Share

MENDADAK HAMIL SETELAH DIVONIS MANDUL
MENDADAK HAMIL SETELAH DIVONIS MANDUL
Penulis: Senja jingga

1. Kenyataan pahit

HAMIL DISAAT MANDUL - Kenyataan Pahit (1)

"Ma-af, Bu. Dengan berat hati saya harus menyampaikan berita buruk ini pada ibu. Dari hasil pemeriksaan tadi, ternyata ada yang bermasalah dengan rahim ibu. Dan, maaf, Bu. Ibu dinyatakan tidak bisa memiliki keturunan."

"Ibu yang sabar ya..." Lanjut dokter wanita berusia 40 tahunan yang baru saja memeriksa ku dengan terdengar sangat hati-hati mengatakannya.

Namun, mendengar apa yang barusan disampaikannya, tetap saja membuatku benar-benar merasa syock. Aku masih duduk terdiam di kursi dan seakan kesulitan untuk berkata dalam beberapa detik. Aku masih tidak percaya dengan apa yang aku dengar.

"Jadi, maksud dokter, saya tidak bisa memiliki anak, Dok ?"

Dokter dihadapan ku itu mengangguk pelan.

"Sekali lagi ma-af, Bu. Menurut hasil medis, kenyataannya memang seperti itu."

Dihadapan dokter itu, aku pun tak kuasa untuk menahan tangis. Aku benar-benar merasa diriku sangat hancur. Apa yang menjadi pertanyaan ku selama tiga tahun semenjak menikah, akhirnya sekarang terungkap. Ternyata aku mandul.

Setelah dari rumah sakit, aku langsung menyetir mobil dengan perasaan yang sangat kacau. Air mata terus mengucur membasahi pipiku.

Ingatan ku teringat pada ibu mertuaku yang selalu menuntut ku untuk segera memiliki anak.

Aku juga teringat pada Mas Ilham--- suamiku, aku bukan perempuan yang sempurna, akankah pernikahanku masih akan baik-baik saja jika suamiku--Mas Ilham dan ibunya tahu jika aku tidak bisa memberikannya anak ? Apakah Mas Ilham masih mau menerima wanita yang tidak sempurna seperti ku ?

"Astagfirullah... Ya Allah.. aku harus bagaimana ?...." ucapku sambil menyetir mobil.

Tak lama pandangan ku langsung tertuju pada seorang wanita yang terlihat hendak sengaja menabrakkan dirinya ke depan mobilku.

Cekukkk!! Dengan cepat aku me-rem mobilku, mengusap kedua pipi yang basah dengan air mata, lalu langsung membuka pintu mobil untuk keluar.

Terlihat olehku wanita itu nampak menunduk sambil menangis sesenggukan.

"Hei, apa yang kamu lakukan ?! Hampir saja kamu mati tertabrak oleh mobilku ?!" ucapku dengan penuh amarah.

Wanita itupun menegakkan kepalanya, melihat ku sambil menangis.

"Kenapa kamu gak tabrak aku saja ?! Kenapa kamu gak biarkan aku mati saja ?!"

"Apa ?! Kamu sudah tidak waras, ya ?! Jadi kamu sengaja ingin ditabrak ?! ...Jangan bilang kamu mau bunuh diri ?!"

"Buat apalagi aku hidup ?! Hidup aku sudah hancur! Tidak ada gunanya lagi aku hidup! Aku lebih baik mati! Harusnya tadi kamu tabrak aku saja biar aku mati!"

"Astagfirullah... Kamu pikir dengan kamu mati, kamu akan bahagia dengan cara mati seperti ini ?! Dan jika kamu mau mati, jangan bawa-bawa aku! Aku bisa dihukum jika tadi sampai menabrak kamu!"

Kali ini, wanita itu terdiam. Tangisannya kembali pecah. Ia nampak begitu frustasi.

Untungnya, jalanan begitu sepi karena bukan jalan raya.

Aku yang awalnya kesal dan marah atas kelakuannya, memilih untuk meredam amarahku. Aku pikir, aku salah jika tadi memarahinya. Menghadapi seseorang yang tengah frustasi, harusnya aku bisa membuat dia tenang.

"Aku minta ma-af karena sudah memarahi mu tadi. Tapi, aku mohon kamu jangan bunuh diri. Apapun masalah yang tengah kamu alami, mati belum tentu bisa membuat kamu lebih baik. Kalo kamu ingin menceritakan masalah kamu, kamu bisa cerita sama aku. Setiap permasalahan pasti ada jalan keluarnya selain bunuh diri.."

"Udah percuma, udah percuma.. buat apa aku hidup jika hidup aku sudah hancur!"

"Astagfirullah... Kamu masih Allah berikan nafas. Sehancur apapun hidup kamu, aku yakin kamu masih punya kesempatan untuk memperbaiki semuanya."

"Kamu gak ngerti apa yang aku rasakan! Kamu gak akan pernah mengerti karena kamu tidak merasakan!" ucapnya penuh amarah. Iapun pergi dari hadapan ku.

Aku takut dia akan bunuh diri lagi, aku pun berjalan menyusulnya.

