Share

Dipermalukan

"Kamu harus ikut, Din. Biar makin keren konsep promosi panciku."

Mas Adam dan Diana saling tatap. Mereka tampak tegang. Aku tersenyum penuh kemenangan. Jika mereka pintar menorehkan rasa sakit, maka aku juga bisa dengan cerdas mempermalukan mereka di depan publik. 

"Ti-tidak usah, Mir. Kalian saja."

"Ih, jangan gitu dong, Na. Aku punya konsep iklan yang bagus nih."

"Ko-konsep apa?"

"Konsep Lempar Panci untuk Pelakor."

"Maksud kamu apa pake konsep kaya gitu?" tanya Mas Adam tampak tidak suka. 

"Santai dong, Mas. Jadi, bos panci aku itu cewek, Mas. Dia suka konsep-konsep marketing yang unik. Sedangkan temen-temenku yang lain, pake konsep iklan yang biasa. Cuman pose mesra sama suami dan panci dagangannya. Kalau aku, mau pake ide yang berbeda. Tahu aja menang gitu."

"Maaf, Mir. Aku gak mau," tolak Diana dengan senyum terpaksa. 

"Yah, ko, gak mau, Sih. Cuman kamu doang temen cewek kita. Tolonglah, bantu. Sekali ini saja. Demi hadiah rumah," ujarku mengatupkan tangan untuk memohon. 

Diana menampakkan ekspresi kebingungan.  Dia juga mencuri-curi pandang pada Mas Adam. Seolah-olah minta pendapat. 

"Cuman konsep iklan doang, Na. Udah gak papa. Kalau kami dapet rumah itu, kami kasih fee buat kamu. Iyakan, Sayang?" tanya Mas Adam sebagai kode. 

Dasar pasangan perselingkuhan yang matre. Baiklah, mari kita bermain dalam permainanku. 

"Siap. Gampang soal Fee. Nanti kamu pasti kami bagi uang tanda terima kasih."

"Oke deh, kalau gitu."

"Sip. Kebetulan besok hari Minggu. Langsung aja kita pemotretan."

"Oke, Mir. Tapi boleh kasih tahu bocoran konsepnya?" tanya Diana sedikit ragu. Mungkin dia merasakan firasat tak enak. 

"Besok aku kasih tahu. Sekarang, aku cape banget. Daganganku laris manis."

"Ya sudah, Mir. Aku pulang dulu, deh. Besok datang lagi." Aku mengangguk tanda setuju. 

Kemudian, perempuan itu pulang. Sementara aku, bersikap tak acuh pada Mas Adam. Membiarkan suamiku mengantar perempuan itu mencari taksi. 

Beberapa menit kemudian, suamiku masuk ke kamar. Aku sudah pura-pura tidur. Jujur, hati yang terluka tak bisa dibohongi. Rasa kesal dan kecewa begitu terasa saat melihatnya. Maka, memejamkan mata adalah jalan ninjaku. Meski, bayangan perselingkuhan Mas Adam dengan Diana terus memenuhi isi kepala. 

*****

Keesokan harinya, semua properti panci sudah aku siapkan. Fotografer sudah aku pesan untuk datang ke rumah. 

Tentu Tiara yang mengatur semuanya. Dia juga ikut membantu mengawasi. Pura-pura menjadi asisten tukang foto. 

"Beneran aku pake baju seksi gini, Mir?" tanya Diana saat aku memberikannya dress baju tidur diatas lutut. 

"Iya, Na. Biar konsepnya keren. Hot, dan menggugah."

"Kayanya kamu salah konsep deh, Mir. Masa suamimu ini harus pake kolor doang? terus dadaku harus di gambar hati dengan panah gini?" protes Mas Adam. 

"Mas, kita harus berani pakai konsep marketing yang unik dalam iklan. Ini namanya, konsep pelakor menggoda suami orang. Nanti, kita bikin video pendek juga. Video iklan itu nantinya akan diputar di depan bosku buat dinilai. Sementara foto-fotonya buat bikin brosur promo."

"Gila kamu, Mir. Mending gak usah jadi deh. Terus kamu kerjaannya apa? masa kita doang yang harus pose memalukkan kaya gini?"

"Ya, aku ikut take video juga, Mas. Masih mending loh, aku mau kasih ide cemerlang yang unik. Toh, kalau menang rumahnya buat kamu. Ya udah kalau gak mau," ujarku pura-pura merajuk. 

"Sudah, Mir, Mas Adam. Lebih baik kita langsung foto ajah. Memang dibutuhkan usaha yang keras, untung hasil  dan hadiah yang memuaskan," ujar Diana. 

Pasti kata-kata itu sebagai kode untuk menyemangati Mas Adam.  Beginilah kalau berhadapan dengan perempuan mata duitan. Rela melakukan apa saja demi uang.

"Ya sudah, ayok buruan."

