MY BIONIC GIRL

MY BIONIC GIRL

By:  Marthino Mawikere  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
Not enough ratings
73Chapters
2.5Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Niken itu sekilas nampak sebagai wanita biasa yang misterius dan tidak banyak dikenal saat memutuskan untuk tinggal di sebuah unit rumah susun biasa. Perkenalan dengan Dimas dan kejadian-kejadian aneh yang menyertai membuat rahasia masa lalunya perlahan terkuak bahwa dirinya adalah sosok yang tengah dikejar oleh sekelompok bandit dibawah pimpinan Nikolai, seorang penjahat jenius. Yang lebih mengagetkan Dimas, saat hubungan mereka makin meningkat ke tahap lebih serius, wanita itu juga ternyata bukan orang sembarangan termasuk dalam arti harfiah. Niken itu gadis bionic dan ada sekelompok mafia bersenjata yang memburunya.

View More
MY BIONIC GIRL Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
73 Chapters
Sabotase
Embun pagi baru menampakkan diri pada kelam dini hari dalam bentuk bayang-bayang tipis. Bagai kelambu raksasa, alurnya menyusup diantara beton-beton gedung dalam waktu tersunyi ibukota untuk kemudian hinggap sisi-sisi dinding kaca rayban pencakar langit Menara Gigapolitan. Titik-titik air yang sebelumnya membentuk embun, kini memecah dan kembali menjadi titik air membentuk butiran yang makin lama makin besar menyerupai bentuk pulau. Dibawahnya,  di jalur arus lalu lintas, dua-tiga kendaraan sesekali melintas. Meninggalkan gaung demi gaung yang seolah berlomba menggapai puncak gedung.            Dimana kini ada sesosok bayang hitam berkelebat disana.            Sosok hitam tadi bergayut seolah mengapung di sisi utara bangunan termewah dalam distrik segitiga emas megapolitan Jakarta. Tali ekstra kuat berwarna hitam yang terkait antara sabuk yang d
Read more
Introducing Dimas, A Single Parent
Acara mandi pagi hari itu bisa jadi merupakan mandi yang mengesalkan yang Dimas pernah alami. Sabun sudah tersisa sebuku ibu jari. Odol harus ia kuras sekuat tenaga dari ujung hingga ke bibir tube. Shampo yang diperbanyak dengan cara dicampur air hanya menyisakan tiga-empat tetes terakhir. Belum cukup dengan itu, cobaan berikutnya muncul lagi. Air di bak untuk dirinya mandi hanya tersisa setengah tegel. Itu mungkin kuantitas yang cukup untuk ia mandi. Namun, dengan lantai bak tersaput lapisan lumpur tipis sebagai residu penampungan air selama satu minggu, Dimas tidak yakin ia bisa cukup mandi saat itu. Guncangan yang tiimbul akibat dari cedokan air sekecil apapun akan menyebabkan endapan lumpur tadi tercampur dengan air ledeng. Ini menyebalkan Dimas. Tak terbayang ia harus keramas dan mandi dengan air kecoklatan.Ya, kendati bukan merupakan karyawan tetap yang terpaku bekerja di sebuah institusi perusahaan, sebagai penulis lepas yang
Read more
Dimana Dia?
 “Ada Niken, pak?“ terdengar suara Dimas di luar pintu rumah Deni saat menanyai puterinya.Niken menoleh bersamaan dengan meluncurnya jawaban dari Casdi, orangtua Deni.“Ada.“Pintu masuk yang berada di belakang Niken terbuka. Dimas muncul. Setelah permisi pada ibu Deni yang menemani putera mereka bermain, Dimas membawa Niken pulang.Pertanyaan berbau protes diajukan Niken ketika keduanya melangkah ke unit rumah susun mereka. “Kenapa Niken nggak boleh main lama-lama sih?““Mbak Sarni kan sudah datang untuk membantu Niken mandi, sikat gigi dan ganti baju sebelum berangkat sekolah,“ jawab Dimas mencoba menjelaskan selembut mungkin.“Dan mbak Sarni sebentar lagi sudah harus pergi ke tempat lain.“Terus, kenapa Niken nggak ayah beliin playstation sih?“   Sebuah ide jawaban melintas di benak Dimas.
Read more
Tetangga Cantik
“Selamat siang, pak“ sebuah sapaan terdengar dari arah belakang pintunya.“Met siang.“Casdi membalik badan. Ia hampir tidak percaya dengan penglihatannya. Di depannya kini berdiri sesosok wanita yang ia percaya pasti memenuhi benak impian semua pria termasuk dirinya. Ia hampir saja menatap lebih lama kalau isterinya tidak bertanya. “Ada perlu apa, mpok?““Mau tanya,“ kata wanita itu sambil tangannya menunjuk sebuah unit rumah yang tertutup. “Itu unit nomor D14?“Casdi dan isterinya melihat arah yang ditunjuk sebelum Casdi mengiyakan.“Bener, mpok.““Unit ini disewakan?“  “Bener. Kebetulan emang bini saya yang megang kuncinya. Yang punya rumah ngasih kepercayaan sama saya dengan bini saya buat nyerahin kunci. Kali-kali aja minat gitu. Mau ngeliat-liat dulu, mpok?&ldqu
Read more
Canggung
