Share

MY BIONIC GIRL
MY BIONIC GIRL
Penulis: Marthino Mawikere

Sabotase

Embun pagi baru menampakkan diri pada kelam dini hari dalam bentuk bayang-bayang tipis. Bagai kelambu raksasa, alurnya menyusup diantara beton-beton gedung dalam waktu tersunyi ibukota untuk kemudian hinggap sisi-sisi dinding kaca rayban pencakar langit Menara Gigapolitan. Titik-titik air yang sebelumnya membentuk embun, kini memecah dan kembali menjadi titik air membentuk butiran yang makin lama makin besar menyerupai bentuk pulau. Dibawahnya,  di jalur arus lalu lintas, dua-tiga kendaraan sesekali melintas. Meninggalkan gaung demi gaung yang seolah berlomba menggapai puncak gedung.

            Dimana kini ada sesosok bayang hitam berkelebat disana.

            Sosok hitam tadi bergayut seolah mengapung di sisi utara bangunan termewah dalam distrik segitiga emas megapolitan Jakarta. Tali ekstra kuat berwarna hitam yang terkait antara sabuk yang dikenakan dengan sebuah tiang antena komunikasi ukurannya begitu tipis. Ini menjadikannya sempurna tersamar oleh gelapnya malam dan pakaian serba hitam yang dikenakannya. Sosok tadi bergayut vertikal sesaat untuk kemudian turun dengan posisi kepala dibawah menuju tiga lantai dibawahnya. Kelincahannya dalam bergerak begitu terlatih dan mengagumkan dan sehingga sekilas nampak seperti tengah menari. Dalam menit-menit berikut setelah mencongkel jendela dengan alat khusus ia sudah tiba dan masuk di lantai yang dituju. Sebuah ruangan kerja pemilik perusahaan.

            Nampak jelas bahwa ia menguasai ruangan yang secara rahasia dimasukinya itu. Ia tahu persis dimana letak kursi, desktop komputer, lemari arsip, server. Semuanya. Ia berjalan setengah berjinjit sebelum kemudian duduk di kursi ergonomis yang biasa diduduki petinggi perusahaan itu. Melalui slot USB ia memasang sejenis alat elektronik anti alarm dan pelacak di badan komputer, untuk kemudian menyalakannya. Sambil menunggu komputer beroperasi penuh ia kembali mencek keadaan sekitar. Agak aneh nampaknya karena seolah ia memastikan bahwa segala benda dalam ruangan berada pada posisi yang ia kehendaki.

            Udara yang tidak lagi sejuk karena dimatikannya AC oleh pemilik gedung sejak beberapa jam lalu membuat dirinya gerah. Kendati tidak melepas ransel yang dikenakan, ia lalu menyibak penutup kepala. Geraian rambutnya yang panjang hingga kebahu segera terurai. Suasana gelap ruang kantor yang hanya diterangi oleh layar monitor komputer tidak mampu menyembunyikan keistimewaan fisik yang sosok tadi miliki.

            Sosok itu ternyata seorang wanita. Umurnya mungkin mendekati tiga puluh dengan wajah oval. Bentuk mata, alis, hidung, pipi serta potongan rambut yang dimiliki nampak begitu istimewa hingga bisa menjadikannya pantas menjadi seorang gadis model papan atas. Sangat cantik.

            Saat suara ‘biiip’ terdengar, ia kembali berkonsentrasi didepan layar monitor. Jemarinya segera bergerak lincah menekan satu-dua kali mouse komputer dan diikuti dengan pengetikan tombol-tombol keyboard. Sistim komputer kemudian memintanya untuk mengisi sebuah kata kunci. Wanita itu menggerakkan mouse dan segera memasukkan data yang diminta sampai kemudian muncul pernyataan bahwa ia telah memasuki sistim on-line komputer perusahaan. Ia tersenyum. Puas karena berhasil memasuki sistim jaringan yang selama ini hanya satu orang yang dapat mengaksesnya, Nikolai Krysztof.

