Share

Sungguh tak Disangka

Kini Jhulie sampai di rumah Antonio. Dan tanpa ragu, Jhulie membuka pintu rumah yang rupanya tidak dikunci. Antonio terkesiap, melihat gadis pujaannya datang tiba-tiba.

Antonio yang sudah tak dapat lagi menahan hasratnya, pun segera menghampiri Jhulie dan langsung mengecup bibir ranum Jhulie.

"Sayang, kamu datang kok tidak mengabariku dulu. Suami kamu gimana? Apa dia tidak kepo?" ujar Antonio ramah.

"Sudah, jangan bahas dia, aku malas dengarnya," tampik Jhulie.

"Okelah ... aku kangen, sayang," bisik Antonio di telinga Jhulie.

"Sama, sayang," sahut Jhulie.

Mereka berdua pun melakukan adegan panas, namun kali ini sangat panas, dan kali ini Jhulie begitu menikmati permainan Antonio, karena gadis itupun sudah tak dapat menahan hasratnya lagi. Mereka bermain di atas sofa, dengan gaya begitu menantang.

Akhirnya permainan selesai, dan kedua insan tersebut terkulai lemas dengan peluh membanjiri seluruh tubuh, hingga akhirnya mereka terlelap dalam tidurnya di atas sofa.

Tak lama, Jhulie terbangun, dia merasakan perutnya begitu lapar karena memang sedari sore dia belum makan apa pun.

Jhulie pun menatap Antonio yang tertidur pulas, dengan suara dengkurannya yang khas. Perlahan Jhulie beranjak dari sofa, dan memakai kembali pakaian yang telah terlepas, kemudian dia mengambil ponselnya dan menghubungi makanan delivery order.

Setelah memesan makanan, Jhulie meletakkan kembali ponselnya, dan tak lama seseorang datang mengantarkan pesanan. Jhulie memakannya dengan lahap, sementara Antonio masih tertidur pulas.

Setelah makan, Jhulie kembali merebahkan tubuhnya di atas sofa yang cukup lebar di samping Antonio, tanpa sadar Jhulie pun masuk ke alam mimpi.

Malam hari, Jhulie kembali terbangun. Dia melihat Antonio masih tertidur pulas. Jhulie tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. "Makasih, sayang," bisiknya.

Kemudian Jhulie segera keluar meninggalkan rumah pria selingkuhannya, setelah sebelumnya dia mengirim pesan ke ponsel Antonio, dan hari itu langit masih sangat gelap.

Sampai di rumah, Jhulie membuka pintu namun dia merasa heran, karena pintu terkunci. Jhulie pun menekan bel berkali-kali. Tak lama pintu terbuka, dan keluarlah Rochman.

"Kamu dari mana, Jhul?" tanya Rochman.

"Bukan urusan kamu!" bentak Jhulie.

"Jhul, aku ini suami kamu, wajar kalau istriku pergi, terus pulangnya aku tanya," ujar Rochman tak mau kalah.

Jhulie menatap tajam pria di hadapannya itu. "Kamu sudah berani sama aku, ya?"

"Bukan gitu, Jhul. Aku capek diperlakukan seperti ini terus sama kamu," lirih Rochman.

"Kalau kamu capek, silahkan pergi," usir Jhulie ketus.

"Apa? Pergi? Apa aku tidak salah dengar? Bukankah ini rumahku, dan aku juga yang beli," balas Rochman.

"Hueeekkk ....!"

Mendadak Jhulie merasa mual dan memuntahkan isi lambung tepat di depan Rochman.

"Ya ampun, Jhul, jorok sekali kamu!" seru Rochman mulai geram.

"Mas, perutku mual, kepalaku pusing," keluh Jhulie dengan wajah meringis sambil memegangi kepalanya.

"Siapa yang membuat kamu seperti itu?" heran Rochman.

"Tolong antarkan aku ke dokter, Mas," mohon Jhulie yang kali ini memegangi perutnya.

"Mintalah selingkuhan kamu untuk mengantar ke dokter." Kali ini Rochman bersikap tegas.

"Ya ampun, Mas. Ini masih malam, mana ada kendaraan. Lagian, kamu kok tiba-tiba jadi sewot sih? Katanya aku istri kamu, kenapa tidak mau tahu apa yang aku rasa?" heran Jhulie.

"Bukankah kamu sudah menantang ku untuk bercerai?" balas Rochman.

'sial, kenapa dia tiba-tiba jadi berubah?' batin Jhulie.

"Ya sudah besok saja aku ke dokter, sekarang bersihkan Muntahan ku," titah Jhulie.

