"Tanganku lemah" Ardi bersuara dan melanjutkan lagi menutup mata nya.Tubuh Ardi saat ini memang begitu panas, rasanya ia malas untuk bangkit dari posisi tidurannya.Karena masih ada Nadira dalam dekapannya, Dara kemudian menarik kursi dengan tangan lainnya lalu meletakan mangkuk bubur di sana.Dara duduk di tepi ranjang dan mulai mengambil bubur sesendok lalu mendinginkan nya. "Kak Ardi." panggil Dara lagi, Ardi pun kembali membuka mata nya.Selesai menyuapi Ardi dan memberi obat kepada nya, Dara tetap berada di dalam kamar untuk menjaga pria yang sedang sakit itu sampai dirinya oun jatuh tertidur. Hingga ia tidak sadar jam sudah mulai menunjukan jam sebelas lewat. Pantas saja perut nya mulai bergemuruh.Dara bangkit dari duduk nya, sejak tadi ia bahkan tidak memindahkan Nadira dari pangkuan nya ke ranjang kecilnya. Hingga ia rasakan lengan nya menjadi begitu kaki dan kaki yang keram.Mata Dara tidak sengaja menangkap Ardi di tempat tidur yang sedang menatap nya."Aku sudah memesan
Dara membeku di tempat, mata nya melebar menatap meja. ia bahkan tidak mampu menjawab Reno atau sekedar mengangguk saja.Gadis itu tercekat. Dari ujung mata nya, Dara bisa tahu bahwa Ardi saat ini sedang menatap pada nya. Reaksi apa yang harus ia lakukan sekarang.Dengan susah payah, Dara menelan ludah. Sebenarnya, ia harus nya senang dengan hal ini. Dengan begitu, ia tidak perlu repot repot meyakinkan Ardi bahwa ke depannya di antara mereka tidak akan ada yang terjadi. Namun perasaan nya malah terasa ganjil.Dara asumsikan lagi bahwa ini karena dia adalah seorang istri dari Ardi. Rasa bersalah untuk status mereka saat ini, dan juga karena Ardi yang berinisiatif untuk memperbaiki pernikahan ini. Mungkin karena itu. "Aku akan ke kamar." ujar Ardi.Akhir nya Ardi bersuara dan beranjak dari duduk nya. Di saat itulah baru Dara berani bergerak dan menoleh kepada Ardi yang sudah pergi meninggalkannya di ruang tamu."Iya kak." sahut Dara lirih, namun tidak di dengar oleh Ardi karena pria it
Kabar duka datang dari rumah. Baru saja keluar dari ruangan Dosen setelah melakukan Ujian Skripsi, Dara tiba tiba mendapat panggilan telfon dari Ardi. Kakak iparnya. Ia mengabarkan bahwa Mira baru saja menghembuskan nafas terakhirnya saat melahirkan bayi pertamanya. Bak disambar petir di siang bolong. Dara seakan tidak percaya dengan kabar yang baru saja di dengarnya. Rasa lemah dalam sekejap menggerogoti tubuhnya. Ia merosot hampir jatuh ke lantai jika saja sahabatnya tidak menahannya."Dar, kamu nggak apa apa kan?" Tanya Winda saat melihat ekspresi wajah Dara berubah total saat setelah menerima telfon."Kak Mira, Kak Mira pergi."Dara merasakan ia tidak bisa lagi memijak kan kakinya. Rasanya ia benar benar tidak mampu lagi berdiri sekarang. Kakaknya yang dilihatnya masih tertawa ria tadi pagi kini mendatangkan kabar duka yang begitu mendalam. Sekejap kesadaran Dara terbangun, ia segera berlari ingin memastikan kabar yang di dengarkan. Ia tidak percaya. Tidak akan percaya jika tida
Setelah satu delapan hari kepergian Mira, kini Ardi sibuk mengurus Nadira sendirian. Dia bahkan kini tidak sempat lagi pergi bekerja. Mau minta bantuan pada Ibunya tapi tidak mungkin. Ibunya juga sedang merawat Ayahnya yang sedang sakit. Ia tidak mungkin merepotkannya."Aku bingung Ma, apalagi Nadira selalu menangis." Ardi mengusap wajahnya, terlihat jelas sekali bawah matanya yang dalam dan gelap akibat tidak bisa tidur. Mata nya terkulai dan sekali kali ia menguap. "Sebaiknya kamu segera mencari babysitter untuk menjaga Nadira. Kamu kan harus kerja juga, nggak bisa ninggalin perusahaan lama lama. Mama sebenarnya ingin menjaga Nadira, tapi Mama juga nggak bisa. Harus fokus dengan kesembuhan Papa kamu."Ardi melirik Nadira yang sedang tidur di ranjang bayi, lalu memejamkan mata. Jika lima detik saja ia menutup matanya, maka pasti saat itu juga ia akan tertidur. "Iya Ma aku ngerti. Aku akan cari secepatnya." Ucap Ardi ragu.Sambil menguap Ardi mengakhiri panggilan telfonnya dengan I
