Sebelum pergi ke kantor tidak lupa aku memeriksa dan menyalakan rekaman di ponsel yang kutinggalkan di dalam guci pajangan. Akan kuandalkan benda itu sebelum aku benar-benar memasang CCTV kecil. Aku butuh waktu dan kesempatan untuk meminta teknisi memasang benda itu di rumah. Mungkin akan ku manfaatkan waktu selagi mas Fahri ada di luar kantornya dan akan ku suruh pengasuh untuk mengajak putraku bermain ke taman.
"Apa yang kau lakukan di situ?"suamiku berdiri di belakangku sesaat setelah aku menutup pajangan itu. Hampir saja aku ketahuan olehnya."Oh, a-aku sedang melihat rambutku di kaca.""Kau sudah cantik," balasnya."Ayo kita berangkat Mas, kita bisa telat.""Oke, ayo," ujar suami, "pergi dulu ya Fanni, jangan lupa kunci pintu dan mandikan da Erwin tepat waktu.""Iya, Pak.""Sip, kami mengandalkanmu," jawab suamiku berkedip. Aku melihatnya saat wanita itu diam-diam mengulum senyum dan tersipu.Aku yakin ada sesuatu di antara mereka dan aku harus mengetahuinya, entah kenapa, setelah mendengar celotehan burung beo, aku merasa memang ada yang tidak beres di dalam rumah. Entah burungnya yang kelewat pintar berceloteh ataukah Ini adalah cara Tuhan untuk memberitahuku yang sebenarnya.*Di kantor.Setelah jam istirahat Aku berbicara dengan sahabatku yang bernama Rika dia seumuran denganku dan juga sudah menikah serta punya seorang anak. Aku curhat padanya tentang keanehan yang terjadi akhir-akhir ini serta apa yang dikatakan burungku."Burung beo memang sangat pintar, dulu waktu masih tinggal dengan di kampung bersama orang tuaku nenekku punya burung beo yang pandai menirukan kata-kata yang dia dengarkan.""Kupikir kosakata burung beo sangat terbatas, melatihnya dengan satu kata saja butuh bertahun-tahun?""Bila burungnya memang pintar menangkap, bisa jadi juga. Karena aku pernah melihat burung yang bisa menyapa orang yang lewat serta menjawab salam, lalu berteriak melapor kepada pemilik rumah jika ada orang asing yang masuk ke pekarangan mereka. Itu artinya burung bisa berkomunikasi sesuai dengan situasi dan keadaan. Daan itu untuk burung yang sudah dilatih bertahun-tahun....""Suamiku sudah memeliharanya selama 7 tahun belakangan.""Bila dia konsisten dilatih dan mendengarkan kata-kata, kurasa itu tidak mengherankan.""Lalu apa solusi yang terbaik?""Menjaga kewarasan mentalmu sebaiknya kau segera memasang kamera CCTV.""Ya, benar, itu solusi yang paling praktis.""Juga, berhati-hatilah pada pembantumu agar dia tidak selalu tampil di depan suamimu. Kebersamaan setiap hari membuat orang-orang khilaf.""Iya, terima kasih atas sarannya."*Aku selesaikan pekerjaanku segera mungkin karena aku ingin pulang lebih cepat dari Mas Fahri, Aku ingin sampai di rumah sebelum dia karena aku ingin memeriksa kamera ponsel itu.Pukul 03.00 sore aku meluncur pulang lewat ojek, pulang tanpa memberitahu suamiku yang biasanya baru akan pulang sejam lagi.Aku masuk ke rumah lewat kunci yang kubawa di tasku, keadaan rumah sedang lengang, aku tidak mendengar suara Erwin atau Fanny pengasuhnya. Mungkin mereka sedang tertidur di lantai dua.Pelan-pelan aku membuka pajangan lalu memeriksa rekaman. Ternyata ponsel itu mati kehabisan baterai. Aku mencari pengisi daya dan menyalakannya kemudian memeriksa galeri, ternyata ada video berdurasi pendek yang sempat terekam sebelum ponselnya benar-benar mati."Ibuk mulai curiga." Aku mendengar suara Fanny tapi dia tidak masuk ke dalam frame kamera. Bisa jadi dia berdiri di sekitar ruang laundry atau ruang tamu yang tidak mampu menangkap gambarnya."Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja.""Tapi, kecurigaan Ibu bisa membahayakan saya.""Sudah tenanglah," balas suamiku.Setelah itu videonya berakhir dan ternyata itu terekam di jam 10.15 pagi tadi. Ternyata, Mas Fahri menyempatkan diri untuk pulang hanya untuk bicara dengannya. Kalau memang tidak ada apa-apa kenapa harus bicara secara rahasia. Dan kenapa juga, pembantuku harus begitu khawatir dengan kecurigaanku Jika dia memang tidak melakukan sesuatu?Terlebih kemarin dia sudah memberiku sebuah alasan yang cukup logis, aku tidak sungguh-sungguh menuduhnya curang. Malah aku hendak menyalahkan suamiku yang berani menggoda gadis itu, harusnya Mas Fahri menjaga sikapnya jangan sampai asisten rumah tangga kami merasa tidak nyaman lalu memutuskan untuk resign.Ternyata, setelah mendengar percakapannya... Aku jadi yakin ada hubungan suka sama suka di sana.Tok tok.Aku pergi ke kamar pengasuhku lalu mengetuknya. Tak lama kemudian wanita itu membuka pintu, rambutnya masih berantakan karena dia tertidur dengan putraku."Maaf bu saya belum mengenakan jilbab saya.""Tidak apa karena kau ada di dalam kamarmu. Apa tadi suamiku pulang ke rumah?""Tidak Bu."Nah, kan, dia berbohong. Kalau memang tidak ada sesuatu dia tidak mungkin berbohong. Dia bisa saja bilang iya dengan alasan suamiku lupa sesuatu, tapi, kenapa dia harus bilang Kalau suamiku sama sekali tidak pulang."Kau yakin dia tidak datang lagi?""Tidak Bu, ada apa ya Bu?""Ga ada, ya sudah, tidurlah lagi."Kubiarkan dia kembali beristirahat, selagi gadis itu sudah menyelesaikan pekerjaan dan menyiapkan makanan. Aku tidak terlalu ketat mengawasi atau harus kejam mengeksploitasi tenaga pembantuku. Aku memperlakukan dia dengan manusiawi, dan bahkan sudah kukatakan, kalau aku menganggapnya seperti adikku sendiri. Bila aku beli pakaian maka akan kubelikan juga untuknya, setiap kami mendapatkan rezeki lebih, aku pasti memberinya bonus dan sesekali membiarkan dia keluar untuk jalan-jalan menghabiskan waktunya. Mau sebaik apa lagi diriku ini dengannya?Akan kutunggu suamiku pulang dan akan tanyakan baik-baik padanya, kenapa dia kembali di pagi tadi, apa yang dia lakukan dan kenapa dia harus bicara seakrab itu dengan asisten kami.Usai mengganti pakaian aku berniat untuk turun ke dapur dan membuatkan makan untuk diriku sendiri. Biasanya Fani sudah menumis sayur dan menggoreng ayam, tapi kali ini aku ingin bikin sambal bawang dan makan dengan rebusan daun singkong yang kubeli tempo hari.Sebelum pergi ke dapur, aku sengaja mematikan AC dan pintu dorong yang difungsikan sebagai dinding sekaligus pintu, panel kaca yang terhubung antara taman samping dan ruang keluarga. Aku ingin membiarkan udara segar dan suara gemericik air kolam masuk ke rumah. Tapi, betapa terkejutnya aku beberapa detik setelah itu, saat ku sapu pandanganku ke kandang burung beo, aku menyaksikan hewan itu sudah terkapar dan jatuh ke dasar kandangnya.Aku berlari mendekat setengah panik karena itu adalah burung kesayangan suamiku."Jack!"Tidak ada respon di sana sampai aku akhirnya membuka pintu dan menyentuh hewan itu. Dia sudah kaku, semut mulai menggerogoti bagian mata dan wajahnya."Astaghfirullah..." Aku mengangkat burung itu lalu meng
