Share

Indekos Erika

Entah, hari itu mengapa Sari sama sekali menurut perkataan Jojo yang meminta segera membuang amplop cokelat, bukti perselingkuhannya. Perlahan, ingatan Sari mundur. Jojo seperti membakar sesuatu di halaman belakang. Bodohnya lagi, ia tidak curiga. Rasa lelah membuatnya tak peduli. Mempercayai apa saja yang keluar dari bibir Jojo. 

Bahkan keesokan pun Sari tidak memperhatikan sampah yang ia buang keluar. Apakah ada amplop itu atau tidak. Penyesalan sangat menusuk. Ternyata Jojo begitu lihai bermain lidah dan hati. Begitu pun dirinya yang sangat bodoh dan mudah dibohongi. 

Ambar menceritakan semua tentang pertemuan hari itu perlahan. Lalu, ia pun mengeluarkan gawainya dari saku. Mencari foto dan video yang pernah suaminya kirim untuk di cetak. Menurut Ambar, sekarang waktu yang tepat untuk memberitahu Sari semuanya. Rasa kasihan terhadap wanita di depannya sungguh tak tertahan. 

Tangan Sari bergetar hebat, memegang gawai ambar. Terlebih saat video percakapan Jojo dan Erika terekam jelas. Rencana menikah mereka. Namun, kali ini Sari tak sudi meneteskan air mata. Sesak pada dadanya semakin nyata. 

"Maaf, Mbak. Jika aku harus bongkar semua sekarang. Aku harap belum terlambat." Ambar mengelus punggung Sari lagi. Mata sembab wanita di depannya kini menatap dalam. 

"Makasih banyak, ya. Kamu dan suamimu dari dulu sudah membantu untuk hubungan aku dan Jojo. Aku mau minta tolong, boleh?" Ambar mengangguk. "Rahasiakan ini dari semua orang."

Tentu, Ambar dan Roni bukan tipe orang yang mudah menceritakan masalah orang ke orang lain. Wanita itu segera mengangguk dan berjanji bahwa rahasia Jojo aman. 

"Mbak, sekarang mau lakukan apa setelah mengetahui semua?"

Sesaat Sari terdiam. Tanya itu pun sejak tadi berputar dalam benaknya. Ia tidak tahu apa yang akan dilakukan selanjutnya. Perlahan, Sari hanya menggeleng. Belum menemukan jawaban yang terbaik. 

"Aku segera mencari tahu kata hatiku," ucap Sari lirih. 

"Aku dan Bang Roni hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk hubungan kalian berdua."

"Terima kasih banyak, ya, Ambar."

Sebelum Ambar pamit pulang, ia memastikan Sari sudah lebih baik. Sesampainya di rumah pun, Ambar segera menceritakan semua yang terjadi ke Roni. Sementara Roni, tidak banyak bicara. Hanya diam, menyimak semua cerita istrinya. 

Mereka pun tidak tahu harus membantu bagaimana lagi. Hanya bisa menolong yang mereka bisa. Seperti memberi info melalui foto dan video itu dan sekarang semuanya sudah mereka lakukan. 

***

Semalaman Sari tidak bisa tidur. Sesaat terlelap tetapi sesaat kemudian seperti ada yang membangunkannya. Terus begitu. Hingga subuh pun tiba. Tidak ada Jojo di rumah. Entah dimana suaminya. Rasa lelah dan sakit hati membuat Sari cukup marah hingga tidak peduli dengan keberadaan Jojo sekarang. 

Ia pun yakin betul, bahwa Jojo di rumah Erika. Dimana lagi, pikirnya. Hari ini seharusnya Sari segera berkemas karena ada perjalanan dinas. Akan tetapi, semalam ia sudah mengirim pesan ke atasannya. Mengabarkan bahwa dirinya tidak enak badan dan tidak bisa ikut. Beruntung seorang teman ada yang bersedia menggantikan jadi membuat Sari bisa izin bekerja hari ini. 

Bagaimana mungkin ia bisa bekerja hari ini jika tidak izin. Seluruh tubuhnya terasa lelah. Matanya mengantuk tetapi tidak bisa terlelap. Otaknya terus berpikir, apa yang harus dilakukan sekarang. Dengan cara apa menyelesaikan masalah dengan Jojo. Sedikit pun ia tidak bisa berkonsentrasi untuk bekerja. Masalah rumah tangga telah menghancurkan pikirannya. 

Selepas menunaikan ibadah dua rakaat menghadap Tuhan, Sari duduk di meja rias. Memandang wajahnya yang sembab. Tangis kemarin sangat membekas meninggalkan jejak. Meski hari ini air matanya telah berhenti. Ya, ia rasa air itu telah kering atau habis. Berapa banyak yang telah Sari keluarkan untuk Jojo, sudah tidak layak untuk kembali ditangisi. 

Sari membuka gawai, membuka folder foto. Kemesraan dengan Jojo terpampang di sana. Perlahan ia perhatikan semua baik-baik. Wajah lelaki yang pernah berjanji tidak akan menyakitinya lagi. Namun, Sari mulai memutar balik foto, ia merasa ada yang janggal. Mengapa senyum Jojo berbeda. 

