Share

Foto USG

Erika berdeham. Menahan malu dan amarah yang bergelut dalam pikirannya. Ia meraih rokok dari nakas dan segera menyalakannya. Setelah satu hisapan bisa terlepas, ia merasakan sedikit lega dan bisa mengembalikan keberanian bicara lagi. 

"To the point aja, tujuan anda kesini ada apa?" tanya Erika ketus. 

Sari masih mempertahankan senyum tipis pada bibirnya. Menatap gadis yang berani menggoda suaminya lagi. Sambil mengangguk ia pun menjawab, "Iya, pertanyaan bagus. Saya cuma mau tanya, benar kamu mencintai Jojo dan kalian akan segera menikah?"

Erika kembali tergelak sambil menghisap batang racun nikotin yang berada di jarinya. Senyum sengit ia lontarkan, seolah meledek. 

"Hmmm… sepertinya Jojo sudah sampaikan ke anda. Lalu, apalagi yang harus saya jelaskan? Oh… cinta, ya? Ya, tentu. Aku sangat mencintainya dari sebelum kalian ingin menikah. Kau tak tahu? Dan cinta ini tidak bertepuk sebelah tangan. Kami sudah menjalin hubungan sebelum kau menikah dengannya."

"Begitukah? Lalu, mengapa bukan kau yang dinikahinya tetapi aku?"

"Maksudmu apa?"

Tanya santai Sari telah membakar amarah Erika. Gadis itu mulai membulatkan matanya lagi, menatap Sari penuh amarah. Namun, tak sedikitpun ada rasa takut pada hati Sari. Meski tadi ia merasakan getaran hebat pada tangannya saat mengetuk pintu. Kini getaran itu menghilang. Ia merasa tiba-tiba memiliki keberanian yang entah dari mana datangnya. 

Keberanian yang meminta Sari mempertahankan hubungan dengan Jojo dan tidak menyerah begitu saja. Hubungan mereka sudah bukan sebatas tunangan apalagi pacaran, tetapi menikah. Hubungan yang bukan untuk dipermainkan lagi. Tuhan saksi cinta mereka di hadapan keluarga dan wali hukum. 

"Jika Jojo tidak mencintaiku, tidak mungkin dia kembali dan mencariku lagi. Setelah kalian menikah. Kau tahu mengapa Jojo menikahimu? Hanya untuk status. Aku yang sebenarnya dia cinta. Bukan kamu!" teriak Erika. Gadis itu mengatur napasnya setelah memaki Sari yang masih terlihat biasa saja. Sedikitpun Sari tidak terpancing emosi dengan semua perkataan Erika. 

Ia justru merasa tenang dan senang. Bisa melihat wajah Erika yang seperti kebakaran jenggot. Sangat terlihat sekali sifat asli Erika yang membuat Sari merasa besar kepala. Tidak ada apa-apanya. Gadis itu di mata Sari sangat rendah. 

"Pantas saja Mas Jojo tidak berani mengajakmu berkenalan dengan keluarganya. Apalagi mengajak menikah. Begini sikap aslinya," ucap Sari. "Saya hanya ingin beritahu kamu, jika kamu wanita baik-baik bersainglah denganku dengan cara sehat. Saya tahu betul Jojo, dari sebelum kamu mengenalnya."

Sari beranjak dari duduk, meninggalkan Erika yang masih terpaku di ranjang, menatap kosong sofa tempat Sari tadi duduk. Kini langkah Sari telah berada di depan pintu keluar. Sesaat ia membalikkan tubuh, kembali melihat ke arah Erika yang masih terdiam. Mencoba mencerna perkataan Sari tadi. Hatinya bertanya, apakah Sari mengetahui tentang pelet yang ia gunakan untuk Jojo. 

"Ah! Satu lagi. Kamu itu cantik, bisa kok, mendapatkan lelaki bujang. Tapi, kalau maksa tetap maunya sama Jojo, silakan. Saya yang mundur. Ambil saja, tapi ingat, menikahlah dengan cara resmi dan diketahui keluarga dan orang tua Jojo. Jika secara sembunyi-sembunyi, kamu belum mendapatkan Jojo sepenuhnya."

Sari melenggang keluar dari kamar Erika dan segera meninggalkan tempat itu. Jarinya dengan lincah membuka aplikasi ojek online dan kembali memesan ojek dari sana. Bibirnya tak henti tersenyum. Ia merasa benar-benar puas telah membuat mental Erika terjatuh. Hingga gadis itu pun tidak bisa berkata apa-apa. 

***

Udara panas hari itu membuat Sari sedikit merasakan sakit pada kepalanya. Setelah sampai di depan rumah, ia segera membayar ojek dan siap membuka pagar. Namun, tiba-tiba mual pada perutnya tidak tertahankan. Ia melihat ke sekitar, semua tampak berputar. Kesadarannya pun mulai menghilang hingga membuatnya terjatuh ke lantai. 

Seorang supir ojek yang tadi mengantarnya belum pergi. Baru ia mau memutar motor, sudah terkejut dengan suara jatuhnya tubuh Sari. Ia segera berteriak minta tolong. Keadaan perumahan sangat sepi. Ambar yang sedang duduk di ruang keluarga mendengar teriakan dan segera berlari keluar. Ia dan beberapa warga yang mendengar membantu supir ojek tadi membawa Sari masuk ke teras rumah Sari. 