Aku tersenyum penuh kemenangan. Permainan segera dimulai. Aku suruh Mas Adam dan Diana berpose mesra. Lalu, menggunakan panci dengan segala model yang ada sebagai atributnya. 

Mas Adam dan Diana tampak memasang muak jengkel, dengan senyum terpaksa. Aku sangat puas melihat mereka tersiksa. Lanjut rekaman video. Di sinilah, kekesalan akan aku luapkan.

"Ini beneran skrip iklannya?" tanya Diana.

"Iya, jadi konsepnya Mas Adam ketahuan selingkuh, sama kamu. Terus aku pukulin pake panci. Nanti iklannya, aku promoin kaya gini :

Panci kuat, tahan lama, dan tahan banting untuk melabrak pelakor. Yuh, buruan dibeli."

"Gitu, loh," paparku antusias.

"Makin lama kamu makin ngelantur, Mir. Udahlah, gak usah dilanjut."

"Tanggung, Mas. Dikit lagi."

"Iya bener kata Mira, Mas Adam. Cuman tinggal ambil video," bujuk Diana juga.

"Ya sudah, cepat. Aku sudah cape dengan konsep iklan yang aneh ini!" sentak Mas Adam. 

Pengambilan Video dimulai. Dimulai dari adegan ranjang antara Mas Adam dan Diana yang sedang bermesraan. Lalu, aku melempar Mas Adam dengan panci. Disusul lemparan pada Diana. Mereka berdua meringis kesakitan.

"Syukurin. Dasar pelakor dan suami gatel. Rasakan panci hebatku, hahahha."

"Oke, bagus. Videonya keren sekali," ujar Tiara. 

"Gila kamu, Mir. Kepalaku benjol beneran."

"Maaf, Mas. Biar menjiwai perannya."

"Iyalah, terserah. Kapan pengumuman pemenangnya?"

"Dua hari lagi, Mas. Tenang saja. Aku yakin kita menang."

"Bagus. Awas saja tidak menang."

Mas Adam pergi ke kamar dengan wajah emosi. Sementara Diana, pamit berganti baju. Aku tahu, mereka berdua sangat kesal dengan ide gilaku ini. Syukurlah, hatiku sedikit puas. 

"Awasi Si Diana, Ra," bisikku pada Tiara. 

"Oke, Mir."

Diam-diam Tiara mengikut Diana. Aku yakin, Mas Adam dan Diana akan diam-diam bertemu di belakang. Untung saja, aku sudah mempersiapkan segala kemungkinan. Biarkan saja mereka melakukan apa pun. Semakin banyak bukti-bukti perselingkuhan, Semakin memberatkan Mas Adam di persidangan. 

"Gimana?" tanyaku pada Tiara setelah beberapa menit dia pergi.

"Gila, sih. Di depan doang tuh, cewek mulutnya manis. Di belakang mah gila, julid abis."

"Ada video atau fotonya?"

"Aman. Bukti bagus nih buat lu."

"Makasih, Ra." Tiara mengangguk sambil menyatukan jari jempol dan telunjuk. Membentuk huruf 'O'.

Tunggu, drama pembalasan belum selesai. Ada kejutan lain yang akan aku persiapkan. Ingat, penghianatan tidak akan berujung bahagia. 

******

"Hallo, Mira, kapan pengumuman pemenangan lombanya?" tanya Mas Adam melalui sambungan telepon.

Sudah dua hari berlalu setelah pemotretan itu. Aku juga sudah mempersiapkan kejutan tak terduga untuk Mas Adam dan Diana. Sebagai hadiah spesial. Pasti tak akan terlupakan sepanjang hidup mereka. 

"Oh, iya. Baru aku mau nelpon kamu, Mas. Tahu gak, Mas, kita menang."

"Serius kamu?" tanya Mas Adam terdengar kaget dan sangat bahagia. 

"Iya, dong. Tapi, hadiahnya harus diambil kita bertiga sebagai pemeran dalam video iklannya."

"Maksud kamu, aku dan Diana harus ke kantor pabrik panci itu?"

"Iya, Mas. Sore nanti kamu datang aja ke alamat yang akan aku berikan. Soalnya, aku emang sudah di kantor. Ada urusan untuk mengatur administrasi pengambilan hadiahnya. Kamu gak usah lembur dulu. Sore langsung ke sini."

"Ya sudah, nanti sore aku ke sana."

"Oke, sip, Mas."

Sambungan telepon dimatikan begitu saja. Pria itu pasti sedang merayakan kemenangannya. Dia pikir, akan mendapatkan rumah untuk selingkuhannya. 

Padahal, kenyataan pahit yang akan diterima. Mereka akan kaget mengetahui siapa bos yang akan memberikan hadiah tersebut. Tentu bukan  sertifikat rumah, tapi surat panggilan dari pengadilan agama. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status