"Lho, siapa yang muntah? Kenapa aku yang harus membersihkan?" heran Rochman.

"Cepat bersihkan, atau aku teriak biar warga datang, dan aku akan bilang kalau kamu sudah main tangan kepadaku," ancam Jhulie.

"Iya, iya, aku bersihkan." Rochman segera berjalan ke belakang, sementara Jhulie berjalan masuk ke dalam kamar.

Tak lama, Rochman kembali lagi membersihkan muntahan tersebut. 'Gini amat sih punya istri,' batinnya.

Keesokan hari, Jhulie bangun lebih awal, dia segera ke kamar mandi untuk membasuh wajah, kemudian berjalan keluar kamar menuju ke dapur. Jhulie menyiapkan setangkup roti tawar untuk sarapan dirinya.

Selang beberapa menit, Rochman berjalan ke belakang. Dia melihat istrinya sedang duduk sambil memakan roti. Sebenarnya, Rochman malas sekali menghampiri istrinya itu. Namun, rasa lapar pada perutnya memaksa pria itu akhirnya berjalan ke arah meja makan, di mana istrinya duduk.

"Jhul, kenapa kamu makan sendiri? Suami kamu tidak kamu siapkan makanan juga?" harap Rochman.

"Bikin saja sendiri, aku bukan pembantu kamu. Hanya roti saja, masa tidak bisa bikin?" ketus Jhulie.

Rochman pun diam, dia tidak ingin berdebat dengan istrinya itu. Pria itu mengambil setangkup roti dan mengolesinya dengan selai, kemudian melahapnya perlahan.

"Cepat makannya, setelah makan antar aku ke dokter," titah Jhulie.

"Iya," angguk Rochman pasrah.

Selesai sarapan, Rochman mengendarai mobilnya mengantarkan Jhulie ke klinik terdekat. Sesampainya, mereka berdua turun dan masuk ke dalam klinik yang dituju. Sampai di dalam, seorang dokter menyambut mereka dengan ramah.

"Apakah ada yang bisa saya bantu?" tanya sang dokter kepada pasangan suami istri itu.

"Begini, Dok. Perut saya tiba-tiba mual dan kepala saya juga pusing, tadi malam saya muntah-muntah, Dok," sahut Jhulie lemas.

"Ya sudah, silahkan berbaring, saya akan memeriksa." Sang dokter menyuruh Jhulie berbaring di sebuah brankar. Sementara Rochman menunggu di luar.

Kemudian, sang dokter segera memeriksa kondisi Jhulie. Selesai memeriksa, sang dokter menyuruh Jhulie kembali ke tempat semula.

Dan selang beberapa menit, sang dokter menghampiri Jhulie yang sedang duduk di samping Rochman. "Nyonya, Tuan, selamat, anda akan mempunyai buah hati."

Jhulie tercengang. "Ma-maksud Do-dokter, a-apa, ya?" gagapnya.

"Dari hasil pemeriksaan, menyatakan bahwa anda hamil. Dan usia kandungan anda baru satu minggu. Jadi jangan melakukan aktifitas berat dulu. Saya juga akan memberi anda vitamin penghilang rasa mual," tutur sang dokter kepada Jhulie.

Jhulie terbelalak tak percaya. "Benarkah, Dok? Saya hamil?" ulangnya.

Sang dokter tersebut tersenyum dalam anggukannya.

'gawat, gimana ini? Pasti bayi ini anak Nio, karna sudah satu bulan aku tidak berhubungan dengan suamiku,' batin Jhulie tampak cemas.

Sedangkan Rochman terkesiap, dia menatap intens ke arah istrinya itu. 'Jhulie hamil? Tapi dengan siapa? Bahkan sudah lama aku tidak menyentuhnya,' batinnya.

"Baiklah, ini vitaminnya, habiskan." Sang Dokter memberikan sebuah bungkusan berisi vitamin kepada Jhulie.

Setelah membayar biaya periksa, pasangan suami istri itu masuk ke dalam mobil.

"Katakan, anak siapa itu?" tanya Rochman tanpa basa-basi.

Jhulie gelagapan, dia bingung harus menjawab apa.

"Kenapa diam?" tanya Rochman lagi.

Lama Jhulie termenung, hingga akhirnya ....

"Ini anak Nio," jawab Jhulie spontan.

Bagai disambar petir di siang bolong, Rochman mendadak lemas.

"Tega sekali kamu, Jhul," lirih Rochman hampir terisak.

"Memangnya, kenapa? Terus, setelah kamu tahu kalau bayi yang kukandung ini bukan benihmu, kamu mau apa?" ujar Jhulie santai.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status