Wulan memberikan pelajaran untuk Harun, suaminya yang menikah lagi dengan adik sepupunya yang bernama raya. Ia memang menerima pernikahan kedua sang suami, tapi Wulan berusaha menunjukkan kekuatannya sebagai istri pertama untuk membalas sakitnya di hianati.
View MorePOV RayaMas Ardi bisa di taklukan dengan mudah hanya dengan rayuan dan tidur bersama. Pada dasarnya dia memang suka dengan wanita cantik. Sikap Mbak Desi yang acuh memberiku peluang besar untuk semakin mendekati Mas Ardi yang kemudian membuatnya jatuh dalam perangkapku. Sepertinya rumah tangga mereka sudah di ujung tanduk. Karena bagiku Mas Ardi dan Bu Desi sudah seperti orang asing yang terpaksa tinggal di rumah yang sama. Yang membuatku heran adalah kenapa Mbak Desi tidak mengajukan gugatan cerai saja jika dia sudah tidak saling cinta dengan Mas Ardi. Anak-anak juga tidak nampak dekat dengan Ayah mereka. Sehingga tidak perlu berat untuk bercerai hanya karena urusan anak seperti Mbak Wulan.“Kamu sudah bayar hutang di bank dengan uang kiriman Ardi nduk?” Tanya Ibu yang baru pulang ke rumah setelah belanja di warung.Penampilan Ibu sangat modis karena baju yang di berikan Mbak Desi. Lebih tepatnya barang yang di temukan di dekat kotak sampah. Dengan tas branded dalam negeri yang harg
Badanku menggeliat saat terbangun jam tiga pagi. Mataku perlahan terbuka. Melihat Mas Ardi yang sudah tidur sambil memunggungiku. Begitu aku duduk bersandar ke kepala tempat tidur, beberapa barang tampak berantakan. Tidak terletak pada tempatnya. Sudah pasti ini adalah ulah Mas Ardi. Bahkan tasku yang seharusnya ada di dalam lemari meja rias sudah berantakan di kursi. Ia mencari sampai menggeledah barang-barang pribadiku. Tidak akan ketemu.Karena hp rahasia itu memang sudah tidak ada lagi padaku. Melainkan berada di tangan Bu May. Dugaan Ratna memang benar. Orang pertama yang akan di curigai oleh Mas Ardi adalah aku. Karena itulah cepat atau lambat dia pasti akan bertanya padaku tentang keberdaan hp itu. Untung saja kemarin aku bertemu dengan para sahabatku sehingga bisa mendapat banyak saran untuk kelangsungan rencanaku ke depannya.Segera aku turun dari tempat tidur. Merapikan barang-barang yang berantakan dengan cepat. Baru masuk ke dalam kamar mandi untuk mengambil wudhu. Segera
Setelah Raya dan Bu May pulang, Mas Ardi langsung masuk ke dalam kamar kami. Pasti dia akan sibuk bermain game. Seperti yang biasa ia lakukan. Sementara aku masih menemani anak-anak di lantai dua. Berkumpul bersama anak-anak untuk mengobrol dan menonton TV."Kira-kira berapa uang yang di kirim Ayah untuk Tante Raya ya Bu?" Tanya Salwa penasaran. Tanpa ada rasa cemburu yang terkandung dalam suaranya."Ibu juga nggak tahu. Mungkin saja Ayah mengirim uang yang banyak. Seperti yang selalu ia lakukan pada Sarah." Jawabku apa adanya. Walaupun itu hanya tebakan semata. Dari hp rahasia yang berhasil di bobol Wulan, aku jadi tahu berapa saja jumlah uang yang di kirimkan Mas Ardi untuk Raya. Minimal sepuluh juta. Kadang juga sampai lima puluh juta. Jumlahnya berkali-kali lipat dari uang yang di berikan oleh Mas Ardi padaku selama ini. Membuatku jadi bertanya-tanya, apakah gaji Mas Ardi memang sebesar itu? Apakah dia menyembunyikan penghasilannya dariku selama ini?Jika Raya mendapat kiriman y
“Uhuk, uhuk, uhuk.” Aku menekan dada karena tersedak saat sedang minum. Kuhela nafas berulang kali agar lebih tenang. Tapi, tetap saja aku masih tidak percaya dengan apa saja yang baru saja kulihat.Mataku terlelalak kaget. Entah seperti apa ekspresi wajahku sekarang melihat layar hp dimana penghasilanku terpampang. Di aplikasi xxx aku mendapat penghasilan sepuluh juta sejak penghasilan sebelumnya di transfer minggu lalu. Gajiku termasuk bersih karena sudah di potong oleh admin untuk bagi hasil dengan aplikasi. Tanganku sampai gemetar saking tidak percayanya. Sepertinya kemarin penghasilanku di aplikasi ini belum genap lima juta. Itu berati aku dapat penghasilan lima juta dalam sehari. Benar-benar tidak bisa di percaya.“Ibu, Ayah sudah pulang tuh.” Kata Salma begitu membuka pintu. Putri sulungku masih berdiri di ambang pintu.“Iya sayang. Kalian ke meja makan dulu saja. Nanti Ibu menyusul.”Salma menganggukan kepala lalu keluar sambil menutup pintu. Sudah tiga hari ini Mas Ardi selal
