Share

Hilang Wibawa

Satu jam kemudian, Jhulie pulang, dia bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Byur ....!

Suara gebyuran air terdengar hingga ke telinga Rochman yang masih berdiri di depan cermin di dalam kamar.

"Apakah Jhulie, yang mandi? Tapi, malam-malam begini," batin Rochman seraya berjalan keluar kamar.

Beberapa saat kemudian, Jhulie selesai mandi. Setelah berpakaian, Jhulie itu masuk ke dalam kamar tamu, kemudian menutupnya.

Klek ....

Terdengar jelas kalau pintu dikunci dari dalam. Rochman mengerutkan keningnya. Pria itupun masuk ke dalam kamarnya, dan merebahkan tubuhnya di atas kasur berukuran king size.

Rochman menatap langit-langit kamar, 'kenapa dia tidak tidur di kamar ini? Ada apa dengan istriku? Bukankah dia yang berulah. Dia yang selingkuh, harusnya dia minta maaf dan janji tidak mengulangi lagi. Tapi, justru dia yang memusuhiku,' batinnya.

Tanpa sadar, Rochman akhirnya memejamkan matanya.

Keesokan hari ....

Hari itu adalah hari minggu, dan restoran tempat Rochman mengais rejeki pun tutup. Rochman bangun, dan menyiapkan sarapan pagi. Sedangkan di dalam kamar tamu, Jhulie masih terlihat pulas dalam dengkurannya.

Kriiing ....

Terdengar suara ponsel Jhulie berbunyi. Membuat kelopak mata wanita bertubuh padat itu, terbuka perlahan.

"Siapa sih, yang telpon pagi-pagi begini? Tidak tahu orang capek," gerutunya.

Suara deringan ponsel terus berbunyi, akhirnya Jhulie meraih ponselnya yang terletak di samping bantal.

"Mama? Ada apa, ya?" gumam Jhulie sambil menatap ke arah layar ponsel.

"Halo, ada apa, Ma?" Panggilan pun tersambung ....

[Jhul, kamu mandi dan siap-siap. Pakailah baju yang bagus. Papa sama Mama diundang ke acara pernikahan rekan bisnis kami.] Terdengar suara Ibunda Jhulie.

"Aku tidak ikut, Ma. Mama sama Papa saja, ya ... hari ini aku sibuk, ada acara sama Mas Rochman," dalih Jhulie menolak ajakan Ibundanya.

[Ya ampun, Jhul, tolong disempatkan dong. Acara ini kan hanya satu kali dalam seumur hidup. Lagian Mama sekalian mau mengenalkan kamu dan suami kamu ke rekan kami, ayo cepat bangun.]

Dengan malas Jhulie menjawab, "iya-iya, hem ...."

[Jangan lupa, ajak juga suami kamu. Ya sudah sekarang kalian berdua bersiaplah, kami akan segera ke tempat kalian.]

Tut ....

Ibunda Jhulie memutuskan sambungan telpon secara sepihak.

Jhulie mendadak lemas. "Sial, aku pikir Mama akan mengajakku saja, ternyata sama Mas Richman juga," lirihnya.

Dengan gontai, Jhulie menyeret langkahnya. Dia berjalan menuju kamar mandi. Pada saat melewati dapur, Jhulie melihat Rochman sedang menata masakan di atas meja. Jhulie pun menghampiri suaminya itu.

"Hei, sedang apa kamu?" tanya Jhulie kepada Rochman.

Rochman menoleh. "Ini, Jhul, aku sudah menyiapkan sarapan untuk kita berdua."

"Kamu tidak perlu sok romantis, sekarang kamu mandi dan pakai baju yang bagus. Orang tuaku akan mengajak kita kondangan. Dan ingat pesanku, jangan bikin malu," ujar Jhulie dengan nada ketus.

"Huh? Terus, makanan ini mau diapakan?" heran Rochman.

"Terserah, mau kamu apakan. Mau kamu buang, atau dimakan kamu semua, silahkan. Yang penting sekarang, kamu mandi dan bersiaplah. Sebentar lagi, orang tuaku akan kesini," kata Jhulie kemudian segera berlalu dari hadapan Rochman.

Rochman pun pasrah, dia berjalan menuju kamarnya, dan melaksanakan ritual mandi.

Tak lama, pasangan suami istri yang kurang harmonis itu, pun telah siap dengan penampilannya masing-masing.

Beberapa saat kemudian, kedua orang tua Jhulie datang. Jhulie segera menyambutnya.

Selang beberapa menit, Rochman keluar dari kamar, dan datang menghampiri kedua mertuanya itu.

