"Aku akan ke pengadilan, dan mengurus surat perceraian kita, tapi tidak dalam waktu dekat ini," tegas Jhulie tanpa menatap ke arah Rochman.
"Maksud kamu apa?" tanya Rochman menatap heran kepada Jhulie."Kamu tidak paham maksudku?" selidik Jhulie."Lho, bukankah kamu sendiri yang bilang, kalau kamu akan menceraikan ku? Kenapa sekarang lain lagi ucapan mu?"Jhulie pun mengesah, dia menggaruk kepalanya yang tak gatal itu."Benar, aku memang akan menceraikan mu. Tapi semua butuh proses," tegas Jhulie."Apa lagi yang kamu tunggu? Kamu mau bikin aku tambah menderita lebih parah lagi, baru kamu akan mencampakkan ku, begitu?" bantah Rochman sambil berkacak pinggang."Sudah, aku tidak mau berdebat dengan mu, pokoknya aku akan menceraikan kamu, tapi tidak dalam waktu dekat ini. Kalau kamu masih membantah, tahu sendiri akibatnya," umpat Jhulie kemudian berlalu meninggalkan Rochman, wanita itu masuk ke dalam kamar tamu.'Dasar perempuan pengecut. Apa sih yang dia tunggu? Katanya mau menceraikan ku. Bukannya dia jijik melihatku? Tapi kenapa, giliran aku ungkit masalah cerai, malah dia tidak tanggung jawab?' batin Rochman, pria itu menggelengkan kepalanya merasa lucu dengan sikap istrinya itu.****Suatu sore, Jhulie terlihat sudah rapi dengan pakaian santainya. Tampaknya wanita itu baru saja selesai mandi.Jhulie pun melangkahkan kaki rampingnya menuju pintu rumah. Baru beberapa langkah Jhulie berjalan, sebuah suara menegur membuat wanita itu menghentikan langkah kakinya."Mau kemana kamu, Jhul?" tanya Rochman menghampiri Jhulie.Jhulie menatap malas ke arah Rochman. "Bukan urusan kamu, aku mau kemana.""Jhul, kamu itu maunya apa? Kamu itu tidak pernah menganggap ku. Aku tahu, kamu tidak cinta denganku, tapi setidaknya hargai aku dong. Minimal pamit kalau mau kemana-mana. Dengar ya, selama kamu belum menceraikan ku, itu artinya kamu masih jadi istriku, dan aku masih berhak atas kamu," ketus Rochman."Halah, banyak omong kamu," ucap Jhulie seraya meninggalkan Rochman.Rochman hanya menggelengkan kepala, melihat tingkah istrinya itu.'Aku tidak habis pikir, sebenarnya dia itu manusia atau bukan sih. Tidak punya hati sama sekali,' batinnya.****Beberapa hari kemudian ....Hari itu adalah hari senin, Rochman dan Jhulie mendatangi Kantor Pengadilan Agama. Tak butuh waktu lama, perceraian mereka segera terlaksanakan. Terlebih lagi Jhulie yang memiliki banyak kuasa, sehingga mempermudahkan segalanya.Rochman tersenyum miris saat hakim mengetuk palu. Dia mendadak merasa hatinya hampa, karena akan menyandang status duda. Pria itu mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Terlihat kedua orang tuanya, dengan setia menemani.'Kamu harus kuat, jangan lemah!' Terdengar suara hati Rochman berbicara seolah menyuruh dirinya sendiri untuk tegar.Ketika urusan telah selesai, Rochman berjalan keluar ruangan dengan didampingi kedua orang tuanya. Tanpa sengaja, Rochman melihat Jhulie sedang menggandeng tangan Antonio. Seketika Rochman pun tersenyum hambar merenungi nasibnya."Sayang, aku bahagia sekali, akhirnya aku bercerai dengan suamiku." Terdengar suara Jhulie."Iya, sayang. Dan sebentar lagi aku akan menikahi kamu, kita akan hidup bahagia selamanya," sahut Antonio begitu yakin.Sungguh tidak punya perasaan!Hati kecil Rochman seolah berteriak ....Namun Rochman berusaha tidak menghiraukan hal tersebut. Dia pun mempercepat langkahnya. Kedua orang tua Rochman hanya diam menatap iba kepada anaknya, mereka sesungguhnya mengerti apa yang dirasakan oleh anaknya itu, apalagi dia ikut melihat mantan menantunya bersama lelaki lain. Namun mereka tidak ingin berbicara apapun kepada Rochman. Khawatir akan menjadi salah paham, dan Rochman justru bertambah sedih.'sekali lagi, kamu harus kuat, Rochman. Kamu harus berubah dan jangan cengeng. Tunjukkan kepada mereka, bahwa