Share

Bab 4 Mulai Terkuak

“Eh iya sayang.” Mas Harun seketika gugup. Pandangannya terus beralih dari Alana ke arahku.

“Kamu tidur lagi ya sayang. Ibu dan Ayah akan menyusul ke kamar kalian.”

“Iya Bu.” Jawab Alana lalu naik tangga lagi menuju kamarnya. Syukurlah Alana mau menuruti perintahku. Detik itu juga Mas Harun menghela nafas lega.

“Kamu lihat sendirikan Raya. Aku dan Mas Harun harus masuk ke dalam kamar anak-anak saat mereka terbangun. Tapi, saat jatah Mas Harun ada di rumah orang tuamu, aku akan memberi pengertian pada mereka jika suami kita sedang sibuk bekerja. Begitu juga dengan Ibu yang harus ikut dengan anaknya karena ingin sekalian liburan.”

“Kamu licik sekali karena sudah memakai anak-anakmu untuk mengancam Mas Harun.” Kata Raya yang kembali berani menunjukkan taringnya setelah tadi terdiam karena Mas Harun memarahinya.

“Jangan mentang-mentang kamu lebih kaya daripada Mas Harun, kamu jadi istri yang durhaka Mbak.” Jarinya segera menunjuk diriku sendiri dengan ekpresi menantang.

“Aku? Merendahkan Mas Harun selama kami menikah?”

“Kalau tidak tahu tahu apapun, lebih baik kamu diam saja Ray.” Bisik Mas Harun marah yang masih bisa terdengar olehku. Membuat Raya seketika kembali terdiam.

“Lihat itu Ray. Suami kita membelaku lagi. ha.. ha.. ha…” Sengaja aku menertawakanya dengan nada menghina. Baru saja Raya hendak membalas perkataanku, Mas Harun sudah berdiri dan hendak menariknya pergi.

“Mau kamu bawa kemana Raya, Mas? Jangan pergi dulu. Kalian berdua harus menandatangani surat perjanjian ini.” Tunjukku pada kertas di atas meja. Mas Harun segera menandatangani surat perjanjian itu dengan di ikuti oleh Ibu mertua dan Raya.

“Sekarang silahkan kalian masuk ke dalam kamar tamu. Aku minta maaf karena membuat kalian batal bulan madu ke Bali.”

“La, Lan. A, aku. Aku nggak pernah mau bulan madu ke Bali dengan Raya. Info yang kamu dapat dari hpku itu tiket untuk liburan kita dan anak-anak.” Bantah Mas Harun lagi. Aku hanya mengedikan bahu lalu masuk kedalam kamar utama. Mengunci pintu dengan cepat lalu berdiri bersandar di balik pintu.

Air mataku seketika luruh. Tubuhku jatuh terduduk di lantai yang dingin. Setelah seharian ini aku berusaha untuk kuat di depan mereka, akhirnya pertahananku runtuh juga saat sedang sendirian seperti ini. Sepuluh tahun membina rumah tangga bukanlah waktu yang sebentar. Banyak hal yang sudah aku korbankan. Termasuk karir dan materi.

Pernikahan kami bukannya tanpa hambatan. Sering kali masalah Ibu mertua dan Rani yang menyindirku karena tidak bisa melahirkan anak laki-laki membuat aku sering mengadu pada Mas Harun. Kala itu ia selalu memintaku untuk bersabar menghadapi tingkah mereka. Bahkan materi yang aku berikan juga tidak cukup untuk membuat hati Ibu mertua luluh agar menyayangiku seperti anaknya sendiri.

Sebagai seorang Ayah, Mas Harun sangat dekat dengan kedua putri kami. Jika ada pepatah yang pantas di sematkan pada suamiku dalam mendampingi perkembangan anak-anak adalah cinta pertama anak perempuan adalah Ayahnya. Anak-anak yang selalu minta di bacakan buku cerita sebelum tidur. Bermain setiap libur bersama Mas Harun dan berjalan-jalan hanya sekedar ke taman komplek membuatku masih bertahan dengan Mas Harun di tengah sikap Ibu dan adiknya yang buruk padaku.

Hingga dua minggu lalu aku tidak sengaja mengetahui perselingkuhan Mas Harun dan Raya. Anak dari Bulekku. Ibu Raya adalah adik Ibuku yang tinggal di kabupaten sebelah. Jarak rumahku dengan rumah Raya sekitar satu jam. Hubungan kami tetap terjalin dengan baik meski orang tuaku sudah tiada. Karena itulah aku kerap menerima kunjungan Raya yang bekerja di salah satu pabrik kota ini.

Raya memilih untuk tinggal di kos yang ada di dekat pabrik untuk menghemat waktu dan tenaga. Setiap libur bekerja, Raya akan bermain ke rumahku dengan membawa makanan kesukaan anak-anak. Saat itu, seperti biasa Raya kembali berkunjung. Aku sedang sibuk mengotak-atik hpku yang tenggelam di bak mandi akibat ulah anak bungsuku, Syifa.