Namun, tidak ada yang mengetahui letak kunci rumah Sari. Ambar menyarankan untuk membawa Sari ke klinik terdekat dan mencoba meminjam kendaraan ke seorang tetangga. Mereka pun bergegas mengantar Sari ke  klinik. 

***

Sari terdiam di sofa ruang keluarga. Sementara Ambar datang dari dapur membawa segelas teh hangat dan memberikan ke Sari. Tetangganya itu tidak tega meninggalkan Sari sendiri sejak pulang dari klinik.

"Makasih, Ambar." Sari menerima segelas teh manis itu. Perlahan meneguknya. Lalu, ia mulai menceritakan apa yang tadi dilakukan sebelum pingsan di depan rumah. 

Ambar sama sekali tidak berkomentar, hanya kagum mendengar cerita Sari. Wanita itu tidak terbakar emosi meski sudah disakiti berulang. Justru bisa membuat selingkuhan suaminya yang terbakar amarah. 

"Tapi, sekarang kamu punya alasan mempertahankan hubungan rumah tangga dengan Jojo 'kan? Kamu memiliki yang wanita itu tidak punya," kata Ambar. Sari sudah menyelesaikan ceritanya. Ia tersenyum tipis, membenarkan perkataan istri Roni. 

Namun, Sari tidak tahu gimana cara berbicara dengan Jojo. Hatinya masih ragu, apa Jojo akan luluh dengan kabar baru darinya. Sari mengelus perutnya pelan. 

"Semoga kehadiran kamu membuat luluh hati Ayah, ya, Sayang," ucap Sari. 

"Aamiin. Sekarang yang penting Mbak istirahat. Jangan banyak capek."

"Sekali lagi, makasih banyak, ya, Mbar. Oh, ya, aku udah nggak apa-apa. Kalau kamu mau pulang, silakan. Maaf ya, bukannya mengusir. Tapi, aku sudah banyak merepotkan. Takut nanti rumahmu malah masih berantakan, suami keburu pulang."

"Bener Mbak, udah nggak apa? Kalau ada apa-apa, telepon aku atau teriak saja dari teras ya, Mbak?" Ambar terkekeh membuat Sari pun ikut tertawa. Ia sangat beruntung bisa bertetangga dengan Ambar. 

"Siap, aku akan teriak sekuat tenaga kalau butuh bantuan kamu. Kamu juga harus ready ya, kapan pun aku teriak."

Mereka kembali tergelak sebelum akhirnya Ambar berpamitan pulang. 

***

Sari merebahkan tubuhnya di ranjang, sambil membuka percakapan dengan Jojo. Ia mencoba mengetik kata, ingin memberitahu perihal kehamilannya. Namun, bingung bagaimana bicaranya. Apa Jojo akan luluh dan pulang atau semakin menggila jika mengetahui istrinya hamil.

Sari mengambil tasnya dan mencari foto USG hasil kehamilannya tadi. Ia kirim foto itu tanpa keterangan apa-apa ke Jojo. Beberapa menit kemudian, Jojo yang sudah tidak sibuk, membuka gawai dan melihat pesan dari Sari. 

Ia terdiam, bingung dengan foto yang Sari kirimkan. Apa arti dari foto itu. Ini kali pertama ia melihat foto hasil USG. Jojo segera membalas pesan Sari. 

[Apa ini?]

[Hasil USG. Positif tiga minggu.]

Jojo tidak bisa merapatkan bibirnya kala membaca pesan singkat dari istrinya. Ia tidak percaya dengan apa yang baru saja dikirim Sari. 

"Positif? Hamil maksudnya?"

Roni yang mendengar ucapan lirih Jojo, menyahut dari belakang. 

"Sari pingsan di depan rumah. Lalu warga membawanya ke klinik tadi. Ternyata hamil." Jojo menoleh ke sumber suara. 

"Tahu banget kamu tentang istriku?"

"Jangan berpikir aneh. Istriku baru saja menelpon dan memberi kabar. Dia yang membawa Sari ke klinik. Jaga dia, Jo. Jangan sampai kondisinya lemah."

Jojo terdiam mendengar ucapan Roni. Ia segera memanggil Sari melalui telepon dan beranjak dari tempat yang ramai ke sepi untuk menghindari orang lain mendengar percakapannya. 

Nada ketiga berbunyi, Sari mengangkat telepon dan memberi salam ke suaminya. Jojo pun menjawab. Sesaat keduanya diam, semua kata seolah terkunci dalam mulut, sulit diungkapkan. 

[Ndok, apa itu benar?]

[Apa aku pernah bohong dan mempermainkanmu?]

Jojo kembali terdiam. Ia tidak bisa membohongi diri bahwa saat ini kebahagiaan tengah menimpanya. Namun, di sisi lain bayang-bayang wajah Erika terus berusaha memenuhi pikiran. 

[Jaga kondisi dia dan kamu, ya? Aku segera pulang.]

Sari meneteskan air matanya, ia terharu karena akhirnya Tuhan memberikan jalan. Membuka mata hati Jojo karena kehadiran janin dalam perut Sari. Sari hanya bisa berdoa penuh harapan bahwa semua akan kembali seperti semula. Saat Jojo yakin ingin menikah dengannya. Lalu, benar-benar meninggalkan Erika. 

"Semoga," ucap Sari. Ia telah mengakhiri panggilan telepon beberapa detik lalu. 

Senyumnya mengembang sambil mengelus perutnya lagi. 

Bersambung ….

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status