            “Maaf boss,” ia bergumam “mulai besok aku bukan lagi sekretarismu.”

            Suatu tampilan misterius muncul di layar komputer. Dengan beberapa hentakan tombol keyboard, tidak lama kemudian tampilan di sudut kanan menampilkan angka hitung mundur.

            Sementara hitung mundur berlangsung, ia menggerakkan mouse untuk meng-klik beberapa icon. Aplikasi-aplikasi baru kemudian terbuka. Tampilan layar monitor berkali-kali berganti menampilkan berbagai macam hal lain yang bersifat finansial. Laporan Keuangan ganda, Rekening rahasia Cayman Island, Letter of Credit fiktif, transaksi derivatif ilegal, insider trading, over dan under Invoicing, proyek-proyek penggelembungan dana di beberapa propinsi, hingga artikel pencemaran lingkungan dalam lingkup perusahaan.

            Wow. Ia menggeleng-geleng.

            “Maling negara, kolega para koruptor, pengusaha tanpa nurani, hhh ... ” desisnya. “Apa lagi selain ini?”

            Wanita itu terkesiap ketika mengklak-klik mouse berikutnya layar komputer menampilkan foto-foto mengerikan. Orang-orang dari berbagai latar usia tampil dalam gambar dengan ketajaman resolusi skala definisi tinggi. Sangat tajam untuk menampilkan tiap detil yang nyaris membuatnya mual.

            Korban bisnis yang dilakukan Nikolai.

            Ia menyisip sejenis kartu elektrik berukuran ekstra kecil pada card reader, alat yang tadi dipasang, untuk kemudian kembali mengetuk-ngetuk tombol keyboard. Dalam hitungan detik data-data tadi segera direkam dalam kartu elektrik – mikro SD sebetulnya – yang ia bawa tadi.

            Layar monitor menunjukkan pernyataan bahwa proses perekaman data siap dikerjakan. Ia baru mau meng-klik tombol Enter ketika tiba-tiba sebuah suara pelahan yang sangat dikenalnya terdengar memecah keheningan. Suara klik senjata api diselingi ucapan nada bariton yang tegas yang menyertainya.

            “Masih lembur?”

            Sosok cantik berkostum serba hitam terdiam dan menghentikan aktivitasnya. Kursi beroda yang dirancang untuk mampu berputar pada porosnya sedikit ia gerakan sehingga  ia bisa melihat siapa orang yang tadi menyapanya.

            “Sir, anda meminta untuk Laporan Bulanan diselesaikan. Jadi …”

            Ucapannya tidak sempat diselesaikan ketika sebuah tamparan dengan popor pistol menghentikannya. Kepalanya sedikit berkunang. Dalam keadaan minim cahaya, orang yang tadi memukulnya, pria dengan tubuh diatas rata-rata orang Indonesia, sedikit mendekat. Rambutnya kecoklatan dengan rahang yang besar disertai mata kebiruan dan seringainya yang lebih menyerupai serigala.

            Itulah Nikolai Krysztof, konglomerat StalinGroup sebuah perusahaan multinasional asing yang membidangi riset dan pengembangan bidang bio-mikro elektronik yang menjadi atasannya.

            “You’re right. Tapi yang kau cari adalah bukti-bukti kecuranganku, bukan?” suaranya tetap datar dan dingin. “Kejahatan lingkungan, pidana, perdata. Betul?”

            Suara tamparan yang keras kembali terdengar. Darah segar timbul di sisi kiri bibir wanita itu. Tanpa kesan takut atau terintimidasi, si cantik berkostum serba hitam balas menatap tajam. Segurat senyum malah sengaja ia tunjukkan.

            “Anda benar. Tapi, bukan hanya itu, Sir.

Menghapus darahnya sesaat, ia lalu melanjutkan ucapannya. “Aku melakukan hal lain yang lebih menarik.”

            Dagu Nikolai nampak sedikit mendongak. Tidak mengerti arah ucapan si penyelusup yang ternyata adalah sekretarisnya.