kamu bisa bangkit dalam keterpurukan kamu,' batin Rochman bermonolog pada diri sendiri."Kita makan dulu," ajak Ayah Rochman disertai anggukan kepala Ibunda Rochman.Rochman hanya mengangguk pasrah. Kini mereka bertiga telah berada di sebuah restoran mewah.Rochman hanya memesan minuman, sedangkan kedua orang tuanya memesan makanan kesukaan mereka masing-masing."Apa kamu benar-benar tidak lapar?" tanya ibunda Rochman menatap iba ke arah anaknya itu.Rochman menggeleng lemah."Kamu tidak perlu memikirkan hal tadi, perempuan tidak hanya satu. Dan ayah yakin, suatu saat kamu bisa mendapatkan perempuan yang baik." Ayah Rochman menimpali."Betul, Yah. Dan aku bukan sedih atau menyesal, hanya saja aku heran, laki-laki yang bersama Jhulie itu tetangga ku sendiri, tapi dia tega sekali menusukku dari belakang," ucap Rochman dengan nada berat."Ya, terkadang orang baik hanya di depan kita saja, dan di belakang sudah berbeda lagi. Sudah, tidak perlu kamu ingat-ingat terus, itu akan membuat kamu tambah sakit. Perempuan bukan hanya Jhulie. Ayah selalu berdoa, semoga kamu mendapatkan perempuan yang tulus menerima kamu apa adanya," tutur ayah Rochman.Rochman tersenyum, walaupun senyuman terpaksa. Dia tidak ingin terlihat sedih di depan kedua orang tuanya.Selesai makan, Ayah Rochman membayar makanan kemudian mengajak anak dan istrinya pulang. Di tengah jalan, Rochman memisahkan diri dari kedua orang tuanya, karena arah rumah mereka berbeda. Sampai di rumah, Rochman langsung masuk ke dalam kamarnya, dan merebahkan tubuhnya di atas kasur.'Semoga setelah bercerai dengan Jhulie, aku dapat menjalani hari-hariku dengan baik,' batin Rochman menatap langit-langit kamar.****Satu bulan sudah Rochman bercerai dengan Jhulie, pria itu fokus dengan pekerjaannya, mengumpulkan uang sebanyak mungkin.Jika saja waktu bisa diputar, mungkin bagi pria yang masih saja merasakan sakit hati lantaran diceraikan istrinya itu, lebih memilih terluka fisik daripada hatinya yang terluka.****Suatu pagi, Rochman baru saja datang di restoran tempat dia mengais rejeki."Kamu sudah datang?" sambut pemilik restoran yang merupakan atasan Rochman bernama Jakcson"Eh, sudah, Mister," angguk Rochman ramah."Saya minta tolong, kamu antarkan istri saya ke kantor, karna dia belum begitu mahir bawa mobil. Kebetulan saya akan mengikuti tender di luar kota, dan tidak bisa ditolak, jam sepuluh harus sudah sampai sana. Jadi saya tidak sempat antar istri saya," titah Jackson.Jackson dan istrinya, Sidney adalah orang asing yang menetap di Indonesia. Mereka memiliki sebuah perusahaan yang dikelola bersama. Mereka merintis usaha tersebut dari awal pernikahan mereka, hingga kini menjadi sebuah perusahaan besar.Pasangan suami istri tersebut pun mendirikan sebuah restoran sebagai usaha sampingan, dan dipasrahkan ke
Tiba-tiba dari arah belakang, Sidney memeluk Rochman. Hal itu sontak membuat Rochman terkesiap.Deg ....Jantung Rochman berdetak kencang, iramanya tak beraturan.Cukup lama kedua insan itu diam tak bergeming. Perlahan, Rochman membalikkan tubuhnya hingga posisinya kini saling berhadapan dengan Sidney.Rochman menatap intens ke arah Sidney. Dia pun salah tingkah."Maaf, kalau saya lancang," kata Sidney menurunkan pandangannya."Eh, em ... tidak apa-apa, santai saja," gugup Rochman."Boleh minta nomer telpon mu?" kata Sidney."Boleh saja," sahut Rochman.Kemudian mereka bertukar nomor ponsel."Apa nanti malam kamu ada acara?" tanya Sidney."Tidak ada," jawab Rochman singkat."Saya ingin ngobrol denganmu," kata Sidney."Huh?" Rochman mengerutkan keningnya. "Mengobrol denganku? Memangnya, Tuan Jackson tidak marah?""Suami saya keluar kota selama tiga hari, jadi dia tidak akan tahu," ujar Sidney santai.Bagai pucuk dicinta ulam pun tiba, Rochman seolah mendapat kesempatan dalam kesempitan.
