Share

Hasrat sang PEBINOR
Hasrat sang PEBINOR
Penulis: Cancer Girl

Kejutan Kekecewaan

"Jhulie! Apa yang kamu lakukan? Keterlaluan kamu. Beraninya kamu selingkuh, kalau tetangga sampai tahu, apa jadinya? Memalukan!"

Di sebuah rumah baru, seorang pria bernama Rochman baru saja memergoki istrinya, Jhulie tengah selingkuh dengan tetangganya yang juga merupakan tetangga baru.

Saat itu, Rochman baru pulang kerja, pria berahang tegas itu bekerja di sebuah restoran milik orang asing. Karena hari itu istrinya berulang tahun, jadi Rochman sengaja pulang lebih awal, dia berniat memberi kejutan untuk istrinya. Dengan membeli kue ulang tahun serta sebuah kalung yang telah lama Jhulie incar di sebuah toko mas.

Rochman sudah tidak sabar ingin bertemu dan memeluk Jhulie, serta menghabiskan kue ulang tahun bersama. Senyum Rochman mengembang sempurna, manakala membayangkan dirinya memakaikan kalung di leher jenjang Jhulie.

Bayangan itu sungguh terlalu indah untuk Rochman!

Setelah masuk rumah, Rochman merasa heran, karena rumahnya tampak sepi. Bisanya pukul segitu, Rochman selalu mendapati Jhulie sedang menonton televisi di ruang tengah.

'Apa Jhulie tidur, ya? Ah ... mungkin dia capek,' batin Rochman.

Pria itu pun berjalan menuju kamarnya, sampai di depan pintu, pria itu menghela napas menghilangkan kegugupannya.

"Ah ...."

Ketika hendak menekan kenop pintu, tanpa sengaja Rochman mendengar suara desahan dari dalam kamar. Rochman pun penasaran, dia menempelkan telinganya ke pintu.

"Terus, Nio, nikmat sekali, ah ...."

Jantung Rochman berdebar seketika, mendengar desahan demi desahan yang keluar dari bibir seorang wanita, yang bahkan Rochman pun mengenalinya.

Karena didorong rasa penasaran yang besar, Rochman segera menekan kenop pintu, dan pintu pun terbuka karena ternyata tidak terkunci.

Kedua bola mata Rochman membulat seketika melihat Jhulie tengah digagahi pria lain, yang juga kenal baik dengan Rochman. Pria itu adalah Antonio, tetangga sebelah.

Bak tersambar petir, Rochman menjatuhkan kue ulang tahun yang dia pegang. Sementara dua orang yang tengah bergumul, pun menghentikan aktifitasnya. Raut terkejut memenuhi wajah mereka semua, baik Antonio, maupun Jhulie.

"A-apa yang kalian la-lakukan?" gagap Rochman dengan suara bergetar. Dia ingin sekali menangis, namun sadar bahwa dirinya adalah pria, dan tentu saja tidak pantas untuk menangis.

"Sayang, kenapa kamu pulang tidak mengabari dulu? Dan, tumben sekali kamu pulang awal? Biasanya jam sepuluh malam kamu baru pulang." Jhulie menyambar selimut, dan menutupi tubuh polosnya.

"Kalau aku memberitahumu, aku tidak akan pernah melihat kejadian ini. Jadi, ini yang kamu lakukan setiap aku kerja? Keterlaluan kamu, Jhul. Kurang apa aku, hah? Aku sudah berusaha menuruti semua kemauan mu, tapi ... seperti inikah balasan mu?" Rochman berkata dengan nada tinggi.

"Sayang, ini tidak seperti yang kamu lihat." Jhuli memegang tangan Rochman, namun dengan sigap pria itu menepisnya dengan kasar.

Sementara Antonio telah selesai berpakaian, dia sama sekali tidak merasa bersalah dengan perbuatannya. Justru dia seolah merasa puas dengan pertengkaran pasangan suami istri itu.

"Katakan! Sejak kapan kamu mulai berselingkuh dan bermain gila di belakangku? Sejak kapan!" Rochman berteriak kesetanan. Sorot matanya dipenuhi dengan kilatan amarah, bahkan kedua tangannya mengepal, hingga memperlihatkan buku-buku kukunya yang berwarna putih.

"Sayang, kamu tenanglah dulu, kita bisa bicara baik-baik," kata Jhulie berusaha menenangkan suaminya itu.

Plak!

Sebuah tamparan sukses mendarat di pipi tirus Jhulie. Tamparan yang berasal dari tangan kekar Rochman seolah menyalurkan rasa panas di dadanya.