            “Yang lebih menarik?” alisnya menaik.

            “Anda tahu Sir, kebusukan perusahaan ini membuat saya muak. Dan saya rasa, satu kali penyelenggaraan pesta kembang api sudah cukup.”

            Nikolai gagal menyembunyikan rasa heran. Ucapan yang ia dengar sungguh diluar dugaan. Kecemasannya sedikit membayang. “Maksudmu?”

            “Aku telah menyiapkan pesta kembang apinya. Disini. Malam ini.”

            Nikolai bergidik. Tidak, pikirnya.

Ia dengan cepat mencium suatu ketidakberesan. Wanita di depannya, yang malam itu jadi musuhnya, terlalu mudah dan terlalu sederhana kalau dinyatakan sebagai pihak yang kalah. Ia begitu tenang. Pertanda bahwa situasi jelek yang saat ini wanita itu hadapi nampak sudah masuk dalam perhitungannya.

Si wanita di depannya kemudian mengerling ke layar LCD komputer di meja kerjanya yang tadi baru saja ia kutak-kutik. Nikolai gagal menyembunyikan keheranannya yang luar biasa ketika ia sadar bahwa itu adalah satu-satunya komputer yang memiliki jaringan akses tanpa batas ke semua lini perusahaan. Termasuk akses mengaktifkan beberapa senyawa kimia yang ditempatkan dalam laboratorium rahasia di beberapa ruang rahasia. Seperti bahan peledak nitro-glycerin misalnya. Senyawa kimia labil berbentuk cair itu memiliki fungsi amat penting dalam proses produksi obat. Tapi jika itu diaktifkan secara sekaligus, itu berarti meledakkan kantornya.

Selaigus mengantar saham StalinGroup ke proses terjun bebas. Bangkrut.

            Mantan sekretarisnya nampaknya telah mengetahui akses rahasia itu. Dan hal tersebut menjelaskan maksudnya mengenai ‘kembang api’ tadi. Mempekerjakan wanita ini ternyata merupakan suatu kecerobohan besar.

            Sayang bahwa kecerobohan itu tanpa sadar diulangi kembali. Membiarkan diri termangu, itulah kecerobohan Nikolai sekarang. Karena dalam kecepatan refleks nan menakjubkan, si cantik berkostum serba hitam tiba-tiba menepis tubuh Nikolai untuk menjauh darinya. Dalam kecepatan yang sama, sedetik berikut, ia kemudian menggerakkan kaki kirinya. Tubuhnya berpusing untuk kemudian melancarkan sebuah tendangan yang tepat mengenai ulu hati.

            Tanpa ampun tubuh tinggi jangkung Nikolai terhuyung ke belakang dan membentur filing cabinet sekaligus memecahkan pot keramik di sampingnya. Pistol Colt yang tadi diarahkan ke atas dirinya kini malah beralih dalam genggaman tangannya.

            Tangan si cantik berkostum hitam menekan tombol Enter untuk mulai melakukan proses perekaman data dalam kartu elektrik yang tadi dipersiapkannya.

Nikolai yang tadi terhuyung jatuh menggeleng-geleng kepala untuk sesegera mungkin menghilangkan pusing yang menyergap. Namun si cantik kembali menyerang. Sebuah pukulan hook membuatnya terpental lima meter ke dinding. Ketika tubuhnya membentur dinding, peralatan sensor yang ditempatkan dibawah lapisan dinding langsung bekerja dengan membunyikan speaker alarm. Dalam sekejap, suara berisik alarm serta-merta memenuhi  seluruh lantai.

            Si cantik berkostum hitam memaki.

            Di Security Control, pusat komando pengamanan gedung dimana penjaga keamanan berjaga-jaga, terjadi kesibukan mendadak. Lokasi sumber kekacauan kini terlacak dan komunikasi radio dengan cepat tersebar ke semua lantai. Beberapa penjaga keamanan dari berbagai lantai bergerak menuju lantai 106 dimana ruang atasan tertinggi mereka berada. Dalam hitungan detik dua orang penjaga bersenjata api yang beroperasi di lantai yang sama segera tiba di lokasi yang ditentukan.

