Share

Maksud Tersembunyi?

"Sekali lagi kau berani menyentuhnya, aku tidak akan segan menendangmu keluar dari rumah ini!" sentak Arfa.

Mengempaskan tubuh Laura kelantai dengan kasar.

Puas melampiaskan kemarahannya, Arfa meninggalkan Laura begitu saja. Tidak peduli dengan jerit tangis wanita itu. Justru Arfa tersenyum bahagia. Kepuasan tergambar di wajahnya. Sakit yang di rasakan Aleena telah ia balaskan. Begitu fikirnya.

Melajukan mobilny kembali ke rumah sakit, meninggalkan rumah mewah yang tidak pernah memberinya rasa bahagia sejak ia terbangun dari koma. Arfa berharap setelah ini Laura tidak akan berani macam-macam lagi dengan Aleena.

Setelah kepergian Arfa, Laura bangkit, berjalan tertatih menuju kamarnya. Luka di wajah dan sekujur tubuhnya, tidak dapat mengalahkan rasa sakit dan luka di hatinya.

Tersenyum miris di depan cermin, menatap pantulan wajahnya yang teramat menyedihkan. Tangannya terulur ke permukaan cermin, mengusap pantulan wajah lalu bertanya padanya, "Apa kau sudah kalah kali ini, Laura?"

Menjulurkan kepalanya ke depan, nyaris menyentuh bayangannya sendiri di permukaan cermin. "Aku? Kalah? Seorang Laura kalah dari jalang miskin tidak tau diri itu?"

Hahaha

Tiba-tiba saja wanita itu tertawa, mengerikan. Mengabaikan rasa sakit di sudut bibirnya yang pecah.

"Jika Alisya dapat dengan mudah aku singkirkan, apatah lagi hanya seorang jalang miskin seperti Aleena?"

Menyeringai lebar, lalu kembali memundurkan kepalanya ke belakang.

"Kita lihat, sampai di mana kau bisa bertahan," desis Laura.

Wanita itu bangkit sambil bersenandung kecil, seolah tidak terjadi apa-apa dengannya. Berjalan menuju lemari pakaiannya, lalu mengambil sebuah gawai yang selama ini ia sembunyikan. Tidak ada yang tau.

Laura segera mengetik sebuah pesan, lalu mengirimnya ke nomer asing.

[Aku ingin kau melakukan sesuatu untukku]

Tidak perlu menunggu lama, sebuah balasan langsung di terimanya.

[Katakan]

[Aku ingin kau menghabisi seseorang!]

**** ****

Begitu sampai di rumah sakit, Arfa bergegas turun. Setengah berlari menuju ruang perawatan Aleena. Tidak mendapat kabar tentang Aleena beberapa jam saja membuat pria itu begitu risau.

"Apa yang terjadi? Apa Aleena belum sadar juga?"

Gurat kecemasan tergambar di wajah pria berhidung mancung itu, tatkala melihat Dokter dan beberapa orang perawat sedang memeriksa keadaan Aleena di dalam.

"Aleena baru saja siuman, dia mengeluhkan rasa sakit di kepalanya. Dokter sedang memastikan keadaanya. Kau tidak perlu kuatir," jawab Alex.

Huufft.

Pria itu menghembuskan nafas lega. " Syukurlah kalau begitu," ucapnya.

"Apa urusanmu sudah selesai?"

Menoleh ke arah Alex, lalu tersenyum miring. "Aku sudah memberinya pelajaran, harusnya wanita itu jera," jawab Arfa.

"Aku harap begitu," sahut Alex, tersenyum samar. "Sepertinya kau perlu mengukuhkan kedudukan Aleena di sampingmu, agar Laura tidak berani macam-macam dengannya," lanjut Alex.

Arfa terdiam sesaat, mencerna maksud perkataan asisten sekaligus sahabatnya itu.

"Kau benar sekali. Aku akan memaksa Aleena agar mau menikah denganku," desis Arfa.

Alex kembali tersenyum penuh arti. "Buat ia mempunyai kuasa dan kedudukan yang lebih tinggi dari Laura, dengan begitu Aleena mempunyai kekuatannya sendiri," kata Alex.

"Tentu saja. Aku akan melakukan apapun untuk membahagiaknnya."

Tidak lama pintu terbuka, Dokter dan bebeapa perawat muncul dari dalam.