"Aku sudah tidak mau mendengar alasan apa lagi darimu! Lihatlah lehermu, sungguh menjijikkan!" Rochman menunjuk beberapa tanda merah pada leher Jhulie.

Namun Jhulie tidak menghiraukan hal itu, dia malah menoleh ke arah Antonio. Pria tampan itu sama sekali tidak terkejut, ataupun merasa berdosa. Dia justru tersenyum smirk. Jhulie pun membalas senyuman Antonio.

Rochman kini mengalihkan pandangannya kepada Antonio.

"Dan kamu ... apa kamu tahu, perempuan ini siapa?" ujar Rochman sambil menunjuk ke arah istrinya.

Antonio tersenyum penuh makna. "Memang kenapa? Aku tahu, kalau dia ini istrimu. Tapi, bukan aku yang menggoda dia, tapi istri kamulah yang genit denganku."

"Tapi, seharusnya kamu sadar diri. Kalau kamu memang tahu dia itu istriku, ketika dia menggodamu, harusnya kamu menghindar dan menolak. Bukan malah mengambil kesempatan, dan melayaninya. Benar-benar tidak punya perasaan. Matamu buta, istri tetangga pun kamu tikung!" ketus Rochman.

"Sudahlah, jangan berisik! Aku menjalin hubungan dengan Nio, baru tiga bulan, puas kamu?" sambung Jhulie.

Tatapan netra Rocman beralih menatap Jhulie, "apa kamu bilang? Tiga bulan kamu bilang baru? Keterlaluan kamu!" bentaknya.

Jhulie diam tak menjawab ucapan Rochman ....

"Apa kurangnya aku?" ujar Rochman mengiba.

"Mau tahu, kurangnya kamu? Kamu kurang memberiku kepuasan," tegas Jhulie.

Rochman diam mencerna ucapan Jhulie. Seketika dia sadar, bahwa dirinya memang jarang sekali memberi nafkah batin kepada istrinya, lantaran dia selalu pulang malam, dan rasa lelah membuat Rochman langsung tidur setelah pulang bekerja.

Hal itu membuat Jhulie merasa kesepian, dan kurang belaian. Akibatnya, selama tiga tahun pernikahan mereka, belum juga dikaruniai sang buah hati.

"Tapi tidak begini juga caranya. Kita bisa bicarakan baik-baik. Bukan malah selingkuh di belakangku, nekat bermain gila dengan pria lain, di rumah ku pula," tandas Rochman.

"Sudahlah, aku sudah muak denganmu. Hidup tiga tahun, sama sekali tidak bahagia," kata Jhulie dengan nada santai.

Merasa lelah berdebat, Rochman pun pergi meninggalkan kedua insan itu. Dia mengendarai mobilnya dan segera berlalu meninggalkan rumahnya yang belum lama dia beli dari hasil kerjanya. Rumah lamanya dia jual murah, lantaran sudah tidak layak pakai.

****

Sementara Jhulie tersenyum simpul, dan memandang Antonio dengan sorot mata berbeda. "I love you," bisiknya.

"Kenapa kamu menikah dengannya, tapi malah selalu melakukannya denganku?" tanya Antonio balas menatap Jhulie.

"Sudah kukatakan, kalau aku kesepian. Aku punya suami, tapi seperti hidup sendiri, tidur pun terasa sendirian. Dia selalu sibuk kerja, tidak pernah sama sekali meluangkan waktu untuk bercinta denganku," ungkap Jhulie.

Antonio tersenyum penuh makna. "Terus, atas dasar apa kita melakukan ini semua?" tanyanya pada Jhulie.

Jhulie mengesah kasar. "Bukankah kamu mencintaiku? Jangan bilang, kalau yang kita lakukan hanya sebuah perselingkuhan semata."

Antonio menarik napas dalam-dalam, kemudian menghembuskannya perlahan. "Andai saja dulu kamu menikah denganku, perselingkuhan ini tidak seharusnya terjadi."

"Dulu kapan? Kita saja baru kenal dua bulan. Itupun karna aku pindah rumah," ujar Jhulie sedikit memakai logika.

Antonio diam, dia membenarkan ucapan Jhulie.

****

Sementara Rochman terus mengendarai mobilnya. Dia tidak tahu hendak kemana saat itu. Tanpa sadar netranya basah.

"Ya Tuhan, mimpi apa aku semalam, hingga melihat pemandangan menjijikkan seperti tadi? Terus, apa yang harus aku lakukan sekarang, Tuhan?" lirih Rochman sambil terus menggerakkan stang bundarnya.

Pria itu merasa bimbang kini. Hendak kemana dirinya?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status