku masuk. Aku hanya ingin bertemu Aleena dan meminta maaf kepadanya," mohon Laura dengan suara lemah.Wajah pucat, bibir kering, rambut diikat dengan asal seperti tidak terurus. Kesedihan tergambar begitu jelas di wajah wanita itu. Sorot mata putus asa seolah tidak ada harapan lagi dalam kehidupannya.Dan siapapun, pasti akan menaruh iba melihatnya.Siapapun?Alex tersenyum samar. Melipat kedua tangannya di dada. Pria itu lalu berkata, " Aku tidak bermaksud menghalangimu, aku hanya kuatir kau justru akan jatuh pingsan di dalam. Apalagi kau terlihat sangat lemah.""Kau tidak perlu kuatir. Biarpun aku harus mati bersimpuh di hadapan Aleena, itu tidak masalah yang penting aku sudah meminta maaf kepadanya. Aku hanya sedang berusaha menerima semua ini dengan ikhlas," tutur Laura.Wanita itu menunduk, menyembunyikan air mata yang sudah beranak sungai di wajahnya.Alex m
Arfa mengacak rambutnya, frustasi. Berbagai cara telah ia lakukan untuk membujuk Aleena yang sedang merajuk. Cemburu lebih tepatnya.Salah siapa?Aleena sendiri yang memintanya untuk bersikap baik kepada Laura. Setengah memaksa juga."Sayang, aku tidak sungguh-sungguh melakukannya. Kau sendiri yang mendorongku dari belakang untuk menangkapny."Aleena melengos. Masih tidak sudi melihat Arfa."Terlihat sekali kalau Mas Arfa sangat mencemaskan keadaanya! Aku tidak suka," kata Aleena.Arfa tersenyum. Akhirnya wanita itu mau bersuara juga setelah sejak tadi hanya diam membisu."Aku menyukainya," desis Arfa."Apa!" sosor Aleena dengan mata melotot.Arfa terkekeh. Ternyata wanitanya galak juga kalau sedang cemburu."Aku menyukainya—rasa cemburumu, sayang."Berbisik di telinga Aleena. Menjilat leher wanita itu, sangat erotis."Nggak usah merayu!" ketus Aleena.Memalingkan wajahnya yang merona, malu."Kenapa wajah kamu merona, sayang, aku semakin ingin memakanmu," goda Arfa."Iisshh. Apaan sih