"Hei! Aku memang tidak tahu apa masalah yang tengah kamu hadapi. Tapi, aku ingin menjadi seseorang yang mendengar cerita kamu. Semoga saja aku bisa membantu!" ucapku sambil berjalan cepat mengejarnya.

"Enggak! Aku lebih baik mati saja!"

Setelah aku tahu ia akan bunuh diri, aku mana bisa membiarkan dia mati begitu saja. Aku tidak mau menyesal seumur hidup karena membiarkan orang lain mati dihadapan ku. Aku tidak mau itu terjadi.

"Emangnya apa masalah kamu, hah ?! Aku juga punya masalah, aku mandul dan aku tidak bisa memiliki anak seumur hidup aku! Sebagai wanita, aku sudah tidak sempurna! Tapi aku tidak pernah memilih untuk bunuh diri meskipun aku sudah hancur!"

Wanita itupun menghentikan langkahnya dan menoleh padaku.

"Lalu bagaimana dengan aku yang hamil diluar nikah ?! Laki-laki brengsek itu pergi dan tidak mau tanggung jawab. Aku malu dengan semua orang! Jika saja kamu ada diposisiku, kamu juga pasti akan memilih bunuh diri!"

Mendengar itu aku tertegun. Aku dan dia bertolak belakang. Aku sangat ingin memiliki anak, sedangkan dia tidak mau memiliki anak.

"Kenapa diam ?! Kamu juga tidak bisa jawab 'kan ?!"

"Astagfirullah... kamu itu kurang bersyukur! Allah sudah memberi anugerah pada kamu untuk bisa memliki anak. Sedangkan aku ? Aku tidak bisa memiliki keturunan sampai kapanpun. Aku mandul!"

"Anak kamu tidak salah apa-apa... Kamu akan tambah berdosa jika sampai membiarkan anak dalam kandungan kamu meninggal bersama kamu hanya karena kamu bunuh diri... Aku mohon, aku akan bantu kamu agar kamu tidak malu dengan kehamilan kamu," lanjutku.

Kali ini ia menatap ku begitu lirih.

"Apa kamu benar akan membantu aku ? Ibu aku sudah tahu semua ini. Aku sudah sangat mengecewakannya. Ia mengusirku dari rumah. Aku malu, Mba. Aku sangat malu dan terpukul atas kehadiran anak ini. Ayah dari anak ini menghilang begitu saja dan sulit dihubungi."

Aku menghela nafas.

"Apa kamu tau ? di luaran sana sangat banyak sekali orang yang ingin memiliki anak seperti aku. Namun, semua sudah takdir dari Allah. Kamu bisa menitipkan anak kamu ke panti asuhan jika kamu tidak mau menanggung malu. Anak kamu tidak salah apa-apa atas kesalahan kamu. Ia harus tetap hidup."

Wanita dihadapan ku itu terdiam. Ia tidak lagi berontak untuk tetap berniat bunuh diri seperti sebelumnya. Sepertinya, ia mulai mendengarkan ucapanku.

"Aku akan antar kamu pulang ke rumah ibu kamu," ucapku.

"Tapi, Bak ? Ibu saya sudah sangat membenci saya," lirihnya.

"Aku akan bantu bicara sama ibu kamu. Aku yakin, semarah apapun seorang ibu, ia akan tetap menyayangi anaknya. Aku harap ibu kamu bisa memaafkan kamu."

Ia pun mengangguk.

Aku pun mengantarkan wanita itu pulang ke rumahnya. Aku sengaja mengantarkan pulang untuk memastikan jika dia tidak akan coba bunuh diri lagi.

Aku bertemu dengan ibunya yang sudah paruh baya. Di rumah wanita itu, aku coba bicara pada ibunya yang nampak begitu kecewa.

"Bu, semua manusia pernah khilaf dan semua manusia yang melakukan kesalahan punya kesempatan untuk bertaubat. Allah maha pemaaf. Allah juga yang maha membolak-balikkan hati manusia untuk berubah. Apa ibu tidak mau memberikan kesempatan kepada anak ibu untuk memperbaiki kesalahannya ?"

Awalnya, ibunya wanita itu nampak keberatan untuk memaafkan anaknya. Namun, setelah cukup lama, akhirnya ibunya luluh dan memeluk wanita itu.

Aku pun berpamitan setelah merasa urusanku dalam menyelamatkan orang yang berniat bunuh diri selesai. Hati ku rasanya cukup lega setelah itu.

*****

Aku pun pulang ke rumahku dan hendak masuk ke rumah. Namun, aku urungkan karena mendengar ada suara ibu mertuaku tengah berbicara bersama Mas Ilham di ruang tamu. Seperti biasa, ibu membahas soal anak.

Dipinggir pintu, aku memilih mendengarkan pembicaraan ibu mertuaku dan suamiku. Seperti biasa, Ibu mertuaku ingin cepat mendapatkan cucu dariku.

"Ya Allah, aku harus bagaimana ? Aku mandul dan tak akan pernah bisa memberikan anak untuk suamiku. Aku juga tidak akan pernah bisa memberikan cucu untuk ibu mertuaku. Aku harus bagaimana ya Allah ?..."

BERSAMBUNG....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status