Tiara yang tengah berada di balik pohon yang cukup besar yang ada di taman, terus memperhatikan Bu Tari yang tengah duduk di kursi yang ada di taman sambil menyuapi Zahra. Semenjak Bu Tari sering mengasuh Zahra, Bu Tari jadi merasa sayang pada Zahra. Ia sudah menganggap Zahra seperti cucunya sendiri. Pandangannya Tiara juga menoleh pada Sela dan Ayu yang tengah mengobrol. Hatinya begitu penuh amarah melihat Sela yang masih hidup baik-baik saja.Ia tidak sabar ingin membuat Sela kehilangan orang yang dia sayang, agar Sela bisa merasakan bagaimana rasanya kehilangan orang yang sudah dia sayangi. Awalnya, Tiara sengaja pergi ke rumahnya Sela untuk mengambil Zahra. Namun, karena tak ada satu orangpun di rumahnya, ia berpikir untuk pergi ke butik. Ia yakin jika Sela ada di butiknya."Awas kamu, Sela! Lihat saja apa yang akan aku lakukan!" ucapnya. Ia pun berjalan pelan, memastikan Sela dan Ayu tidak melihat pergerakannya. Tiara melangkahkan kakinya untuk menghampiri Bu Tari. "Hai, ne
Bruk.. Bruk.. Bruk..Tangan Ilham terus menggedor kaca mobil Tiara. Pintu mobilnya terkunci, Ilham jadi susah untuk bisa mengambil Zahra kembali."Tiara, keluar Tiara!" Perasaan Tiara begitu panik, ia berpikiran jika rencananya pasti akan gagal jika Ilham yang menghalanginya. Ia terlalu lemah untuk melawan Ilham."Tiara! Kalo kamu masih tetap gak mau buka pintunya! Aku akan pecahkan kaca mobil kamu!""Akh! Sialan! Ilham benar-benar membuat aku terpojok! Aku gak bisa apa-apa lagi!"Diluar sana, Ilham masih terus menunggu Tiara keluar dengan perasan yang penuh amarah. Tiara pun membuka kaca mobilnya. Ilham yang melihatnya langsung melihat pada Zahra yang tengah menangis di pangkuan Tiara. "Zahra.." lirihnya.Ia begitu khawatir, membayangkan bagaimana Zahra berada dalam mobil yang dilajukan dengan kecepatan tinggi. Ia berpikir harus cepat-cepat menyelamatkan Zahra. Kondisi Zahra pasti kurang baik setelah dalam mobil Tiara. "Cepat kamu buka pintunya, Tiara!" "Minggir kamu, Ilham! K
Setelah beberapa jam, akhirnya Tiara berhasil diselamatkan dari jurang. Setelah itu, Tiara pun di bawa ke rumah sakit. Sela dan semuanya menatap begitu ngeri pada darah yang terus mengalir dari kepala Tiara yang sampai membasahi bajunya.*****Dokter yang menangani Tiara menyatakan jika Tiara tengah kritis. Semuanya akhirnya memilih menunggu di kursi yang ada diluar ruangan Tiara dirawat. Semuanya panik dan berharap Tiara bisa bertahan hidup.Ilham terus mengelus bahu Sela yang kepalanya menyender pada pundaknya. Ia mengerti, jika istrinya juga tengah syock dengan kejadian hari ini. Sedangkan, Ayu yang sambil memangku Zahra, duduk bersama Bu Tari. Sebesar apapun rasa marahnya Bu Tari akan perlakuan Tiara, ia tetap tidak tega melihat kondisi Tiara saat ini. Tiba-tiba, Sela juga teringat pada Zahra yang takut terjadi sesuatu setelah kejadian tadi."Yu," panggil Sela. Ayu menatap pada Sela. "Iya, Bu ?" "Mumpung lagi di rumah sakit, kita juga sekalian periksa kondisi Zahra, yuk ? Ta
Ilham datang ke kantor polisi untuk mencabut laporan atas Rio yang telah memerasnya dan atas kasus menculik anaknya sendiri untuk dijual.Rio begitu berterimakasih pada Ilham. Selama di dalam penjara, ia banyak sekali mendapatkan pelajaran. Sekarang, ia sudah mengakui kesalahannya dan ingin menjadi manusia yang lebih baik lagi."Kamu benar-benar mau membebaskan aku, Ilham ?" "Iya, Aku serius. Tapi, kamu mesti janji, kamu jangan berbuat jahat lagi seperti kemarin.""Iya, Ilham. Aku berjanji. Aku akan berusaha untuk menjadi orang baik.""Oke. Kalo, begitu. Aku pegang ucapan kamu. Jadi gimana ? Kamu juga mau 'kan bertanggung jawab untuk menikahi Ayu ?""Iya. Aku akan bertanggung jawab. Jujur saja, sebenarnya aku juga mencintai Ayu. Hanya saja, dulu aku merasa belum sanggup untuk memiliki istri. Aku tidak punya apa-apa untuk menafkahinya. Apalagi, aku dengar sampai Ayu hamil. Aku semakin merasa terbebani. Jadi, aku memilih kabur. Aku mengakui kesalahanku itu.""Baguslah kalo kamu sudah m
