Share

Habislah Kesabaran

Rochman pun menyuruh Jhulie turun dari mobilnya, kemudian pergi begitu saja meninggalkan Jhulie yang masih berdiri di depan klinik. Kesabaran pria itu serasa habis.

"Silahkan pergi, dan tunggulah surat cerai dariku," gumam Jhulie lirih.

Akhirnya Jhulie menyetop taxi yang kebetulan melintas, dan masuk ke dalam. Sampai di depan rumah Antonio, Jhulie turun dan langsung masuk ke dalam tanpa mengucap salam, atau menekan bel rumah. Dan kebetulan pintu rumah tidak dikunci.

"Aku hamil, Sayang. Dan usia kandungan ku baru satu minggu," kata Jhulie spontan dengan raut wajah memancarkan keceriaan.

Kedua bola mata Antonio membulat seketika. "Kamu hamil?" ulangnya.

Jhulie mengangguk antusias.

Antonio terdiam untuk beberapa saat. Pria itu kembali mengingat sebuah perjanjian dengan ayahnya. Kalau dia segera menikah dan mempunyai keturunan, dia akan mendapatkan seluruh harta kekayaan ayahnya.

Antonio selama ini memang tidak bekerja, dia hanya membantu ayahnya menjual saham dari perusahaan ke perusahaan, dan pekerjaan itu pun sangat santai. Dia hanya duduk diam di rumah, jika mendapat telpon barulah dia mendatangi perusahaan yang menelponnya.

'Wah, ini kesempatan emas buatku. Tidak apa-apa deh Jhulie hamil, dengan begitu ayah akan menyerahkan semua harta kekayaannya kepadaku. Dan setelah aset kekayaan ayah jatuh di tanganku, aku akan segera menceraikan Jhulie. Tentu saja aku akan menikah dengan perempuan yang masih berstatus gadis, dan bukan yang sudah bekas orang lain. Selama ini Jhulie hanya aku anggap sebagai selingan saja,' batin Antonio sambil tersenyum smirk.

"Ya ampun, sayang!"

Antonio terkesiap, ketika Jhulie membuyarkan lamunannya.

"Eh, iya, sayang," lirih Antonio seraya meringis.

"Kamu itu banyak melamun," kata Jhulie merasa heran.

"Hehe ... aku sangat senang, sayang. Dan aku sedang membayangkan kalau anakku lahir nanti. Kalau laki-laki pasti tampan seperti aku, karna aku ayahnya," ujar Antonio merasa percaya diri.

"Dan kalau perempuan, pasti cantik juga seperti ibunya ...." Jhulie menimpali.

"Ya sudah, besok aku akan mengenalkan mu kepada orang tuaku, dan kita akan segera menikah. Tapi kamu jangan bilang, kalau kamu sedang hamil. Jadi yang orang tuaku tahu, kamu hamil setelah menikah," ujar Antonio tegas.

"Baiklah," angguk Jhulie di sela senyum bahagianya.

****

Di sisi lain, Rochman sedang mencari makan, dia melewati rumah Antonio. Terbesit dalam benak Rochman, untuk menyelidiki rumah itu.

'pasti Jhulie sekarang berada di rumah itu,' telaah Rochman dalam hati.

Setelah memarkirkan mobilnya, Rochman berjalan mengendap-endap menghampiri rumah yang dimaksud. Dia sangat berhati-hati, supaya aksinya tidak diketahui.

Kini langkah kaki Rochman berhenti tepat di depan pintu rumah. Dia mencoba membuka pintu rumah itu, dan ternyata tidak terkunci. Dengan hati berdebar dan perasaan tak menentu, Rochman pun masuk secara diam-diam. Dia menyeret langkahnya dengan perlahan, khawatir Antonio akan mengetahui keberadaannya.

Rumah Antonio tidak begitu luas, juga tidak begitu sempit. Saat langkah kaki Rochman melewati sebuah kamar, secara tidak sengaja pria itu mendengar sebuah percakapan.

"Sayang, ayo sekali lagi."

"Kamu benar-benar maniak seks, tidak ada puasnya."

"Tidak masalah, aku ini masih normal."

Deg ....

Jantung Rochman mendadak berdetak kencang. Perasaannya tiba-tiba saja menjadi tidak karuan. Bersamaan dengan itu, netranya mengarah pada pintu kamar yang terbuka sedikit.

