Share

Chapter 2

Setelah satu delapan hari kepergian Mira, kini Ardi sibuk mengurus Nadira sendirian. Dia bahkan kini tidak sempat lagi pergi bekerja. Mau minta bantuan pada Ibunya tapi tidak mungkin. Ibunya juga sedang merawat Ayahnya yang sedang sakit. Ia tidak mungkin merepotkannya.

"Aku bingung Ma, apalagi Nadira selalu menangis." Ardi mengusap wajahnya, terlihat jelas sekali bawah matanya yang dalam dan gelap akibat tidak bisa tidur. Mata nya terkulai dan sekali kali ia menguap.

"Sebaiknya kamu segera mencari babysitter untuk menjaga Nadira. Kamu kan harus kerja juga, nggak bisa ninggalin perusahaan lama lama. Mama sebenarnya ingin menjaga Nadira, tapi Mama juga nggak bisa. Harus fokus dengan kesembuhan Papa kamu."

Ardi melirik Nadira yang sedang tidur di ranjang bayi, lalu memejamkan mata. Jika lima detik saja ia menutup matanya, maka pasti saat itu juga ia akan tertidur.

"Iya Ma aku ngerti. Aku akan cari secepatnya." Ucap Ardi ragu.

Sambil menguap Ardi mengakhiri panggilan telfonnya dengan Ibu nya. Ia kemudian merebahkan tubuh nya ke ranjang single bed yang sudah disiapkannya untuk menjaga Nadira.

Ardi memandang ke langit langit, memikirkan perkataan Ibunya. Ia tidak yakin menemukan orang yang tepat untuk menjaga Nadira secepat itu. Apalagi sekarang ada berita berita buruk seperti exploitasi anak muncul di berbagai media sosial dan Televisi. Ia harus benar berhati hati menemukan babysitter untuk Nadira. Ia ngeri sendiri jika anaknya di serahkan kepada orang orang dengan perangai yang buruk.

Baru saja akan memejamkan mata, Ardi dapat mendengar bahwa ada seseorang yang sedang menekan bel di depan rumah. Ardi bertanya tanya padahal jika itu adalah ibunya, ia baru saja selesai menghubunginya.

Ardi bangkit dari rebahan hampir terlelap dan melangkah keluar dari kamar bayi dan mengambil langkah cepat ke depan, mungkin saja teman kerja. Pikirnya.

Ia membuka pintu dan menampilkan Dara yang sedang berdiri di depan pintu.

"Dara!" Ujar Ardi kaget melihat kedatangan adik iparnya.

"Iya kak. Aku mau ketemu keponakan." Ucap Dira tersenyum canggung.

"Ayo masuk." Ardi mempersilahkan Dara masuk ke dalam rumah, dan memimpinnya pergi ke kamar Nadira berada.

Melihat kedatangan Dara di rumahnya, pencariannya tentang babysitter terputar kembali. Mengapa ia tidak memikirkan Dara. Itulah pertanyaan yang muncul di benak Ardi. Tapi mungkin gadis itu sedang sibuk sekarang dengan tugas akhirnya sekarang. Ardi tidak ingin mengganggu pendidikan Dara dengan memintanya menjaga Nadira kecuali dia punya waktu bebas untuk membantunya.

"Gimana kuliah kamu?" Tanya Ardi ingin tahu. Ia ingin tahu seputar kesibukan adik iparnya itu untuk bisa meminta bantuan padanya.

"Berjalan lancar, beberapa hari ini aku menyibukkan diri dengan revisi, jadi sekarang sudah selesai tinggal nunggu persyaratan yang mau di selesain buat wisuda nanti." Jawab Dara sambil mengikuti langkah kaki Ardi.

"Wisudanya kapan?" Tanya Ardi lagi.

"Dua bulan lagi kak."

Kuliah Dira sebelumnya di biayai oleh Mira, dan Dira sendiri melakukan pekerjaan part time untuk meringankan beban kakaknya dengan menambah uang sewa dan jajannya sendiri.

"Terus kerjanya?" Tidak henti hentinya Ardi bertanya, untuk mengetahui kesibukan Dara sekarang.

"Masih jalan kak."

"Terus uang wisuda?"

"Udah terkumpul semua kak, aku sama kak Mira udah siapin dari jauh jauh hari." Garis garis wajah Dara berubah, ketika tidak sengaja menyebut nama kakaknya lagi. Begitupun juga Ardi.

Dara segera tersadar, ia mengontrol cepat perasaanya dan ekspresi wajahnya. Tidak ingin terlihat sedih di depan Ardi, ia harus menjaga perasaan kakak iparnya itu sekarang.

Keduanya telah sampai di kamar Nadira yang telah di renovasi dan di hiasi Mira sebelumnya. Benar benar indah dengan nuansa merah muda kesukaan Mira.