Foto yang diambil saat mereka honeymoon dan setelah Jojo kembali ke Kalimantan. Senyum Jojo terlihat aneh. Bukan seperti dirinya. Entah, Sari baru menyadari sekarang. Hingga ia memperbesar gambar itu. Jantungnya berdegup kencang memperhatikan garis senyum Jojo. 

Bukan sebuah senyuman bahagia. Akan tetapi, juga bukan terpaksa. Senyuman itu seperti milik orang yang tidak Sari kenal. Bukan Jojo. Ia yakin betul. 

Tiba-tiba suara benda terjatuh terdengar dari ruang keluarga. Sari tersentak, perlahan ia berjalan menghampiri sumber suara. Hatinya bertanya-tanya, apakah Jojo telah pulang. Namun, ia tidak mendengar suara pagar terbuka. Terlebih pintu ia kunci dari dalam, sudah pasti Jojo tidak bisa membukanya apalagi masuk. 

Sari membuka pintu kamar dan mendapati sebuah figura, foto pernikahannya dengan Jojo telah hancur di lantai. Ia tercengang, bagaimana mungkin bisa benda seberat itu terjatuh. Hewan apa yang menyenggolnya. Jika seekor cicak, tentu hal yang mustahil. Figuran itu sangat besar dan berat. 

Saat Sari mencoba mendekat dan berniat membereskan pecahan-pecahan tersebut, kakinya tak sengaja menginjak pecahan beling yang telah tersebar di lantai. Ia segera menjauh dari serakan beling itu. Kembali masuk ke kamar, mengobati luka. Lalu, ia mencari sandal karet, yang bisa melindungi kakip dan baru mulai membersihkannya. 

***

Sari duduk di meja makan. Menatap kosong buah-buahan yang ada di hadapannya. Tak satu pun makanan yang membuatnya napsu untuk dilahap. Semua terasa hambar. Ia hanya minum teh manis hangat untuk menguatkan tubuh. 

Lama terduduk di sana tanpa tahu arah, kini Sari memutuskan mengganti pakaian di kamar. Ia melihat jam pada dinding kamar yang menunjukkan pukul sembilan pagi. Setelah rapih berganti pakaian, Sari memesan ojek online. Ia pun pergi ke tujuan yang telah di order. 

Beberapa menit kemudian, Sari telah tiba di tempat tujuan. Tempat yang sama, saat pertama kali ia datang ke Kalimantan. Tempat ia mencari keberadaan Jojo yang tidak ada di mesnya. Langkah kakinya sempat berhenti saat ingin menaiki anak tangga. Namun, hatinya terus mendorong agar Sari harus melanjutkan langkah. 

Entah apa yang akan ia lakukan nanti, setidaknya bisa melihat dan bertemu langsung dengan gadis yang telah meracuni pikiran Jojo. Sari menghela napas panjang saat berada tepat di depan pintu kamar Erika. Beberapa detik terdiam di sana, hingga memiliki keberanian mengetuk perlahan. 

Erika yang membuka pintu membulatkan mata. Tidak percaya siapa yang ada di depannya. Mereka saling pandang beberapa saat. Tanpa kata. 

"Boleh saya masuk?" ucap Sari. Wajahnya menahan amarah. Namun, bibirnya masih bisa berkata pelan meski dengan nada yang sedikit ditekan. 

Erika masih diam beberapa detik, memperhatikan Sari dari atas hingga ke bawah. Ia masih tidak percaya dengan apa yang dilihat di depan matanya. Apa Sari benar-benar datang, untuk apa, tanya itu menyeruak dalam hati Erika. 

Namun, di sisi lain Erika senang. Ia tersenyum manis mempersilakan Sari masuk. Senyuman terselubung yang memiliki maksud lain. 

"Duh… maaf ya, berantakan. Semalam menghabiskan waktu bareng pacar, sih." Erika tergelak setelah berucap. 

Sementara Sari dengan tubuh tegak berjalan masuk ke dalam, masih menahan amarah. Ia tahu betul maksud Erika mengatakan hal itu. Hanya untuk membuatnya menaikan emosi. Namun, kedatangan Sari kesini bukan untuk menghajar atau memviralkan Erika sebagai pelakor seperti hal yang sedang marak di masyarakat. 

Sari duduk di sofa dengan elegan. Bibirnya tersenyum tipis. Memandang keadaan kamar Erika sambil berdecak dan menggeleng. 

"Jadi, semalam Jojo tidur disini? Apa badannya tidak gatal-gatal, ya, tidur di tempat kumuh seperti ini?" ucap Sari. 

Seketika Erika yang duduk di ranjang, membulatkan mata. Ia mengepal tangannya, kesal. Napasnya tersengal-sengal tak beraturan. Tiba-tiba semua kata yang tadi sempat ia pikirkan untuk membuat Sari marah, hilang. Justru kini ia yang dilanda amarah. 

Tatapan Sari berkeliling, melihat setiap sudut ruang kamar Erika. Begitu pun dengan berserakannya benda-benda yang jarang sekali gadis itu bereskan. Terlihat sangat berantakan. Terlebih ada beberapa bungkus makanan yang masih berserakan serta botol-botol bekas minuman. 

Belum lagi, bau asap rokok menyeruak sejak Erika membuka pintu. Wajar, jika Sari menghina tempat itu kumuh. 

Bersambung ….

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status