Dimas mengelus rambut puterinya. Ia tahu Niken kembali merindukan almarhumah isterinya, ibunda Niken.“Sayang,“ cetus Dimas, “pulang yuk?“Niken menggeleng kepalanya perlahan. Ia terus saja menyaksikan pemandangan di depannya. Dimas lalu ikut menonton.Tak lama kemudian, dari pelataran parkir Casdi datang dengan motornya menjemput mereka. Deni segera naik di jok terdepan sedangkan isteri Casdi duduk di bagian belakang. Mereka tertawa-tawa kecil sebelum kemudian Casdi melajukan motornya meninggalkan areal rumah susun. Mata Niken tak berkedip menyaksikan kejadian tadi. Waktu Dimas memeluk pinggangnya, Niken lalu membalas dengan pelukan yang tak kalah erat. Raut wajahnya kelihatan semakin sedih.Dimas menghela nafas dalam-dalam.Sesaat berikut, Niken sudah berada dalam rangkulan Dimas yang mengantarnya kembali ke unit rumah susun dimana mereka tinggal. Ketika tiba di lantai teratas dima
Read more
Sebuah Ketertarikan
Dimas tengah melangkah menuju lobby sebuah perusahaan penerbitan ketika sebuah teguran terdengar.            “Kau langsung pulang?“ Sari, editor di perusahaan tersebut langsung mencegatnya ketika ia baru saja keluar dari pintu lift..            Dimas menoleh dan melihat wanita itu mendekat ke arah dirinya.             “Ya.“            “Kau sudah dapat honor dari cetakan pertamamu?“            “Cetakan kedua,“ kata Dimas mengoreksi sembari menunjukkan selembar cek tunai dari saku bajunya. “Sudah.“            “Jadi mentraktir a
Read more
Kalkulator Berjalan
Supermarket yang Maia masuki cukup banyak dikunjungi orang dengan counter buah-buahan dan makanan ringan paling banyak diminati. Itu tidak mengherankan karena pihak supermarket menyediakan obral besar saat itu. Kendati demikian, Maia tidak berminat bergabung dengan sekumpulan orang-orang tadi. Ia lebih suka menghabiskan waktu untuk memilih barang-barang lain.             Maia bukan tipe shopaholic. Itu sebabnya kendati di lantai yang sama tersedia berbagai butik dan pernak-pernik kebutuhan wanita, Maia tidak banyak menghabiskan waktu disana. Hanya lima menit ia gunakan untuk membeli beberapa perlengkapan wanita sedangkan setengah jam berikut ia pakai untuk memilih keperluan-keperluan lainnya.             Saat berada di depan kasir, Maia beruntung. Ia dilayani bukan kasir baru melainkan kasir yang dengan terampil mem
Read more
Ingin Ibunda Baru
Baju yang dikenakan Dimas cukup banyak terkena curahan hujan saat ia tiba di dalam kabin kendaraan. Ini akibat payung yang ia pakai tergolong kecil sehingga tidak cukup lebar melindungi tubuhnya dari hujan yang turun begitu deras.             Dimas baru saja akan menghidupkan mesin kendaraan ketika handphone-nya berbunyi. Perangkat komunikasi berkategori low-end itu menunjukkan sebuah nama di layar tampilannya. Nama Niken. Dalam rangka memonitor keberadaan Niken, kendati ia masih duduk di bangku kelas I, sudah satu-dua minggu ini Dimas membekalinya dengan sebuah handphone. Dimas bersyukur karena Niken ternyata tergolong cerdas sehingga hanya butuh waktu tidak lama sebelum puterinya benar-benar menguasai alat komunikasi tersebut.           “Halo sayang,“ Dimas langsung menyapa dengan mesra.&nb
Read more
Kriminal (1)
            Urusan belanja baru saja Maia selesaikan.            Dari depan pintu keluar, Maia mengawasi mobil-mobil yang berlalu-lalang di depannya. Jam menunjukkan pukul satu siang. Sebuah taksi yang Maia perkirakan buatan sepuluh tahun lalu mendekat. Bemper depannya nampak berkarat dengan cat dan plang taksi yang makin buram termakan usia, hujan dan sinar matahari. Sopir didalamnya memberi isyarat pada Maia untuk mau menggunakan jasanya.             Produk sisa awal 2000-an yang segera lenyap tergerus zaman akibat bermunculannya taksi online itu, meluncur pelan. Merendengi langkah kakinya. Maia mengebas tangan. Sebuah isyarat penolakan.Maia berharap bisa mendapatkan satu buah taksi yang bersih dengan pendingin udara yang nyaman untuk mengantarnya pulang. Namun
Read more
Kriminal (2)
Maia diam. Otaknya berputar keras mencari cara bagaimana untuk mengatasi keadaan tak terduga.“Mana dompetnya, hah?!“ sopir yang nampaknya menjadi otak kejahatan, kembali membentak.            “Ada.“            “Jangan sok tenang lu! Mana dompetnya?!“ Mengabaikan bentakan tadi, Maia seolah menantang ketika ia memberi tahu si sopir. “Stop pinggir! Aku berhenti disini. Aku mulai tidak suka dengan kalian semua!“            Orang di samping kiri dan kanan Maia spontan tergelak.            “Aku serius,“ cetus Maia. “Jika tidak mau berhenti, maaf, kalian terpaksa harus siap dengan resikonya.“      
Read more
DMCA.com Protection Status