"Namanya siapa kak?" Tanya Dara setelah melihat Nadira yang sedang tidur dengan lucunya.

"Nadira Salma."

"Cantik sekali. Sekarang adek udah punya nama." Dara menyentuh pipi Nadira, sehingga bayi itu bereaksi.

"Kak Ardi, udah nemuin nggak babysitter. Kalau belum biar Dara saja yang jaga sementara. Lumayan nunggu wisuda sambil main dan jaga Nadira." Tanya Dara kemudian. Yang ditanya segera menoleh. Justru ia terus menanyai Dara sejak tadi karena ia berniat meminta Dara untuk menjaga Nadira.

"Memangnya kamu nggak sibuk sekarang. Kan sudah mau wisuda?" Tanya Ardi lagi.

"Nggak kak, nanti paling beratnya kalau udah dekat wisudanya. Ya kalau kak Ardi udah ketemu babysitter kan, aku juga akan berhenti." Dara menyampaikan maksudnya yang memang sudah di susunnya beberapa hari ini.

Inilah yang ditunggu Ardi, tentu saja ia sangat ingin yang menjaga Nadira adalah orang yang bisa di percaya. Terlebih Dara adalah adik Mira. Ia bisa tenang meninggalkan Nadira dengan nya di rumah.

"Nggak. Kamu boleh jaga Nadira. Harus kamu. Nanti kalau kamu sudah sibuk, biar jadi urusan nanti. Yang penting sekarang kamu mau jaga Nadira." Seru Ardi semangat. Akhirnya ia menemukan orang yang tepat untuk Nadira.

Dara langsung tersentak senang mendengar penuturan kakak iparnya. Ia sangat senang justru Ardi mengharuskan dirinya untuk menjaga Nadira. Sepertinya Ardi memang tidak bisa mempercayai orang lain kalau tentang anak.

"Kalau begitu besok pagi pagi kamu langsung datang ya. Soal pekerjaan kamu mending kamu keluar dulu, nanti saya yang bantu kamu buat cari yang lain." Lontar Ardi langsung.

"Iya kak." Jawab Dara mantap.

Tiba tiba Nadira menangis membuat Ardi spontan mengangkatnya. Sedangkan Dara hanya memperhatikan keuletan Ardi yang kini menjaga Nadira.Tapi Nadira dalam gendongan Ardi terus menangis. Dira jadi sedih, Nadira mungkin sedang rindu ibunya.

"Kak, boleh nggak aku gendong?" Ardi langsung memindahkan Nadira ke gendongan Dara. Perlahan gadis itu mengayun ayunkan Nadira, membuat Nadira perlahan berhenti dari menangis nya.

Melihat hal itu Ardi turut senang, ia tidak perlu khawatir jika meninggalkan Nadira esok untuk pergi kerja.

Karena kini Nadira tenang dalam pangkuan Dara. Ardi menggunakan kesempatan ini untuk membersihkan badannya yang sudah terasa lengket sana sini. Terakhir ia mandi tadi malam, mencuri curi kesempatan saat Nadira sudah jatuh tertidur.

"Kalau begitu saya ke kamar dulu, mau mandi. Seharian jaga Nadira jadi gak sempat. Untung kamu datang."

"Iya kak, silahkan biar aku yang jaga Nadira."

Ardi meninggalkan Dara yang kini sibuk dengan Nadira, mengendong bayi itu tanpa mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Hampir dua jam, Dara mengendong dan menjaga Nadira. Bermain main dengan Nadira yang belum mengerti apa apa. Ia betah di sasana berlama lama dengan bayi lucu itu membuat Dara sedikit melupakan kakaknya.

Ardi sepertinya benar benar menggunakan kesempatannya. Menggiling baju di mesin cuci, mencuci piring yang sudah bertumpuk, menyapu lantai dan pekerjaan rumah lainnya. Saat ada Mira ia tidak perlu melakukan hal ini, Ardi sadar pasti Mira kelelahan saat melakukan pekerjaan rumah.

Ardi menghampiri Dara di kamar bayi dengan Nadira masih dalam gendongannya. Sebenarnya Nadira sudah tertidur lagi, tapi Dara enggan melepaskan Nadira dari pangkuannya.

"Nadira tidur?" Tanya Ardi yang baru muncul dengan celemek di badannya.

"Iya kak."

"Kalau kamu lelah, kamu bisa membaringkan kembali. Kamu bisa bersantai dulu, tapi saya minta sedikit lagi waktu ya. Saya mau masak dulu, kamu sekalian makan siang disini."

"Silahkan kak, aku nggak apa apa kok. Aku juga masih ingin gendong Nadira." Ucap Dara jujur, ia sendiri bahkan tidak berpikir untuk pergi dan masih ingin menjaga Nadira di sana.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status