POV SELADi taman belakang rumah, aku tengah memberikan susu formula pada Zahra yang ada di kursi roda. Sesekali aku tersenyum melihat betapa lucunya dia. Zahra makin lama semakin gembul. Tubuhnya yang saat masih satu bulan, berbeda dengan yang sekarang setelah empat bulan. Ia semakin menggemaskan."Anak mamah cantik banget, sih. Pipinya juga makin tembem." Ucapku sambil memberikan susu formula dan mencubit pelan pipinya yang chubby.Tak lama handphone ku yang disimpan dimeja halaman berdering. Ada yang menelpon. Aku lihat sebentar siapa yang menelepon. Ternyata Ayu."Halo, Yu ? Kamu baik-baik saja ?" tanya ku karena takut Rio kembali menemuinya.[Rio datang ke butik, Bu. Ia sekarang a-ada di sebelah saya. Di-a sekarang mengancam saya, Bu.] Suara Ayu terdengar gugup dan ketakutan. Ternyata Rio tengah mengancamnya.[Heh, cepat kamu kasih uang padaku seratus juta. Jika tidak akan aku ambil anakku!] Deg! Jantungku berdebar begitu panik. Kini yang bersuara di balik telpon bukan Ayu, me
Satu minggu berlalu, Sela yang tengah mengasuh Zahra bersama Bu Tari--ibu mertuanya saling menoleh begitu ada yang mengetuk pintu rumah."Biar Sela saja yang bukakan pintunya, Bu.""Iya, Nak."Sela langsung beranjak dari sofa, ia berjalan untuk membuka pintu rumahnya. Dan ketika dia membuka pintu.Deg! Ia benar-benar merasa terkejut begitu melihat Rio yang sudah ada di teras depan rumahnya. Sejenak, Sela melihat ke arah dalam rumahnya, ia memastikan ibu mertuanya tidak melihat Rio."Ka-kamu, kamu ngapain kesini ?" tanya Sela yang ketakutan. Rio tertawa menyeringai. Ia senang melihat wanita di hadapannya takut kepada dirinya. "Jangan sok polos begitu, aku butuh uang.""Apa ? Uang ? Baru satu minggu yang lalu aku kasih kamu uang seratus juta. Apa sudah habis ?!" ucap Sela pelan."Yaiyalah.. kebutuhan ku banyak, aku ingin beli mobil. Uang yang kemarin udah masih kurang.""Aku gak akan beri kamu uang lagi! Aku bisa laporkan kamu ke polisi jika kamu terus memerasku."Rio terdiam dengan a
Bu Tari ingin ikut untuk mencari Zahra bersama Ilham dan Seka. Mereka bertiga pun pergi mencari Zahra. "Sepertinya kita mesti tanya ke Ayu, Sel. Ayu pasti tahu dimana Rio berada," ucap Ilham sambil menyetir mobil. Ibunya yang duduk dibelakang heran dengan pembicaraan Ilham."Siapa Rio, Ham ?"Sejenak, Ilham melihat ibunya dari yang dibelakang melalui kaca. Ia sampai lupa untuk tidak membahas soal Rio saat ada ibunya. Sela juga ikut panik mendengar pertanyaan ibunya."Eu-- ceritanya panjang, Bu. Nanti pasti akan aku jelaskan semuanya pada ibu, Ya ?"Sesampainya di rumah Ayu, tanpa basa-basi begitu datang bertemu dengan Ayu, Sela pun langsung menceritakan kejadiannya jika Zahra diculik."Apa, Bu ? Zahra diculik ?" tanya Ayu syock. Begitu juga dengan ibunya---Bu Ratna yang juga merasa syock cucunya di culik."Iya, Yu. Sepertinya, Rio juga takut keberadaannya diketahui polisi. Kemarin, Mas Ilham laporkan Rio ke polisi. Ia bahkan sampai sulit untuk dihubungi.""Kita yakin, Rio pasti yang
Rio lolos dari kejaran Ilham, ia keburu naik taksi dan tak terkejar. Bu Rita masih saja menangis di kursi dibelakang. Ayu yang ada disampingnya juga ikut merasa bersalah."Mas, lebih baik kita pulang saja ke rumah, keadaannya sedang kacau seperti ini. Kamu lihat ibu, ibu masih begitu syock. Masalah Rio kita serahkan ke polisi saja, ya ?" pinta Sela pada Ilham yang tengah menyetir mobil."Kamu benar, Sayang. Baiklah, kita pulang saja.""Yu, kamu ikut kita pulang ke rumah, ya ? Kita mesti sama-sama jelaskan semuanya pada ibu," ucap Sela."B-baik, Bu.""Bu, Ilham akan katakan yang sejujurnya pada ibu di hari ini juga, Bu," ucap Iham dengan penuh rasa bersalah.Ibunya tak mengatakan apapun. Ia masih memendam amarah dan rasa sedih yang mendalam.*****Sesampainya di rumah, semuanya langsung duduk di sofa ruang tamu."Jelaskan pada ibu Ilham! Apa yang sebenarnya terjadi ?!"Dengan penuh rasa bersalah, Ilham segera menghampiri ibunya. dia duduk bersimpuh dihadapan Ibunya."Ma-afkan aku, Bu.