“Hpnya Mbak Wulan kenapa?” Tanya Raya heran. Ia sudah membuka bingkisan jajan bersama Alana dan Syifa di ruang tengah.

“Tadi Syifa nggak sengaja jatuhin hpku ke dalam air. Pinjam hp kamu dulu dong Ray. Aku mau nelpon manajer di toko karena ada barang masuk hari ini. Mau tanya jam berapa aku harus pergi ke toko.”

“Ini mbak.” Raya memberikan hp yang dulu aku hadiahkan untuknya.

Karena percakapanku dengan manajer toko nanti cukup penting, aku memilih untuk menjauh menuju teras belakang. Menanyakan tentang keadaan toko, pemasukan, barang return dan stok yang masuk. Masih ada waktu sampai jam empat sore untuk datang ke toko. Setelah sambungan telpon terputus, aku tidak sengaja melihat aplikasi kalkulator di hp Raya.

“Untuk apa Raya d******d kalkulator lagi?” Gumamku heran. Karena hp Raya persis dengan hpku, maka aku tahu aplikasi apa saja yang ada di dalamnya serta bentuk aplikasi itu.

Entah kenapa pikiranku langsung berkelana pada berita perselingkuhan yang tengah viral di sosial media. Ada pasangan zina yang ketahuan selingkuh oleh si istri sah setelah si istri tidak sengaja membuka kalkulator palsu. Padahal niat awalnya hanya ingin di gunakan untuk menghitung. Siapa sangka itu adalah awal mula perselingkuhan suaminya terbongkar.

Kepalaku menoleh ke belakang untuk memastikan tidak ada orang di dapur. Jariku dengan gemetar menekan aplikasi kalkulator itu lalu mengotak-atik isinya sebentar. Kedua mataku kontan membulat saat bisa membuka galeri yang tersembunyi di dalam aplikasi ini. Jadi, benar jika Raya menggunakan kalkulator palsu.

Foto pertama yang aku buka adalah foto Mas Harun dan Raya tengah liburan di pinggir pantai di dekat rumah orang tua Raya. Ada juga foto Mas Harun bersama Paklek dan Bulekku. Serta masih banyak foto mereka berdua dengan pose romantis. Dadaku sudah berdebar kencang sekali. Hp Raya hampir saja tergelincir jatuh akibat tanganku yang tiba-tiba berkeringat dingin.

Setetes air mata tanpa sadar sudah jatuh mengalir di pipi. Ya Allah. Ternyata Mas Harun sudah berselingkuh dengan Raya. Sejak kapan mereka memulai hubungan? Apakah Mas Harun dan Raya sudah pernah tidur bersama? Kenapa orang tua Raya juga setuju dengan hubungan terlarang anaknya? Semua pertanyaan itu terus berkelindan dalam kepalaku.

“Tidak. Aku nggak akan tahu semuanya kalau hanya meratapi nasib. Aku harus mencari tahu apa saja yang sudah mereka sembunykan dariku.” 

Setelah berhasil menenangkan diri, aku kembali masuk ke dalam rumah. Menatap Raya yang tengah bermain lego dengan Syifa. Amarah yang tadi berhasil padam kini mulai membara. Keluarga yang aku kira baik ternyata tega berhianat. Saat pandangan kami bertemu, aku langsung mengubah ekpresi.

“Maaf Ray. Aku masih boleh pinjam hpmu? Ada pekerjaan yang harus aku selesaikan di laptop.”

“Boleh kok Mbak.”

“Terima kasih.”

Kakiku segera melangkah masuk ke dalam kamar. Mengunci pintu lalu menyalakan komputer.

Karena hpku sudah rusak, aku memilih menyadap hp Raya dengan komputerku. Ada hp jadul yang aku gunakan agar bisa tersambung dengan wa di komputer. Semua foto dan video dari hp Raya sudah aku pindahkan ke galeriku. Lalu, aku membajak hp Raya agar bisa mengetahui semua pesan yang ia kirim. 

Tanganku sudah sibuk mengotak-atik hp Raya agar bisa mengembalikan semua pesan wa yang sudah ia hapus. Syukurlah ternyata backup chat yang ada di hp ini masih aktif. Sebelum memberikan hp ini pada Raya, aku memang mengaktifkan fitur ini dengan tujuan agar Raya bisa membaca pesan penting yang tidak sengaja terhapus. Siapa sangka jika hal ini berguna untuk mengetahui kebusukan mereka.

Pesan dari Ibu Raya seketika menarik perhatianku. [Bagus. Setelah kamu berhasil menikah dengan Harun, curi sertifikat rumah Wulan lalu balik menjadi namamu. Ibu sudah tahu mafia yang bisa di andalkan dalam membalik nama sertifikat tanpa perlu tanda tangan pemilik sebelumnya.]

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
kau aja yg sebagai istri sah tolol melebihi binatang. utk apa kau bertahan dg suami,mertua dan ipar benalu. klu kaya g masalah tapi udah miskin belagu lagi. banyak duit klu bodoh juga g guna
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status