            Pintu ruang kerja Nikolai segera didobrak dari arah luar ruangan. Itu bukan pekerjaan sulit bagi mereka yang memang berpostur besar dan pengalaman di bidangnya. Namun, si cantik berkostum serba hitam telah mengantisipasi. Diiringi lengking kecil kembali dua buah tendangan putar yang betul-betul sempurna berturut-turut menyambutnya. Sekali telak di bagian kepala sementara yang kedua persis di bagian dada. Tubuh penjaga yang berpostur besar itu terjatuh ke arah depan serta menimpa Nikolai yang baru akan bangkit lagi. Saat tubuh si penjaga hilang keseimbangan, si cantik yang telah bersiap dengan kedatangan mereka, menyambar pistol yang digenggamnya. Dengan cepat alat berapi itu pindah tangan dan melakukan fungsinya. Kini ia memegang dua pistol sekaligus.

            Penjaga kedua berniat menyerbu masuk. Namun ia tidak jadi melakukan itu ketika tembakan demi tembakan menembus engsel dan daun pintu. Jelas ini ditujukan untuk menghalanginya masuk. Serpihan kayu segera berlompatan. Terpental akibat tembakan senjata api.

            “Shit!”

            Si penjaga menyerapah tanpa bisa berbuat banyak. Terlalu beresiko menyerbu masuk saat jalan tertutup hujan peluru.

            Didalam ruangan, si cantik terus menembak pintu masuk untuk menghalangi penjaga kedua masuk. Ia juga menembaki lokasi sekitar penjaga pertama dan Nikolai tadi terjatuh untuk membuat mereka tetap diam disana. Namun selain itu, ia juga ternyata menembak kaca jendela. Tembakan demi tembakan yang dilepaskannya sangat intens, terarah dan dilakukan dengan interval yang amat singkat yang menunjukkan kualitas bahwa si cantik memang mestilah bukan sekedar seorang sekretaris.

            Komputer berbunyi. Proses perekaman data selesai bersamaan waktu dengan habisnya magasin selongsong peluru baik di pistol pertama maupun kedua.

            Si cantik melempar dua senjata apinya. Cepat sekali ia duduk di kursi putar beroda didepan komputer, mengambil kartu mikro SD dan menyimpan di sabuknya dengan kecepatan dan sekaligus ketenangan yang luar biasa. Selang sedetik kemudian, Nikolai dan penjaga pertama bangkit. Penjaga kedua juga kini menyerbu masuk. Dan kini malah menyerbu masuk bersama-sama dengan dua, tiga atau bahkan empat penjaga lain yang sama-sama bersenjata lengkap.

            Sempurna.

            Tiba-tiba saja si cantik menendang meja kerja didepannya. Kursi beroda yang didudukinya kontan tersentak dan kini terdorong ke arah belakang, menuju kaca rayban yang tadi terkoyak-koyak letusan senjata api. Bagai mengejek maut, masih sempat ia melakukan sebuah ciuman jarak jauh pada orang-orang di ruangan itu.

            Nikolai kembali merutuk.

            Kursi yang diduduki si cantik tetap melaju deras.

Nikolai dan para penjaga terkesiap melihat kursi mengarah ke arah jendela kaca untuk kemudian menabrak dengan suara keras. Serpihan kaca berhambur ke seluruh ruangan dan udara terbuka diluar sana. Kaca yang telah rapuh karena terkoyak sambaran banyak peluru kini menganga lebar. Ini menjelaskan sikapnya mengapa ia tadi juga menembaki jendela kaca. Beserta dengan kursi yang didudukinya, si cantik berkostum hitam terjatuh dan segera disambut kekuatan gravitasi.