Keheningan merambat ke seluruh kamar kos Dara, ia belum menghubungi Winda perihal besok ia tidak pergi lagi ke Minimarket tempat biasanya ia bekerja. Ia pun segera meraih ponsel yang tergeletak asal di tempat tidurnya. Sebuah nama kontak mulai di carinya lalu segera ia menempelkan ponsel ke telinga nya. Sambungan telfon terhubung. Ia mulai menyapa dan memberitahu sahabatnya itu tentang berhenti nya dia dari pekerjaan dan alasan di baliknya."Mulai besok aku nggak masuk lagi, Aku mau jaga Nadira." Ungkap Dara."Serius Dar.... , Kamu udah kasih tau Reno nggak?" Tanya Winda setelah mendengar rencana dari sahabatnya ini.Dara sebenarnya sudah memberitahu Reno perihal hal ini, tapi pacarnya itu justru tidak menyetujuinya dan menolak keinginannya, tanpa ia jelaskan apa alasan dia melarang dirinya untuk menjaga Nadira. Dan sekarang ia tetap melakukannya, yang pastinya jika ia menghubungi pria itu sekarang ia pasti akan marah besar."Aku sudah beritahu, tapi dia tidak setuju. Aku nggak tau
Sebelum membalikan badan, Arya mencium Nadira lebih dulu, membuat Dara yang sedang mengendong Nadira merasakan sensasi yang berbeda. Ia buru buru menepis pikiran anehnya itu sebelum menguasai seluruh otaknya.Ardi menghilang dari jangkauan pandangan Dara, ia sendiri kini kembali memerhatikan Nadira yang sudah tertidur. Dengan gerakan pelan dan hati hati Dara berdiri dari duduknya dan kemudian perlahan melangkahkan kaki ke kamar Nadira.Di samping tempat tidur bayi, sudah ada ranjang sedang dan sofa yang memang sudah disiapkan untuk menjaga Nadira di sana. Dara mendaratkan diri di sofa itu lalu menyandarkan punggung kebelakang dengan masih ada Nadira dalam pangkuannya. Ia benar benar betah dengan kehadiran Nadira diantara pelukan tangannya.Tidak berselang lama, di dalam rumah yang senyap itu Dara dapat mendengar suara deruman mobil Ardi perlahan redup menghilang dari jangkauan telinganya. Kini sekarang tinggal dirinya dan Nadira yang berada dalam rumah. Saat Nadira tidur di tempat ti
Setelah selesai dengan ritual malamnya, Dara siap siap untuk tidur untuk mengistirahatkan tubuhnya yang lelah setelah hal hal yang di lalui nya hari ini, terlebih lelah pikirannya setelah bertemu Reno sore ini. Akan tetapi saat Dara akan menutup mata nya, tiba tiba ponselnya berdering. Ia pun mengambilnya dan melihat nama yang tertera dalam ponsel itu.Ada sekilas pertanyaan yang muncul di benak Dara saat mengetahui orang menghubunginya. Namun tanpa berpikir lama ia segera mengangkat panggilan dari kakak iparnya itu. "Maaf Dara. Saya mengganggumu malam malam begini. Nadira menangis sejak tadi, aku tidak bisa menenangkannya." Ardi langsung bicara ketika sambungan telfon terhubung, membuat Dara mengerti alasan pria itu menghubunginya. Dara dapat mendengar getaran dari pemilik suara itu, hatinya pasti cemas dan bingung ketika ia tidak bisa menenangkan Nadira. Suara tangis Nadira terdengar pun juga jelas di telinga Dara. Apa ia harus kesana malam ini sekarang. "Saya mohon, saya juga t
Dara kembali ke kosannya sore ini. Ia membaringkan diri mengistirahatkan badannya sebentar lalu mengeluarkan ponsel dari tasnya yang tergeletak di sampingnya.Dara membaca pesan dari Reno yang masuk sejak ia berada di rumah Ardi. Pesan dengan isi, Reno memintanya untuk bertemu malam ini. Dara memang harus bertemu Reno, ia harus menyelesaikan ketegangan yang terjadi di antara mereka.Setelah selesai menutup pintu, dengan cepat Dara menaiki dan memutar kunci motornya melaju meninggalkan kosannya. Setelah sampai ke tempat yang sudah di tentukan Reno untuk bertemu, tiba tiba Dara mendapat panggilan dari Ardi. Lagi. Ardi tidak bisa menghentikan tangis Nadira.Tanpa kata kata lagi, Dara langsung memutar motornya. Ia tidak sanggup membiarkan Nadira terus menangis. Ia harus segera berada di sana, mendekap sang bayi mungil itu.Dara langsung berlari ke dalam rumah, lalu meraih Nadira dari Ardi. Dengan wajah panik Dara menghentikan tangis Nadira.Nanap. Ardi menatap aneh. Ada apa sebenarnya. Men