Share

Gara-gara Basah

Aaahhk!

Arfa langsung berlari masuk ke dalam kamar yang ada di ruang kerjanya, begitu mendengar suara teriakan Aleena.

"Ada apa?" tanya Arfa dengan wajah cemas.

"Basah," cicit Aleena dengan wajah sedih. Arfa menghembuskan nafas lega, pria itu lalu mendekat ke arah Aleena.

"Kenapa sampai bisa basah begini? Apa kau sengaja menggondaku? Hem?" seloroh Arfa.

"Ck. Kalau aku mau aku sudah melakukannya selama Mas Arfa tinggal di rumahku. Bukankah Mas Arfa sendiri yang sampai bosan merayuku setiap hari?" sahut Aleena dengan bibir mengerucut.

"Kondisikan bibirmu Aleena, atau aku akan menggigitnya seperti waktu itu," ucap Arfa menatap gemas ke arah bibir Aleena.

"Nggak usah ngadi-ngadi kamu Mas. Nggak lihat apa bajuku basah begini?" gerutu Aleena.

"Kemarilah," ucap Arfa, lalu menarik tangan Aleena untuk keluar dari kamar mandi.

"Buka bajumu, aku akan membawanya ke laundry sekalian membeli baju ganti untukmu. Kau pakailah bajuku dulu," ucap Arfa, lalu meraih sebuah kemeja berwarna putih yang tergantung di dalam lemari pakaian.

"Besar, Mas," ucap Aleena sambil menerima kemeja tersebut.

"Tak apa. Kau justru akan terlihat seksi jika memakainya," sahut Arfa sambil terkekeh.

"Dih, mesum saja mikirnya. Seperti sudah lama tidak mendapat asupan gizi dari istrimu," sahut Aleena.

"Aku hanya mau asupan gizi darimu," ujar Arfa sambil meremas bokong sintal milik Aleena, dan dengan cepat wanita itu menepiskan tangannya.

"Nggak usah kumat mendadak. Heran deh," gerutu Aleena dengan wajah kesal, yang justru membuat Arfa tertawa bahagia melihatnya.

"Mau aku bantu membuka pakaianmu, Aleena?" tawar Arfa dengan tatapan penuh arti.

"Ngawur. Sudah sana keluar." Usir Aleena dengan wajah gusar.

"Aku akan tetap di sini menemanimu. Bukankah kau bilang, jika hanya aku satu-satunya lelaki yang berhak melihat tubuhmu?" kilah Arfa.

Aleena memutar bola mata ke atas, wanita itu lalu berkata, "Kalau sampai ngences aku nggak tanggung jawab ya."

"Aku bisa mencari solusi untuk mengatasinya," jawab Arfa dengan santai.

"Terserah Mas Arfa saja," sahut Aleena tidak ingin berdebat.

Wanita itu kemudian melepas jilbabnya yang basah, merapikan ikatan rambutnya, kemudian menyepolnya keatas dengan asal memperlihatkan leher jenjang miliknya, yang semakin terlihat menggoda di mata Arfa.

Pria itu duduk di sisi tempat tidur sambil memandangi Aleena tanpa berkedip sama sekali.

"Apa kau perlu bantuan?" tanya Arfa ketika melihat Aleena kesusahan membuka risleting baju yang dikenakannya.

"Tidak perlu, aku bisa mencobanya lagi," jawab Aleena tanpa melihat kearah Arfa.

Aleena kembali mencoba menurunkan risleting yang macet itu dengan sekuat tenaga. Tapi sampai ia merasa lelah, risleting itu tidak juga mau bergeser.

"Kau sangat keras kepala sekali," ucap Arfa yang entah sejak kapan sudah berdiri begitu dekat di belakang Aleena, hingga hembusan nafasnya yang hangat bisa dirasakan oleh wanita itu.

Setelah melepaskan kain yang tersangkut di tengah risleting tersebut, Arfa perlahan menurunkan risleting itu hingga sampai batas penghabisan. Dengan gerakan lembut pria itu menurunkan dres yang di pakai Aleena, hingga memperlihatkan punggung dan bahu mulus milik wanita itu.