"Ya Allah... Jika memang Mas Ilham bukan takdirku, jika memang aku dan Mas Ilham mesti berpisah, kuatkan dan ikhlaskan hatiku untuk menerimanya. Namun, jika memang Mas Ilham takdirku, jodohku, aku tahu Engkau maha kuasa atas segala hal ya Allah... Engkau pasti sebaik-baiknya perencana ya Allah... Aku serahkan semuanya kepadaMu ya Rabb..." Lirih Sela dalam hati diiringi tangisan.Tak lama, Bu Tari membuka pintu kamarnya. Sela cukup lega melihatnya."Alhamdulillah, akhirnya ibu mau buka pintunya, Bu. Sela dari tadi khawatir sama ibu. Aku sekarang bawain nasi goreng buat ibu. Ibu makan, ya ?" ucap Sela."Ibu gak mau basa-basi, Sela. Ibu pegang ucapan kamu, dan ingat! jangan pernah bohongi ibu lagi!" ucap Bu Tari penuh penekanan."Ibu masih berbaik hati tidak menyuruh kamu pisah dengan Ilham. Karena ibu tahu, Ilham sangat mencintai kamu. Tapi ibu minta sama kamu, kamu biarkan Ilham agar dia mau menikah lagi! Kamu bujuk dia agar mau menikah lagi!" lanjut Bu Tari."B-baik, Bu. Sela akan men
Ilham membaca surat dari Sela.Assalamualaikum,Mas, maaf ya aku pergi gak pamit dulu sama kamu. Aku mau pergi dulu ke rumah papah dan mama . Aku butuh waktu untuk menenangkan diri aku sendiri. Aku sadar diri, harusnya aku meminta pisah dari kamu tanpa harus diminta dulu oleh Ibu kamu. Aku bukan wanita sempurna yang bisa yang layak untuk dipertahankan.Setelah aku pikir, sepertinya aku juga tidak sanggup untuk melihat kamu jika bersama wanita lain suatu saat nanti. Mas, aku minta pisah dari kamu. Aku juga akan urus perpisahan kita. Aku harap kamu bisa mengerti keputusanku. Aku juga minta maaf sama ibu karena aku sudah membohonginya selama ini. Aku juga minta maaf karena waktu malam tadi aku gak pamit sama ibu.Jaga diri kamu baik-baik ya, Mas. Aku sangat menyayangi kamu. Semoga kamu bisa cepat menemukan wanita yang lebih baik dari aku.Wa'alaikum salam,(Sela)*****Air mata yang sudah tidak dapat terbendung lagi akhirnya mengalir membasahi pipinya Ilham dengan dadanya yang terasa s
"Kalo gitu, kamu pulang lagi ke rumah kita, ya ? Jangan pergi kayak gini lagi, aku bener-bener kehilangan kamu tau," ucapku pada Sela.Istriku itu tersenyum kecil. "Iya, Mas. Aku akan ikut pulang sama kamu." Lega rasanya, akhirnya Sela mau tinggal lagi bersamaku. "Oh, Iya. Orang tua kita 'kan sudah tahu semuanya. Apa kamu mau tetap merawat Zahra ?""Mungkin, iya, Mas. Aku sudah terlanjur menyayangi Zahra. Ayu juga tidak mungkin untuk merawat Zahra. Kasihan dia, Mas. Ayu tidak dinikahi oleh Rio. Jika dia sampai membesarkan Zahra, nanti apa kata orang-orang sekitarnya. Apa kamu keberatan, Mas ?" "Tidak, aku tidak keberatan. Terserah kamu mau melakukan apapun, yang penting itu buat kamu bahagia.""Makasih, ya, Mas."Aku tersenyum menatapnya. "Iya, Sayang.""Tapi, kita bisa saja bantu Ayu untuk dinikahi oleh Rio. Kita suruh saja Rio yang tengah ada di penjara agar mau menikahi Ayu. Ya.. setidaknya, untuk membersihkan nama Ayu saja," usulku."Aku setuju, Mas. Setidaknya, jika Ayu suda
"Sayang. Kamu pasti lihat wanita bernama Tiara itu, ya ?" tanyaku sesampainya di kamar setelah dari ruang tamu tadi. Di ruang tamu, Tiara juga masih mengobrol bersama ibuku karena mereka pasti masih menunggu ku untuk segera menghampiri.Sela yang tengah menatap layar laptop, sejenak melihatku dengan senyum yang terlihat getir. Aku yakin hatinya pasti sangat sakit sekali melihat sendiri wanita lain yang akan menjadi istri keduaku.Ia menutup laptopnya. Tadi, aku lihat dia tengah mengecek keuangan butiknya. Ia pun berdiri lalu menatap ku sambil tersenyum getir. "Sudah seharusnya aku terbiasa melihat wanita yang akan menjadi istri kedua kamu, Mas. Aku yakin, aku akan menjadi terbiasa hingga rasa sakitnya sedikit berkurang," ucapnya."Aku minta maaf, aku benar-benar tidak tahu soal kedatangan Tiara. Aku juga kaget begitu melihat dia sudah ada di ruang tamu bersama ibu."Ibuku tega sekali membawa Tiara ke rumah kami. Ia tidak memberitahuku sama sekali. Apa ibu tidak memikirkan bagaimana