"Boleh," angguk Sidney tanpa sadar.Rochman pun memesan kamar hotel yang berada di lantai atas di dalam bar tersebut. Kini mereka berdua telah berada di dalam kamar. Mereka duduk di bibir ranjang.Rochman mengambil kesempatan untuk mendekati Sidney lebih jauh."Kenapa Miss mau menuruti ajakan saya?" tanya Rochman kepada Sidney."Sebenarnya, saya haus belaian walaupun saya punya suami," jawab Sidney."Haus belaian? Maksud Miss?" ujar Rochman yang masih belum mengerti dengan ucapan wanita di sebelahnya itu."Suami saya ...." Sidney menghentikan ucapannya."Miss, kalau anda punya uneg-uneg, cerita saja tidak apa-apa, mungkin bisa membuat anda lebih lega," kata Rochman.Sidney tersenyum dipaksa. "Suami saya impoten ...."Rochman terdiam seketika mendengar ucapan Sidney barusan. Dia pun mengesah pelan."Jadi selama ini, Miss tidak pernah berhubungan dengan suami Miss di ranjang?" tanya Rochman akhirnya.Sidney hanya menggeleng lemah."Terus, kenapa Miss mau menikah dengan dia?" heran Rochm
"Saya tahu, Tuan. Saya sudah lancang mengganggu istri Tuan," jawab Rochman tanpa ragu."Kenapa kamu tega melakukan itu?" Jackson mengerutkan keningnya.Rochman menurunkan pandangannya, dia tidak mungkin bercerita, kalau Sidney pun berusaha menggoda dirinya. Karena Rochman yakin, bahwa Jackson tidak akan percaya."Hei, saya sedang bertanya denganmu, tolong dijawab," ketus Jackson."Saya tidak menyangka, ternyata kamu ini seorang PEBINOR pemuas tante-tante. Kamu dapat uang berapa miliar, dari istri saya? Kalau kamu memang butuh uang banyak, jangan sungkan bilang ke saya. Tidak begini caranya," ujar Jackson lantang.Netra Rochman mulai memerah, dan tangannya mengepal. Ucapan Jackson membuatnya sangat terpukul, pria itu merasa harga dirinya mulai diinjak-injak."Maaf, Tuan, saya tahu saya salah, kalau saya harus diberhentikan dari kerjaan saya, saya siap," kata Rochman yang sudah malas berdebat."Kamu tidak akan saya berhentikan, tapi kamu akan saya pindahkan ke restoran cabang, di Kota B
**Kediaman Rumah RochmanTak terasa hari telah menjelang petang. Rochman merasa lapar, dia pun keluar mengendarai mobil berkeliling jalan hingga akhirnya tiba di sebuah restoran mewah.Setelah memarkirkan mobil, pria itu melangkah masuk ke dalam dan langsung duduk di tempat yang telah tersedia.Tak lama seorang pelayan menghampiri. Dia memberikan buku menu kepada Rochman. Pria tersebut pun melihat-lihat menu dalam buku itu.'coba saja ada pembantu di rumah, pasti aku tidak akan repot-repot cari tempat makan. Tinggal bilang saja sama pembantuku, ingin dibuatkan masakan seperti apa,' batin Rochman.'tapi buat apa juga pembantu? Aku sekarang hidup sendiri. Kalau ada anak dan istri, sepertinya cocok pakai pembantu,' lanjut Rochman dalam hati."Maaf, Tuan, apa anda sudah memutuskan, makanan apa yang akan anda pesan?" Ucapan pelayan membuyarkan lamunan Rochman."Maaf, Mbak, saya pesan satu porsi bebek goreng dan coklat panas," kata Rochman akhirnya."Baik, Tuan, mohon ditunggu," angguk