Share

15 Tahun Kemudian

"Kahfi ... Ya Allah!" teriakku emosi dengan kelakuan anak bungsu.

Kahfi dan Zea mirip ton dan jerry. Setiap hari selalu bercanda keterlaluan. Kejar-kejaran ke sana ke sini. Seperti hari ini, Kahfi menendang ember yang berisi pakaian yang akan di jemur. Lalu lari terbirit-birit karena di kejar kakaknya.

"Zea, cukup, Sayang. Kalian ini kenapa, sih. Sehari saja jangan ribut."

"Hahaha, sini maju kalau berani. Ah, kakak payah."

"Dasar adik durhaka. Kamu yang salah, malah berani-beraninya nantangin."

"Emangnya ada apa sih?"

"Itu, Mah, Adek liat video mesum."

"Bohong, Mah. Wah, Kakak suka membalikan fakta. Yang ada, kakak tuh, ketahuan mojok di sekolah sama cowok berandalan."

"Namanya Rey, enak aja kamu sebut cowok berandalan."

"Emang dia cowok berandalan. Kakak aja yang mau dibego-begoin."

"Wah, mulutnya minta digeplak sendal swallow, sini kamu."

Dua anak itu tidak kapok mendengar teriakanku. Terus berlarian ke sana ke mari. Aku kejar mereka, lalu menjewer kuping keduanya.

"Kalian ini."

"A
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status