Sepanjang malam, aku tidak bicara sama sekali dengan mas Fahri, kumasak sosis pesanannya lalu kutinggalkan dia ke lantai 2. Hatiku dongkol dan dipenuhi banyak pertanyaan mengapa dia sampai berbuat senekat Itu.Pada akhirnya, saat keadaan mendesak dia mengaku membunuh hewan tidak bersalah itu.Demi apa? Apa melenyapkannya akan membuat keadaan jadi aman dan aku tidak akan curiga. Justru dengan membunuh burung itu, aku semakin yakin bahwa dia memang punya rahasia terkelam di dalam rumah ini.Aku hendak mencari cara di dalam kepalaku agar bisa mengungkap segalanya dengan tegas, aku tidak mau jadi istri yang terus dibodohi dan hanya percaya pada dusta suamiku.Terakhir kali burung itu berkicau dan bersaksi kalau dia melihat seseorang buka baju. Siapa yang buka baju? Dan siapa yang lancang melakukan itu di dalam rumahku? Jika seseorang jelas dilihat oleh burung itu, artinya, mereka melakukannya di sekitar taman samping atau ruang keluarga.Siapa yang akan buka baju di sana dan kenapa?P
Tak berhenti sampai di sana karena aku juga terkejut mendapati ada sebuah tabung kecil yang berisi pil. Tidak ada keterangan apapun di sana.Kurasa pembantuku sehat-sehat saja, dia tidak sakit atau membutuhkan obat yang harus membuat dia meneguknya sepanjang waktu. "Apa mungkin pembantuku ini punya kerjaan sampingan selain jadi asisten rumah tangga, jangan jangan ini pil kontrasepsi." Aku mulai membayangkan sesuatu yang tidak tidak tentang pembantuku. Apakah dia berpacaran sejauh itu dengan kekasihnya, lalu menyimpan pil kontrasepsi di kamarnya demi mencegah kehamilan. Ataukah, dia juga melayani lelaki hidung belang di waktu liburannya demi tambahan uang agar dia bisa mengirimkan pada ibunya di kampung sana.Astaga, ya Allah, ada apa ini.Tiin....Suara klakson panjang mobil di depan rumah, sepertinya itu adalah suara mobil teknisi yang akan memasang CCTV. Demi tidak terlihat mencolok bahwa aku memeriksa kamarnya segera kuambil beberapa sampel pil itu lalu kukantongi kemudian mengem
"Erwin!" Aku mengguncang anakku dengan kepanikan yang luar biasa, aku nyaris menangis karena merasa bersalah terlalu sibuk bekerja dan mengurusi hal-hal lain sementara aku lupa memberinya kasih sayang dan perhatian yang cukup."Ada apa Bu? Adik Erwin sedang tidur dengan pulas, dia kelelahan karena ikut dengan saya ke supermarket dan ke rumah neneknya.""Kau yakin!" Aku ingin langsung menamparnya dan melampiaskan emosiku tapi aku tidak punya bukti kalau dia meletakkan obat tidur itu ke dalam botol susu anakku."Iya Bu, kalau sudah ngantuk sekali Erwin biasanya akan tertidur dengan pulas. Dengan santainya wanita itu datang ke pinggiran yang anakku kemudian menekan sedikit ujung telinganya dan membisikkannya kata-kata yang lembut."Dek, adek bangun dong!""Hmmm ...." Anakku menggeliat dan menggumam panjang, pelan pelan ia mengerjab dan buka mata, lalu menangis kesal karena aku membangunkan tidurnya."Maaf sayang, maaf." Aku meraihnya dari tangan Fani lalu memeluknya dengan penuh kasih.