"Karena aku tidak ingin kehilangan harta warisan dari orang tuaku. Mereka sangat membenci yang namanya perceraian." Jawab Mas Ardi yang membuat Raya dan Bu May mengerutkan kening mereka bingung. Tidak paham dengan maksud perkataan Mas Ardi barusan.Namun, berbeda denganku yang langsung paham jawaban ambigu suamiku. Ini semua berkaitan dengan orang tua dan kakak laki-lakinya. Rahasia yang hanya di ketahui oleh keluarga ini. Dan mungkin juga di ketahui oleh Sarah. Karena Mas Ardi sudah menyusun rencana dengannya untuk menyingkirkanku. Dan juga rencana untuk membawa Sarah masuk ke dalam keluarganya."Maksudnya Pak?" Tanya Raya heran."Akan aku ceritakan semuanya saat kita jadi lebih dekat." Ujar Mas Ardi masih merahasiakan hal ini dari Raya.Aku jadi teringat dengan masa lalu. Saat kakak laki-laki Mas Ardi yang juga merupakan putra pertama keluarga ini selingkuh dengan pegawai pabrik. Mas Dani, nama kakak iparku yang sudah tega menyelingkuhi istrinya yang bernama Mbak Nita. Saat itu Mbak
“Assalamualaikum.” Sapaku sengaja mengeraskan suara. Membuat mereka terbelalak kaget melihat kedatanganku. Mas Ardi menatap dengan wajah kaget dan mulut terbuka. Seolah sedang ketahuan jika dia tengah melakukan sesuatu. Bu May langsung menundukan kepalanya. Hanya Raya yang sudah mengendalikan ekpresi seolah tidak terjadi sesuatu.“Wa, waalaikumsalam mbak.” Justru Raya yang menjawab dengan tenang. Setelah ekpresi terkejut di wajahnya sudah mereda.Berbeda dengan Mas Ardi dan Bu May yang masih tampak was-was. Mas Ardi bahkan tidak berani menatap wajahku. Dia pasti bisa menebak apa yang aku pikirkan melihat keadaan ini. Seandainya aku tidak tahu tentang perselingkuhannya dengan Sarah maka aku akan bergabung untuk menginterigasi mereka saat ini juga. Nyatanya setelah aku tahu jika Mas Ardi adalah tukang selingkuh, tidak ada rasa cemburu melihat keakrabannya dengan Raya dan Bu May di meja makan ini. Aku bisa mengabaikan keberadaan mereka. Kakiku melangkah menuju kulkas yang ada di samping
“Ayo kita pergi sekarang Bu.” Bisik Raka menarik tanganku keluar. Aku menganggukan kepala lalu berjalan mengikuti anak-anak keluar. Entah apa yang sedang di pikirkan anak-anakku saat ini. Aku sama sekali tidak bisa menebak raut wajah Raka dan Andi yang jelas sudah mengerti dengan perkataan yang mereka dengar. Satu hal yang pasti, tidak nampai amarah di wajah mereka.Kami menunggu di teras hingga taksi online yang sudah aku pesan datang. Anak-anak naik lebih dulu. Aku duduk sambil memangku Tika. Kafe anak yang kami tuju lokasinya cukup jauh. Sengaja kami memilih lokasi disana agar Mas Ardi tidak mengunjungi kami jika sewaktu-waktu membutuhkanku. Tidak masalah jika dia nanti marah. Toh sudah ada Bu May yang ada di rumah.Begitu sampai ke kafe anak, sudah ada Wulan yang duduk di dalam. Alana dan Syifa sudah bermain di salah satu wahana. Andi segera menyusul mereka. Raka menggandeng tangan Tika untuk menyusul. Anak-anak sudah sangat tenang karena bisa bermain bersama teman sebaya. Wulan m
Mas Ardi tengah sibuk bermain game di dalam kamar. Sedangkan aku sibuk memasak di dapur. Karena sudah ada Bu May yang bekerja sebagai asisten rumah tangga, maka pekerjaanku jadi lebih mudah. Wajahnya terlihat lelah sekali saat harus menyapu rumah dengan dua lantai ini."Minum dulu Bu. Kalau capek bisa istirahat." Ucapku begitu ia masuk ke dalam dapur untuk menyapu."Iya sebentar lagi Bu. Masih nanggung." Jawabnya tetap melakukan pekerjaan.Mas Ardi juga masuk ke dapur untuk mengambil minum. Wajahnya tampak memberengut kesal. Pandangannya marah saat menatapku. Aku mengabaikannya karena tidak ingin makan hati. Aku juga tidak mempedulikam tatapan Bu May yang mengawasi kami."Bisa nggak sih kamu suruh Raka dan Andi untuk diam. Mereka terlalu berisik sampai aku kalah main game." Kata Mas Ardi memuntahkan lahar amarahnya tanpa tahu tempat. Ia tidak segan-segan menghardikku di depan orang lain.Walaupun ini bukan yang pertama kalinya. Tetap saja terasa menyakitkan. Hatiku tidak sekuat itu un
Selama bekerja di rumah ini, Bu May termasuk orang yang cekatan dan rapi. Dalam waktu tiga jam dia bisa menyelesaikan semua pekerjaan rumah. Kecuali memasak untuk sarapan keluarga kami. Selain itu, aku juga membantunya untuk memasak. Tidak sepenuhnya menyerahkan semua pekerjaan rumah pada asisten rumah tangga. Aku tidak mau menyerahkan tugas ini pada orang lain karena belum tentu masakannya akan cocok di lidah anak-anakku. Setelah pekerjaan rumah selesai, Bu May menyusulku ke dapur. Membantu sesuai dengan arahanku.“Pak Ardi itu sering pulang ke rumah waktu kerja ya Bu?” Tanya Bu May yang untuk ke sekian kalinya menanyakan tentang Mas Ardi. Aku heran padanya yang tidak bisa berakting senatural mungkin. Justru terlihat sekali jika Bu May sangat penasaran dengan Mas Ardi.“Iya Bu. Karena pekerjaannya kadang di lapangan jadi Mas Ardi memilih untuk pulang. Setiap siang dia akan pulang untuk istirahat dan bermain game.”“Pasti melelahkan sekali ya Bu. Untung saja Pak Ardi punya istri sepe
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.