sang
Seketika Rochman teringat dengan Santi. "Ah, sebaiknya aku telpon Santi saja," gumamnya.Rochman pun mengambil ponselnya, dan menekan nomor Santi."Halo? Siapa, ya?" Tak lama terdengar jawaban dari seberang sana, namun suara seorang pria.Rochman mengerutkan keningnya, dia cepat-cepat memutuskan panggilan ....'sial, kenapa yang angkat laki-laki? Siapa dia? Apakah suami Santi?' batin Rochman bertanya-tanya.Akhirnya, Rochman memutuskan untuk pulang. Sampai di rumah, dia merebahkan tubuhnya di atas kasur di dalam kamarnya. Tentang pria yang mengangkat telponnya, pun masih menjadi tanda tanya dalam benak Rochman.******Kediaman Rumah Antonio"Sayang, aku pulang dulu, sudah malam," pamit Jhulie."Ya sudah, ayo aku antar," kata Antonio."Tidak perlu, aku kan bawa motor," tolak Jhulie."Tapi motor kamu kan bisa ditaruh sini dulu, ini sudah malam, tidak baik seorang perempuan pergi sendirian," ujar Antonio."Sudahlah, aku tidak apa-apa pulang sendiri, kok." Jhulie bersikeras."Ya sudah kal
"Kapan pun kamu mau, aku dan orang tuaku siap, kok," sahut Jhulie sambil memasukkan sendok berisi nasi ke mulutnya.Antonio tersenyum dan mengangguk kepada kedua orang tuanya. Seketika kedua orang tua Antonio memahami tingkah anaknya itu."Baiklah, nanti aku dan orang tuaku akan mengatur waktu yang tepat, setelah itu aku akan mengabarimu," kata Antonio."Oke," angguk Jhulie sambil terus mengunyah makanannya.Selesai makan, Jhulie mengobrol dengan Antonio dan kedua orang tuanya, di teras depan rumah. Lama-lama Jhulie merasa jenuh. Dan tak terasa, sore hari pun tiba ...."Sayang, aku pulang dulu," pamit Jhulie kepada Antonio."Lho, kok buru-buru sih?" heran Ibunda Antonio."Iya, sayang, main-main saja dulu di sini tidak apa-apa, kan," sambung Antonio."Tapi, ini sudah hampir malam," kata Jhulie."Tidak masalah," kata Antonio santai dijawab dengan anggukan kepala kedua orang tuanya."Baiklah," kata Jhulie pasrah.Malam hari tiba, Antonio mengajak Jhulie keluar. Mereka masuk ke dalam mobi
Paman Antonio dan Antonio menoleh ke arah Jhulie secara bersamaan."Ada apa, sayang?" tanya Antonio."Eh, tidak ada apa-apa, kok," sangkal Jhulie."Jadi, kapan kalian akan menikah?" Paman Antonio mengulangi pertanyaannya."Saya akan urus secepatnya," sambung Antonio."Baiklah, silahkan habiskan makanannya," ujar Paman Antonio.Antonio dan Jhulie hanya mengangguk. Dan mereka melanjutkan makan malam sambil berbincang."Sayang, gimana sih, aku kan dari tadi di rumah kamu sudah mau pulang, malah diajak kesini," bisik Jhulie kepada Antonio."Sudah tidak perlu diributin, sekarang habiskan makanan mu, setelah ini aku akan mengantarmu pulang," sahut Antonio yang juga berbisik.****Sementara di tempat lain ....Rochman sedang berada di rumahnya menonton televisi, sambil memainkan ponselnya.'Santi sedang apa, ya? Coba aku hubungi,' batin Rochman.Kemudian Rochman mengirim pesan kepada Santi."Malam, San, sedang apa nih?"[Ini, aku sedang tiduran saja.]Sebuah balasan pun dibaca oleh Rochman.