Arfa menelan ludahnya dengan kasar. Telapak tangannya yang besar itu perlahan mengusap punggung mulus milik Aleena. Bersamaan dengan itu, dress yang di kenakan Aleena meluncur bebas ke bawah, lalu teronggok di lantai begitu saja.

"Mengapa kau tidak pernah mau menerimaku, Aleena," bisik Arfa, sambil mengendus wangi tubuh wanita itu.

"Aku tidak mau menjadi yang ke dua," tegas Aleena.

"Aku akan menjadikanmu yang pertama," sahut Arfa di telinga Aleena.

"Dan aku tidak mau ada yang ke dua," tandas Aleena.

"Aku akan menjadikanmu yang pertama dan yang terakhir," sahut Arfa meyakinkan.

"Lalu istri Mas Arfa yang di rumah mau di kemanakan?" tanya Aleena.

"Istri?" beo Arfa. "Aku tidak pernah merasa menikah dengannya. Aku hanya menunggu waktu yang tepat untuk menyingkirkan wanita itu," lanjutnya.

"Ngawur," ucap Aleena sambil memukulkan tangannya kebelakang, yang tanpa sengaja malah mengenai milik Arfa hingga membuat pria itu mengaduh kesakitan.

"Uppss, sorry Mas, aku tidak sengaja," ucap Aleena sambil membalikkan tubuhnya, lalu menatap Arfa dengan pandangan iba.

"Kau menyakiti milikku," cicit Arfa, lalu menjatuhkan tubuhnya ke atas tempat tidur.

"Maaf Mas, aku tidak sengaja," ucap Aleena, lalu mengusap-ngusap milik Arfa dengan lembut, berharap dapat mengurangi rasa sakit itu. Ia tidak menyadari efek dari tindakannya tersebut.

"Dan kau sekarang justru membuatnya terbangun," geram Arfa.

Aleena seketika menarik tangannya. Sekilas ia dapat melihat jika ada sesuatu yang menonjol di balik celana yang di kenakan Arfa.

"Ma-maaf, aku tidak bermaksud begitu," cicit Aleena dengan wajah merona.

"Aku tidak mau tau. Kau harus bertanggung jawab," ucap Arfa. Pria itu dengan cepat menarik tubuh Aleena hingga terjatuh di atas tempat tidur, kemudian mengungkung tubuh wanita itu di bawahnya.

"Ma-mas Arfa mau apa? Jangan macam-macam ya," ucap Aleena dengan suara tercekat.

"Aku tidak macam-macam. Aku hanya menginginkanmu," bisik Arfa, yang membuat bulu-bulu halus ditubuh Aleena meremang seketika.

Arfa melumat bibir wanita itu dengan lembut, tidak perduli jika Aleena terus meronta. Dan pada akhirnya Aleena terbuai dengan sentuhan pria itu. Ia mulai membalas ciuman Arfa di bibirnya.

Ciuman panas dan liar itu perlahan turun kebawah, menjelajah leher jenjang milik Aleena. Mencecapnya dalam, hingga meninggalkan bercak merah disana.

"Ma-mas hentikan," pinta Aleena di sela-sela nafasnya yang mulai tersengal-sengal. Namun Arfa abai, pria itu justru semakin turun kebawah, dan mulai bermain diatas bukit kembar miliknya, yang masih terbungkus bra berwarna hitam.

"Maas ... aahh, aku mohon ... hentikan." Aleena kemudian mendorong tubuh Arfa ke samping, lalu cepat-cepat bangkit dari posisi tidurnya.

"Aku menginginkanmu Aleena, kau membuatku gila," ujar Arfa dengan nafas memburu.

"Aku juga menginginkannya Mas, tapi aku belum yakin," sahut Aleena lirih.

"Kau meragukan cintaku, sayang?"

"Tidak. Bukan begitu. Aku hanya belum yakin dengan diriku sendiri," jawab Aleena. Wanita itu kembali berbaring di samping Arfa, membiarkan pria itu kembali mengungkung tubuhnya.

"Aku menginginkanmu Aleena, izinkan aku memasukimu sekali ini saja, hem." Arfa memohon seperti anak kecil yang minta di belikan mainan baru. Hasratnya begitu menggebu-gebu. Ia begitu menginginkan pelepasan saat ini.

"Mas Arfa, aku ...."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status