"Kalian sudah siap?" tanya Ibunda Jhulie menatap ke arah anak dan menantunya.

"Sudah, Ma," angguk Jhulie acuh.

Ibunda Jhulie menatap heran ke arah Jhulie. "Jhul, Mama perhatikan, kamu seperti ada masalah?"

Jhulie pun gelagapan, "eh, tidak ada kok, Ma," dalihnya.

"Ya sudah, ayo kita berangkat," sambung ayah Jhulie.

****

Tak lama, ketiga insan itu sampai di sebuah gedung mewah.

"Ayo turun," titah ayah Jhulie yang telah turun lebih dulu, setelah memarkirkan mobilnya.

Mereka berempat pun berjalan beriringan, memasuki gedung tersebut. Di dalam gedung, telah ramai oleh para tamu undangan.

Mereka disambut oleh tuan rumah, dan diajak mengobrol hingga tahap prasmanan.

Sementara Jhulie merasa gelisah, dia tidak tenang. Dia ingin acara itu cepat berakhir.

"Ada tamu istimewa rupanya ...."

Sebuah suara yang tidak asing di telinga Richman, berhasil membuat pria itu menoleh. Begitupun dengan Jhulie.

"Oh iya, saya sampai lupa. Ini keponakan saya, Antonio. Kebetulan dia menginap di sini dari kemarin, karna ingin membantu persiapan acara kami," ucap Tuan rumah.

Kedua bola mata Rochman membulat seketika, saat mengetahui siapa pria yang dimaksud.

'Nio? Rupanya dia di sini juga,' batinnya.

"Nio, kenalkan, ini rekan bisnis paman." Tuan rumah memperkenalkan keluarga Jhulie kepada Antonio.

Antonio pun menyalami mereka satu persatu. "Halo, selamat datang di acara kami."

Saat bersalaman dengan Rochman, Antonio merasa enggan, begitupun dengan Rochman. Namun mereka tetap bersalaman, supaya tidak mengundang kecurigaan tuan rumah dan juga mertua Jhulie.

Kini, giliran Antonio bersalaman dengan Jhulie. Sebenarnya, Jhulie pun tampak nervous, karena dia tidak menyangka sebelumnya, bahwa akan bertemu dengan Antonio di tempat tersebut. Namun Jhulie berusaha untuk tetap tenang.

'Jadi, teman mama dan papaku ini, pamannya Nio. Wah, ternyata Nio masih ada hubungan keluarga dengan Tuan rumah ini. Itu artinya, Nio dari keluarga kaya juga,' batin Jhulie memuji pria selingkuhannya itu.

Antonio pun tersenyum, kemudian segera berlalu dari hadapan mereka. Sementara Rochman memperhatikan gerak-gerik Antonio. Dan seketika, pria berahang tegas itu membandingkan dirinya dengan selingkuhan istrinya.

'sepertinya dia biasa saja, tapi kenapa Jhulie bisa selingkuh dengannya? Atau Jhulie memang benar-benar haus belaianku?' batin Rochman membandingkan dirinya dengan pria yang dimaksud.

Acara pun terus berlangsung. Sepanjang waktu Rochman hanya duduk berdiam diri.

Tak terasa hari sudah sore, acara pun selesai. Dan keluarga Jhulie berpamitan untuk pulang

****

Kini Rochman dan Jhulie sudah berada di rumah mereka, sedangkan kedua orang tua Jhulie telah pulang ke rumahnya.

Rochman merasa heran, karena dia melihat istrinya sudah berganti pakaian, dan berpenampilan rapi. Wanita itu sepertinya akan pergi lagi.

"Kamu mau kemana, Jhul?" tanya Rochman.

"Bukan urusan kamu!" ketus Jhulie.

Tapi, aku suami kamu, Jhul." Rochman tak mau kalah.

"Siapa bilang? Kita ini hanya nikah atas kesepakatan kedua orang tua kita masing-masing. Dan kamu hanya suami sementara. Ingat, tidak lama lagi aku akan menceraikan kamu." Jhulie segera berlalu dari hadapan suaminya.

Rochman hanya pasrah, netranya basah. Pria itu berjalan menuju ke kamar. Setelah mengganti pakaian, Rochman berdiri di depan cermin sambil memandang pantulan dirinya.

"Di mana wibawaku sebagai seorang suami? Kenapa Jhulie sekarang jadi berubah total? Apa karna pria itu, yang sudah membutakan hatinya?" Rochman bermonolog pada dirinya sendiri, dia terisak lirih tidak sanggup menahan kesedihannya lagi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status