Share

7. memasang CCTV

Sepanjang malam, aku tidak bicara sama sekali dengan mas Fahri, kumasak sosis pesanannya lalu kutinggalkan dia ke lantai 2. Hatiku dongkol dan dipenuhi banyak pertanyaan mengapa dia sampai berbuat senekat Itu.

Pada akhirnya, saat keadaan mendesak dia mengaku membunuh hewan tidak bersalah itu.

Demi apa? Apa melenyapkannya akan membuat keadaan jadi aman dan aku tidak akan curiga. Justru dengan membunuh burung itu, aku semakin yakin bahwa dia memang punya rahasia terkelam di dalam rumah ini.

Aku hendak mencari cara di dalam kepalaku agar bisa mengungkap segalanya dengan tegas, aku tidak mau jadi istri yang terus dibodohi dan hanya percaya pada dusta suamiku.

Terakhir kali burung itu berkicau dan bersaksi kalau dia melihat seseorang buka baju. Siapa yang buka baju? Dan siapa yang lancang melakukan itu di dalam rumahku? Jika seseorang jelas dilihat oleh burung itu, artinya, mereka melakukannya di sekitar taman samping atau ruang keluarga.

Siapa yang akan buka baju di sana dan kenapa?

Pertanyaan besar itu membuatku gila. Aku tertekan berhati hari. Demi Allah, aku harus mengulik satu persatu rahasia dalam rumahku secara perlahan. Aku harus mencari tahu tentang pembantuku dan apa saja kegiatan suamiku di rumah ini jika aku sedang tidak ada.

*

Aku ke kamar anakku dan kebetulan kudapati dia sedang mengerjakan pr-nya.

"Malam sayang," ujarku pada Davin, anak berkulit putih dengan rambut lurus yang punya banyak prestasi bela diri dan olahraga itu tersenyum melihatku.

"Ada apa Ma?"

"Kamu kan pulang lebih cepat dari Mama setiap hari. apa kau pernah melihat sesuatu yang mencurigakan?"

"Tentang siapa, Ma?"

"Fani dan Papa."

"Apa maksudnya mama mengaitkan antara pembantu dan Papa? Davin gak melihat apapun, Ma."

"Apa mereka tidak pernah bicara dan tertawa-tawa berdua, atau Papa nampak selalu memanggilnya?"

"Kenapa Papa akan melakukan itu pada asisten? Tidak Ma, kami bersama dengan adikku sementara Papa selalu sibuk di ruang kerja atau membersihkan filter kolam koi."

"Oh, baiklah," jawabku.

Dalam hati aku menyesal telah bertanya pada putraku karena itu menimbulkan kecurigaan dan keresahan tersendiri untuk dirinya.

"Ya sudah kamu lanjutkan saja pr-mu, maaf karena mama sudah mengganggu."

"Apa mama pikir kalau Papa dan pembantu pacaran?

"Ah, tidak, itu tidak mungkin."

"Baguslah," jawab anakku mengangguk.

Meski dia masih muda, tapi sensitifitas dan peka perasaannya tidak bisa kuabaikan, dia langsung tidak senang begitu aku mempertanyakan sesuatu tentang ayah kesayangannya itu.

Ah, ini bukan solusi terbaik.

**

Esok hari.

"Bangunlah. Apa kau tidak akan pergi ke kantor?" tanya suamiku.

"Aku tidak enak badan, jadi aku izin." Aku menjawab tanpa bergerak dari bawah selimut sedikitpun.

"Apa kau baik baik saja?" Dia berusaha mendekat dan menyentuhku tapi aku menghindar.

"Pergilah."

"Aku merasa aneh saat untuk pertama kalinya istri tidak menyiapkan kopi."

"Ada Fani di bawah."

"Gadis itu tidak pernah menyiapkan kopi untukku."

"Maka buat itu jadi pernah."

"Ya ampun, Apa kau PMS, hingga kau sensi sekali."

"Kurasa begitu, jadi pergilah."

"Baiklah," jawabnya sambil mendengkus.

*

Setelah 15 menit meringkuk dibawa selimut dan mendengar dengan pasti bahwa mobil suamiku sudah pergi aku langsung menyibak benda itu dari tubuhku dan melompat dari tempat tidur. Aku memastikan bahwa pria itu sudah benar-benar pergi dari rumah.

"Fani!" Aku memanggilnya.

"Ada apa Ibu?"

"Eh, ini ada beberapa daftar belanjaan yang harus kau beli ke supermarket, tolong pergilah. Dan ajak Erwin juga, belikan dia camilan."

"Iya, Bu."

"Terus mampir ke rumah Ibuku dan minta beliau untuk mengirimkan sambal buatannya."

"Baik ibu, tapi apakah Ibu bersedia menunggu lama kalau saya kembalinya terlambat."

"Tidak masalah, pergilah," jawabku " aku sedang sakit dan ingin makan masakan ibuku, jadi tolong pergi ambilkan, juga ada kelebihan uang di sana Jadi kau dan Erwin bisa beli ayam goreng."

"Siap Bu, terima kasih Bu." Gadis itu tersenyum menerima uang pemberian dariku. Dia nampak bersemangat dan segera mengajak Erwin untuk ganti baju.

*

Hal pertama yang kulakukan saat Gadis itu pergi adalah, menghubungi teknisi CCTV dan meminta mereka untuk segera datang lalu memasangnya secepat mungkin. Aku memesan beberapa buah kamera untuk dipasang di berbagai titik. Jika nanti, dalam perjalanan waktu, aku menemukan sesuatu yang janggal, maka aku tidak akan segan-segan untuk segera memecat Fani dan memberi pelajaran kepada Mas Fahri.

Usai menghubungi petugas teknisi, aku pergi ke kamar gadis itu. Pergi memeriksa barang-barang pribadi dan apa yang dia sembunyikan di dalam lemari.

Aku memeriksa ke bawah kasur dan bantalnya di mana aku menemukan beberapa jumlah uang. Aku tidak heran dengan itu, karena mungkin dia menyembunyikan gajinya di sana. Aku memeriksa lemarinya dan mendapati beberapa lembar pakaian serta kosmetik. Ada headphone dan memori card juga, serta sepatu baru miliknya.

Tapi ada yang kemudian membuatku terkejut karena dibawa tumpukan pakaiannya aku melihat ada baju yang cukup menarik perhatian. Baju sutra dengan renda yang halus, nampak mahal. Saat kugeser benda itu dari tumpukannya, aku terkejut, kubuka dan kuperhatikan dengan seksama, ternyata itu adalah baju tidur seksi bermerek. Aku tahu berapa harga baju itu, kalau dihitung dengan gajinya, itu bisa menghabiskan lebih dari setengah gaji.

Kenapa seorang gadis muda yang belum menikah membeli sebuah lingerie, Apakah dia punya pasangan yang akan dia senangkan di malam hari. Sebenarnya manusiawi dia membelinya jika itu untuk tidur dan dia berhak melakukannya. Tapi, itu berlawanan dengan sifat dan pembawaannya sehari-hari yang sangat tertutup dan pemalu. Apakah, pembantuku aslinya adalah wanita yang bi*al dan nakal??

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Zulfina Wijaya Tanjung
sangat bagus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status