Share

Kujual Suamiku di Status Facebook
Kujual Suamiku di Status Facebook
Penulis: Sriayu23

Status Promosi

POV Adam 

[Di jual barang kualitas bagus, dengan harga murah. Sekali memiliki, maka tidak akan menyesal sampai mati. Yang minat, langsung japri.]

"Dam, Dam, liat status promosi di akun F* istri lu," ujar Rendi setelah membaca caption status jualan istriku dengan suara lantang.

"Kenapa? paling dia promosi panci, wajan, dan perkakas masak lainnya. Lu, kaya baru  liat status bini gua ajah."

"Iya gua tahu. Tapi, sekarang dia jualan barang antik. Asli, lu pasti kaget liat barangnya."

"Barang apaan?" tanyaku pada Rendi. Sementara mata fokus pada layar komputer. 

"Liat dulu. Gua yakin lu suka barangnya," ujar Rendi terkekeh.

Aku langsung cek F******k. Mencari akun jualan istriku. Mira memang seorang penjual olshop alat-alat dapur. Dia sangat suka memasak. Sehingga, bergabung dengan perusahan penjual alat dapur, untuk menjualkannya di media sosial, dan marketplace.

Perasaanku mulai tidak enak. Jangan-jangan Mira berjualan barang-barang aneh. Seperti benda penglaris atau benda ala-ala dukun yang lainnya. Bisa malu diriku. Suaminya seorang pekerja kantoran, sedangkan istrinya jualan barang yang tidak jelas. Mau ditaruh di mana mukaku ini. 

"Status yang mana?" tanyaku heran. Ketika sudah membuka akun jualan Mira. Tidak ada yang aneh. Dia berjualan panci seperti biasanya. Dengan caption yang cukup menarik. Banyak foto-foto alat dapur yang berseliweran di akunnya. 

"Itu, status paling atas. Baru Dua jam yang lalu."

"Yang ini?" tanyaku mendekati Rendi. Menunjuk status istriku.

"Iya, yang itu. Buka foto-fotonya. Di foto paling akhir. Gua yakin lu suka barangnya."

Aku langsung buka foto-foto yang di shere istriku. Ada sekitar lima belas foto. Dari foto pertama sampai sepuluh tampak biasa saja. Tidak ada barang yang aneh. 

Namun, di foto urutan sebelas sampai lima belas, aku sungguh kaget. Mata membelalak tak percaya. Mira mengirim fotoku dengan segala fose. Bahkan, di foto terkahir sangat mencengangkan. Ada fotoku yang sedang mencium tangan wanita. Namun, pada gambar wanitanya sengaja diburamkan. 

"Eh, Dam, lu udah liat sw istri lu? gila. Kayanya dia tahu lu selingkuh," ujar temanku yang lain.

"Enak aja, lu. Gua gak selingkuh," hardikku kesal. 

"Wah, ada istri jual suami. Serem amet," ledek Rendi.

"Diam, lu. Kerja-kerja."

Suara ledekkan perlahan meredup. Mereka fokus kembali dengan kerjaan masing-masing. Sedangkan aku, malah gusar sendiri. Aku takut Mira salah paham atas kedekatanku dengan Diana. Aku paham betul, perempuan dalam foto itu adalah Diana. Sahabatku sejak SMA, kuliah, sampai sekarang kami kerja satu perusahaan sekaligus satu tim. 

"Mas, kenapa sama istri kamu? ko, bikin status gitu," ujar Diana saat jam makan siang.

"Gak usah dipikirin, Na. Biasalah, paling salah kirim Saking banyaknya foto panci, Mira sampe salah majang barang dagangannya," ujarku berusaha menenangkan Diana. Padahal, sedari tadi aku panik. Mira tidak bisa dihubungi setelah membuat status yang menggemparkan. 

Tak mau teman hidupku itu gusar, atau sakit hati. Entah dia menyadari atau tidak, foto perempuan yang dibuat buram adalah fotonya. Semoga saja tidak sadar. Hubungan kami bisa berantakan kalau itu terjadi. 

"Apa Mira gak mau kita deket lagi sebagai sahabat, Mas? kalau gitu, lebih baik kita saling berjauhan."

"Gak gitu, Na. Udahlah, jangan berpikir negatif. Sebelum kenal Mira, aku udah Deket sama kamu. Kita bakal tetep berhubungan sampai kapan pun."

"Tapi pertemanan kalian ini sudah kelewatan," cetus Bumi tiba-tiba duduk makan bersama.