Satu bulan kemudian...Di depan halaman rumahnya. lham tengah memangku Zahra dan Sela tengah menyuapi Zahra. Mereka berdua merasa senang sekali akan kehadiran Zahra, karena mereka merasa seperti menjadi seorang ayah dan seorang ibu.Saat Sela dan Ilham tengah mengasuh Zahra, Tiba-tiba ada Ayu dan Rio yang bertamu ke rumah mereka. Ada yang ingin dibicarakan oleh Ayu dan Rio.Ayu dan Rio pun dipersilahkan masuk, hingga mereka berbicara di ruang tamu. Bu Tari yang tengah ada di rumah Ilham, juga ikut duduk di ruang tamu.Sambil duduk, Ilham tetap memangku Zahra yang sudah semakin tak bisa diam.Ayu dan Rio hanya terdiam. Mereka tengah berusaha memberanikan diri untuk mengatakan apa tujuan mereka."Jadi, apa yang mau dibicarakan ? 'kok kayaknya serius banget?" tanya Ilham dengan tawa kecil untuk membuat suasana tidak terlalu tegang."Iya, Yu, Rio, ada apa ? Bilang aja, jangan sungkan," tambah Sela."Iya, Nak. Memangnya ada apa ? 'kok kayaknya kalian lagi ada yang dipikirkan ?" tanya Bu Ta
HAMIL DISAAT MANDUL - Kenyataan Pahit (1)"Ma-af, Bu. Dengan berat hati saya harus menyampaikan berita buruk ini pada ibu. Dari hasil pemeriksaan tadi, ternyata ada yang bermasalah dengan rahim ibu. Dan, maaf, Bu. Ibu dinyatakan tidak bisa memiliki keturunan.""Ibu yang sabar ya..." Lanjut dokter wanita berusia 40 tahunan yang baru saja memeriksa ku dengan terdengar sangat hati-hati mengatakannya.Namun, mendengar apa yang barusan disampaikannya, tetap saja membuatku benar-benar merasa syock. Aku masih duduk terdiam di kursi dan seakan kesulitan untuk berkata dalam beberapa detik. Aku masih tidak percaya dengan apa yang aku dengar."Jadi, maksud dokter, saya tidak bisa memiliki anak, Dok ?" Dokter dihadapan ku itu mengangguk pelan."Sekali lagi ma-af, Bu. Menurut hasil medis, kenyataannya memang seperti itu."Dihadapan dokter itu, aku pun tak kuasa untuk menahan tangis. Aku benar-benar merasa diriku sangat hancur. Apa yang menjadi pertanyaan ku selama tiga tahun semenjak menikah, akhi
"Udahlah, Ilham! Kamu ceraikan saja Sela! udah tiga tahun dia belum hamil juga! mau sampai kapan ibu sabar menunggu, Ham ? Ibu mau punya cucu! kamu anak satu-satunya yang ibu punya, apa kamu tidak kasihan sama ibu, Ham ?" Sakit sekali rasanya ketika mendengar ibu mertuaku menyuruh Mas Ilham menceraikan aku. Rasanya dadaku benar-benar terasa sesak."Tolong beri Sela waktu lagi, Bu. Mungkin, Allah belum kasih saja, Bu. Lagian, kita 'kan bisa adopsi anak dari panti asuhan. Yang penting, Ilham gak mau menceraikan Sela, Bu.""Ibu gak mau, Ilham! Ibu mau cucu dari darah daging kamu sendiri!" "Tapi aku gak mau pisah sama Sela, Bu. Ilham sangat mencintai dia.""Lebih baik kamu periksa dia ke dokter! Jangan-jangan istri kamu itu memang mandul lagi!""Aku gak peduli Sela bisa kasih aku anak atau tidak, Bu. Aku juga gak maksud buat ibu terluka. Aku bingung, Bu. Aku mohon ibu mengerti, aku sangat menyayangi Sela, Bu.""Susah bicara sama kamu, Ham!"Aku menangis mendengar sendiri ucapan Mas Ilha
Di tempat tidur, sambil menyandarkan punggung pada kepala ranjang, aku menceritakan kejadian yang aku alami saat menabrak wanita yang hendak bunuh diri tadi pagi pada Mas Ilham.Mendengar cerita ku Mas Ilham nampak terkejut."Terus sekarang dia gimana ?" "Semoga saja dia tidak bunuh diri lagi, Mas. Aku juga kepikiran terus, aku gak yakin dia mau mendengarkan nasehat ku untuk tidak bunuh diri. Lelaki yang telah menghamili wanita itu tidak mau bertanggung jawab dan menghilang begitu saja. Wanita itu pasti sangat frustasi dengan keadaannya sekarang, Mas.""Kasihan juga dia.""Iya, Mas. Jujur aja, sampai sekarang aku masih selalu gak tenang, takut dia bunuh diri lagi. Masalahnya, lelaki yang telah menghamilinya pasti tidak mau tanggung jawab. Aku juga kepikiran untuk pergi ke rumahnya lagi untuk memastikan dia baik-baik saja, Mas."Mas Ilham terdiam, ia nampak tengah memikirkan sesuatu. Tak lama dia melihat ku dan menggenggam kedua tangan ku." Eum.. kayaknya aku punya ide, Sayang.""Ide