"Bagaimana keadaan istri saya, Dokter?" tanya Arfa, tidak sabar.

Istri?

"Pasien sudah sadarkan diri, jika dalam beberapa jam ke depan masih merasakan pusing dan muntah, kita akan lakukan CT scan. Untuk saat ini, biarkan pasien beristirahat dulu," terang Dokter tersebut dengan ramah.

"Baik, Dokter. Terima kasih," ucap Arfa.

Bergegas masuk ke dalam, tanpa menunggu Dokter dan perawat meninggalkan tempat itu terlebih dahulu.

Senyum terukir di wajah di Aleena, begitu melihat kedatangan Arfa.

"Sayang," lirih Arfa.

Mencium kening Aleena dengan lembut. Lalu duduk di samping wanita cantik itu. Diraihnya tangan Aleena, membawanya ke dalam genggamannya.

"Maaf, jika aku datang tepat waktu, tentu kau tidak akan mengalami hal ini, sayang" kata Arfa, penuh penyesalan.

Aleena tersenyum lembut. Senyum yang selalu membuat Arfa merasa tenang di sampingnya. Senyum yang membuat Arfa tidak bisa jauh darinya.

Mengusap punggung tangan Arfa dengan lembut. Aleena berkat, "Mas Arfa tidak bersalah, tidak perlu meminta maaf. Mungkin sebaiknya aku yang harus tau diri."

Kesedihan tergambar jelas di wajah cantik itu. Menyiratkan rasa ketidak berdayaan akan keadaanya. Menyamarkan maksud tersembunyi di dalam hatinya.

"Tidak sayang, kau tidak boleh berkata seperti itu. Aku sudah memberinya pelajaran yang setimpal, dia tidak akan berani menyakitimu lagi."

"Tapi dia sudah menyakiti perasaanku, Mas. Aku begitu terhina dengan perlakuannya," cicit Aleena, mengalirkan air mata kesedihan di wajahnya.

"Sssttt, jangan menangis, sayang. Jangan menangis." Mengusap air mata pada wajah Aleena. "Aku akan melakukan apa saja, agar sakit hatimu terbalaskan," imbuhnya.

Seorang Arfa tentu tidak akan rela melihat wanitanya menangis. Apapun akan ia lakukan untuk mengembalikan senyum di wajah cantik itu.

"Walau sakit hatiku terbalaskan, tapi wanita itu akan selalu menindasku. Lalu apa dayaku yang hanya seorang wanita miskin tidak punya apa-apa?"

Aleena terisak pilu. Menorehkan rasa tidak rela di hati Arfa. Pria itu telah bertekad akan memberikan apa saja untuk wanitanya.

Arfa mencondongkan tubuhnya ke depan, membelai lembut wajah Aleena, lalu berkata, "Katakan, sayang. Apa yang kau inginkan? Akan ku pastikan untuk mewujudkan semua keinginanmu."

Berkata dengan sebuah keyakinan. Tidak ada yang Arfa inginkan saat ini selain kebahagiaan wanita di depannya.

"Aku lelah Mas. Aku ingin beristirahat dulu," lirih Aleena.

Membalikkan tubuhnya memunggungi Arfa, lalu berpura-pura memejamkan kedua matanya.

Wanita itu sengaja bersikap abai dengan ucapan Arfa, ia ingin agar pria di sampingnya semakin merasa bersalah dan berfikir jika ia akan meninggalkannya.

"Baiklah, sayang. Kita akan membahasnya nanti. Tidurlah, aku akan menemanimu."

Mengambil tempat di samping Aleena, lalu berbaring memeluk wanita itu dari belakang.

"Aku akan mewujudkan semua keinginanmu, jangan pernah berpikir untuk meninggalkan aku," bisik Arfa di telinga Aleena.

Wanita itu tersenyum samar. Perasaan bahagia menyelimuti hatinya. Arfa sudah berada di dalam genggamannya, tinggal memikirkan cara, bagaimana membuat hidup Laura jungkir balik secepatnya.

Tidak lama kemudian keduanya terlelap bersama dalam mimpi. Hingga tidak menyadari kehadiran seorang Dokter di samping mereka.

Dokter dengan gelagat yang sangat mencurigakan, bersiap menyuntikkan sesuatu di botol infus yang tergantung di samping Aleena.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status