Dari sekian banyak hari yang kulalui di dalam hidupku. Baru pagi ini aku merasa tidak bersemangat untuk pergi bekerja. Ada kekhawatiran dan firasat tak nyaman begitu aku naik ke mobil dan meninggalkan rumah. Seakan akan, ada kejadian yang mungkin tidak mengenakkan yang bisa saja terjadi saat aku tidak ada di rumah.Seperti biasa aku naik mobil dengan suamiku, dia yang sudah tampan dengan baju dinas berwarna coklat muda mengendarai mobil sambil mengikuti alunan lagu yang terputar di radio. Aku sendiri, sibuk dalam kegamangan perasaanku. Aku takut, terjadi sesuatu yang tidak ku inginkan pada putraku, aku takut, funny memberinya obat tidur dan membiarkan dia tertidur sepanjang hari agar tidak rewel. Aku cemas pengaruh obat tidur itu akan merusak otak anakku. Aku benar benar khawatir.Sudah ku pikirkan apa yang akan kulakukan Andai Gadis itu terbukti meletakkan obat tidur pada anakku, Mungkin aku akan langsung membawanya ke kantor polisi atau aku akan memukulnya sampai dia babak belur. Ak
"Apakah kau sungguh melakukan itu!" Tanya suamiku kepada Fani sekali lagi. Wanita itu menangis tersedu-sedu dan minta ampun."Maafkan saya Pak, saya pikir membuat dia tertidur dengan pulas akan memulihkan energi dan membuat dia semakin nyaman," ujarnya sambil mendongak dan menatap wajah suamiku dengan lekat.Biasanya seorang pembantu yang melakukan kesalahan besar tidak akan berani menatap wajah majikannya dengan tatapan seberani itu."Saya melakukannya tanpa niat buruk Pak. Itu memang obat saya jadi saya memberi seperempat dosisnya untuk membuat Erwin tertidur lebih pulas, karena selama ini dia mudah sekali terbangun dan rewel.""Meski dia memang rewel dan tidak pernah tidur dengan baik, kau tidak berhak memberikan anakku obat tanpa izin orang tuanya. Ini adalah sebuah kejahatan yang bisa diseret ke kantor polisi!" teriakku dengan emosi."Ampuni saya Bu, maafkan saya Pak, Saya sungguh menyayangi Davin dan Erwin sepenuh hati saya. Saya ingin memberikan yang terbaik untuk mereka dan me
Malam bergulir menjadi larut dan mulai sepi, kedua putraku sudah tertidur di kamar masing masing.Kubersihkan wajahku dengan krim pembersih sambil menatapnya di depan kaca. Tak lama suamiku masuk, dia menutup pintu dan beranjak ke tempat tidur."Sebenarnya dari mana kau tahu dia punya pil tidur, apa kau mengawasinya?""Aku memeriksanya!""Lalu kenapa kau tahu anak kita dicekoki, kau langsung panik dan mengajakku pulang, apa kau punya kamera pengawas di rumah?""Tidak, hanya firasatku saja yang merasa tidak enak, jadi, aku mengajakmu pulang.""Syukurlah kau segera menyadari sesuatu.""Harusnya kita memecat wanita itu.""Jangan dulu, Sayang. Ga mudah cari pembantu jaman sekarang, apalagi aku sudah bilang ke kamu, tugas dia itu banyak dan rangkap.""Bagaimana kalau dia membahayakan anak kita?""Itu akan membahayakan dirinya sendiri, aku sudah bicara padanya, aku sudah memberinya kesempatan untuk memperbaiki kesalahan dan minta maaf. Jika dia masih mengulanginya maka aku tidak akan mengam
*"Ada apa kau sering sekali memantau ponselmu?" tanya Rika yang bangkunya tepat berada di sampingmu meja kerjaku. Ada sekat antara meja kerja aku dan meja kerjanya tapi secara umum aku dan dia bisa saling melihat kegiatan masing-masing. "Aku memantau keadaan anakku di rumah.""Jadi kau sudah pasang CCTV?" tanyanya sambil menggeser kursi kerja yang beroda itu."Ya, aku memasangnya di beberapa titik.""Uhm, oh ya, Kenapa kau kemarin pulang dengan terburu-buru?""Tidak ada, kupikir pembantuku lupa mematikan kompornya karena dia naik ke lantai 2 bersama anakku, ternyata aman saja," jawabku yang enggan menceritakan sesuatu tentang pil tidur. Aku malas membahasnya karena itu akan membangkitkan rasa sakit di dalam hatiku. "Apa kecurigaanmu tentang gadis yang bekerja di rumahmu sudah terbukti.""Belum, aku akan selalu memantaunya.'"Aku berharap bahwa dugaan-dugaan itu hanya prasangka yang salah. Aku berdoa semoga kau dan suamimu selalu langgeng dan bahagia serta tidak diguncang prahara a