Benar-benar nampak sebuah tindakan bunuh diri. Tanpa ampun tubuh langsingnya melayang jatuh. Tubuhnya meluncur deras menuju lapangan parkir gedung, ratusan meter dibawahnya.

            Bersama dengan penjaga-penjaganya, Nikolai menyaksikan adegan itu saat memburu ke sisi jendela. Dari ketinggian sekitar empat ratus meter ia masih sempat melihat tubuh mantan sekretarisnya meluncur deras ke permukaan bumi. Dengan kecepatan jatuh yang dahsyat maka dalam hitungan beberapa detik lagi tubuh indah langsing itu akan berubah menjadi onggokan daging tak berarti.

            Namun Nikolai dan beberapa pasang mata di sampingnya tiba-tiba terkesiap. Dari ransel yang sejak tadi dipakainya tiba-tiba menyembul sebuah gelembung kain nilon yang juga berwarna gelap.

            Pilot parachute!

Sebuah parasut mini yang lantas dengan kekuatan tolakan angin yang besar menarik parasut induk untuk keluar dan mengembang.

            Sungguh suatu upaya yang amat terencana. Dari ketinggian yang begitu rendah, hanya 300an meter dari permukaan tanah, lawannya telah mengaktifkan parasut dalam upayanya melakukan pelarian diri yang fantastis.

            “Tembak! Habisi, habisi dia …” Nikolai berteriak-teriak memberi perintah.

            Sama hal dengan tuan mereka, para penjaga itu juga sama sekali tidak menduga kejadiannya akan menjadi demikian diluar dugaan. Jadi ketika mereka mengikuti perintah Nikolai untuk menembak, mereka tahu bahwa tidak banyak yang bisa diharapkan.

            Tembakan pistol dan senapan mesin mereka sudah terlalu terlambat. Lawan mereka dengan cerdik menggerakan temali sedemikian rupa sehingga parasutnya memutari gedung ke sisi sebelah sehingga mustahil untuk terjangkau sudut terjangan peluru.

            Nikolai merutuk keras. Sebuah tamparan darinya dengan telak mengenai pipi salah seorang dari beberapa penjaga yang menyertainya. Di saat itulah ia kembali melihat layar komputer.

            Ia terkesiap melihat hitung mundur yang tadi tampil di layar komputer semakin mengecil.

            00:04

            00:03

            Keringat dinginnya mengalir.

            00:02

            00:01

            Aliran darah Nikolai seolah terhenti. Sampai kemudian penunjuk waktu menunjukkan sebuah bilangan dimana waktu pun seolah ikut terhenti.

            00:00

Ledakan keras membahana memekakkan gendang telinga disertai bola api raksasa. Dalam hitungan sepersekian detik rangkaian kaca di sisi gedung sebelah utara dan timur luluh lantak seketika. Dinding di kedua sisi gedung dalam sekejap mata berubah menjadi keping dan abu semen yang berhamburan tak berarti. Bongkahan-bongkahannya terlontar ratusan meter ke udara terbuka berbarengan dengan jilatan api dan hawa panas yang menyertainya. Dengan kepongahannya bola-bola api skala raksasa menebar ke tiap koridor di lantai gedung dimana ledakan tadi berasal.

Peralatan laboratorium berbahan kaca dalam sekejap berubah ujud. Meleleh untuk kemudian menjadi senyawa uap kimia berbau sangit. Beberapa petugas keamanan dan petugas laboratorium yang malam itu tengah melakukan proyek rahasia, terperangkap dalam gelombang panas ekstrim. Kepanikan dan kengerian terpampang ketika mereka melihat malaikat pencabut nyawa datang dalam wujud gelombang panas berwarna jingga dan melahap tubuh mereka tanpa ampun. Jerit kengerian mereka bergaung dan berbaur dengan asap hitam pekat yang ditimbulkan.

            Diluar sana, ratusan meter dari lokasi kejadian, sebuah parasut terus mengayun turun. Meluncur terbawa alur angin melintasi jalan raya untuk kemudian hilang ditelan gelap.

           

*

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status