Kami bertiga adalah sahabat dekat sejak SMA. Bedanya, Bumi lebih beruntung dari kami. Di usianya yang sekarang, dia sudah menjadi manager di perusahan ini. Berkat Bumi juga, aku dan Diana bisa diterima di perusahaan ini. Meskipun, dalam soal percintaan, Bumi sangat tidak beruntung. Berkali-kali diselingkuhin, dan akhirnya menjadi jomblo abadi. 

"Kelewatan gimana, Sih, Mi. Sok tahu kamu tuh."

"Hahaha, terserah kamu, Na. Kalian sebenarnya tahu, tapi pura-pura tak tahu. Tenang saja, aku tak akan ikut campur. Asal, jangan libatkan aku dalam urusan ini. Siap-siap Dam, takutnya ada perang dunia ketiga, hahaha."

Bumi bicara dengan meledek. Seakan-akan kejadian ini adalah lelucon. Aku berusaha bersikap biasa. Walaupun ucapannya membuat pikiran negatif mendominasi isi kepala. 

"Udah, makan-makan," sergahku menghentikan topik pembicaraan yang tidak mengenakan. 

Sampai waktu pulang kerja, aku masih memikirkan ucapan Bumi. Takut Mira marah, atau mengancam berpisah. Bahaya jika itu terjadi. Bisa langsung miskin diriku. Apalagi harus berhadapan dengan bapaknya Mira yang galak luar biasa. Mampus ....

"Mir, buka pintunya, Sayang. Mas pulang."

Aku berusaha memasang ekspresi semanis mungkin. Lebih baik bersikap seolah-olah tidak tahu. Dibandingkan harus bertanya, malah menambah masalah saja. 

"Mira ...."

"Iya, Mas. Aku denger. Emang aku budek?" 

Mira membuka pintu dengan wajah datar seperti biasa. Dia mempersilakanku masuk. Sikapnya tidak mencurigakan. Tampak baik-baik saja. Mungkin benar dugaanku, Mira hanya salah memposting foto. Dia tidak mungkin tahu apa-apa tentang rahasia yang aku simpan. 

"Mir, kamu baik-baik aja 'kan?"

"Ya, baik-baik ajalah. Emang kenapa? lihat nih, dari atas sampe bawah masih lengkap. Heran, kesambet kamu, Mas?" 

"Hehehe, enggak ...."

"Ya udah sana, mandi terus makan. Aku dah, makan duluan. Gegara laper. Jadi, kamu makan sendiri aja yah."

"Iya, Sayang gak papa."

Tanpa menjawab lagi, Mira langsung merebahkan tubuh di kasur. Aku mulai mencium keanehan dari tingkahnya. Baru aku sadari, sikapnya perlahan cuek. Apa hanya perasaanku saja?

"Hahaha, iya .... beneran."

Dari ruang makan, aku mendengar suara Mira sedang asik berbicara dengan seseorang. Mungkin, dia sedang menelpon sahabatnya.

"Hahaha ...."

Suara tawanya makin kencang. Istriku terdengar sangat bahagia. Ada apa gerangan? tidak biasanya Mira tertawa terbahak-bahak seperti itu. Perasaanku jadi tidak enak. Segera aku menyelesaikan makan, dan menyimpan piring kotor di dapur. 

"Udah dulu, yah. Nanti aku telepon lagi."

Saat aku masuk ke kamar, Mira malah menutup sambungan teleponnya. Dia menarik selimut dan tidur membelakangiku. Aku makin curiga, ada yang tidak beres dengan istriku.

"Sayang ...."

"Hmmm."

"Mau dipijit?"

"Enggak."

"Kamu kenapa? ko, kaya beda. Aku buat salah?"

"Enggak."

"Hmm ... Mas boleh tanya sesuatu."

"Iya, apa?" tanya Mira masih dengan posisi yang sama. Dia seakan tak mau memandangku

"Kamu ... salah kirim foto Mas, yah?"

"Oh, foto yang di F* sama status wa?"

"Iya, itu salah kirim 'kan?"

"Enggak."

"Hahaha, jangan becanda Sayang. Gak mungkin kamu jual suamimu secara online."

"Emang kenapa? banyak yang nawar mahal, Mas. Liat deh, kolom komennya. Status aku jadi rame."

Aku tak melanjutkan lagi perbincangan dengan Mira. Memilih mengambil ponsel dan mencek status Mira. Benar saja yang dia katakan. Kolom komentar sudah berubah jadi wadah bergosip. Banyak kicauan para ibu-ibu yang ditanggapi Mira.

[Suaminya juga dijual, Mbak?]

[Cek harga]

[Wah, tampaknya suaminya selingkuh, nih. Beginilah kalau istrinya penjual online. Hahaha, mantap .... lanjutkan, Bun]

[Iya, Bun]

Balas Mira dengan emoticon tersenyum manis. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status