Dengan hati-hati, Rochman memberanikan diri membuka lagi pintu itu perlahan, supaya dia dapat melihat jelas siapa yang ada di dalam kamar tersebut.

Pintu pun terbuka sedikit, dan kini dapat terlihat dengan jelas di dalam kamar tersebut dua orang berlawanan jenis sedang bermesraan.

Kedua bola mata Rochman membola sempurna. Dia seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

'Jhulie? Sudah kuduga, kamu pasti di sini bersama selingkuhan mu,' batinnya.

Rochman pun menyaksikan adegan panas yang begitu menusuk dada. Pria itu melihat bagaimana Antonio mendaratkan kecupannya dengan hangat, pada bibir bergincu milik Jhulie.

Demikian dengan Jhulie, gadis cantik itu membalas kecupan dan sesapan Antonio dengan penuh gairah. Kedua insan yang tengah dilanda gelora itu tidak menyadari, bahwa di dalam apartemen itu tdiak hanya mereka berdua.

Mereka berdua sama sekali tidak mengira, kalau Rochman pun tengah berada di rumah itu. Adegan-adegan panas yang mereka lakukan, tanpa sengaja terlihat oleh Rochman.

'ya Tuhan, pemandangan apa ini? Tega sekali kamu, Jhul, berkhianat di belakangku. Mungkin, ini yang kamu lakukan setiap aku sedang bekerja banting tulang untuk menafkahi kamu?' batin Rochman yang netranya sudah basah.

Tubuh Rochman mendadak lemas dan gemetar, kepalanya mendadak pusing serta matanya berkunang-kunang. Kakinya pun seolah tidak mampu menahan bobot badannya sendiri. Keringat dingin mulai mengucur pada wajahnya.

Dengan napas tertahan, Rochman kembali melihat adegan tersebut seolah berlanjut. Bagaimana tangan Antonio mulai meraba area sensitif milik Jhulie.

Karena tidak tahan lagi dengan adegan panas yang benar-benar menusuk hati, Rochman memilih untuk pergi dari rumah itu.

"Dasar perempuan brengsek! Aku tidak akan tinggal diam," umpat Rochman lirih.

Rochman hanya mampu menangis dalam hati, namun dia tidak ingin menunjukkan sisi terlemahnya kepada Jhulie.

'tidak masalah kalau pernikahan ini, hanya dijadikan status. Tidak masalah juga kalau Jhulie tidak mencintaiku. Tapi, bukan begini caranya. Bermain gila di belakang ku. Ceraikan saja aku segera, apa lagi yang dia tunggu?' batin Rochman dengan netra basah.

Rochman pun berjalan menjauhi rumah yang penuh dengan kemaksiatan itu. Pria itu masuk ke dalam mobil, dan mulai menggerakkan stang bundarnya.

Hati Rochamn masih terasa perih. Masih terbayang jelas adegan panas yang dia saksikan barusan.

Rochman benar-benar tak menyangka, kalau dirinya akan mengalami hal sekeji itu. 'Ya Tuhan, dosa apakah aku ini, hingga harus dihadapkan dengan takdir sekejam ini,' batinnya.

Kini Rochman telah tiba di rumahnya, dia segera menuju ke dalam kamarnya. Pria itu menumpahkan semua perasaannya dalam sebuah tangisan tanpa suara.

Satu jam kemudian, terdengar suara pintu dibuka. Rochman segera mengusap air matanya, yang terus mengalir. Dia tidak ingin Jhulie tahu, kalau dirinya menangis karena karena perbuatan istrinya itu.

Jhulie melangkah masuk, dan langsung mendudukkan tubuhnya di atas sofa, kemudian dia menyalakan televisi.

Tak lama, Rochman keluar dari kamar dan menghampiri Jhulie.

"Kenapa pulang? Silahkan nginap di rumah selingkuhan kamu itu," kata Rochman dengan nada sedikit ketus.

Jhulie menatap sinis ke arah Rochman, 'apaan sih nih orang? Datang-datang bicara tidak jelas,' batinnya.

"Kenapa diam?" lanjut Rochman.

"Kamu apa-apaan sih, ajak ribut terus," ketus Jhulie.

"Bukan ajak ribut, tapi kamu bilang, kalau kamu akan menceraikan ku, jadi tidak mungkin kalau kamu akan tinggal di sini terus setelah kita bercerai," tegas Rochman.

"Tapi kita belum bercerai," sahut Jhulie.

"Terus, kapan kamu akan menceraikan ku?" tanya Rochman penuh harap.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status