“Wu, wulan.” Mas Harun seketika melepaskan rangkulannya dibahu Raya. Aku pura-pura tidak melihat semua itu. Mereka tidak boleh melihatku lemah agar tidak curiga jika aku sudj tahu tentang hubungan terlarang mereka.
“Kalian darimana saja baru pulang selarut ini?” Pertanyaanku tentu saja membuat Mas Harun tergagap. Mulutnya terbuka dan tertutup sendiri. Sepertinya dia hendak bicara. Tapi, tidak ada suara yang keluar. Raya menyembunyikan kedua tangannya di balik punggung. Aku masih bisa melihat tas belanja yang menyembul keluar.“Kami dari rumah sakit Mbak. Tiba-tiba perutku keram. Ternyata aku salah makan hari ini.” Jawab Raya memberikan alasan kliss.“Oh begitu.” Ucapku datar.“Kamu kok belum tidur sayang. Ayo kita masuk ke dalam kamar sekarang. Aku masih harus bekerja besok.” Akhirnya Mas Harun bisa bicara juga. Dia segera menarik tanganku agar masuk ke dalam kamar. Kuikuti saja permainanya. Mas Harun langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Tidak lama kemudian dia sudah terlelap. Aku yang belum mengantuk, memilih untuk kembali duduk di depan komputer.Tidak bisa menahan sesak di dalam dada, aku menghubungi kakak sepupuku dari pihak Bapak untuk curhat. Kuceritakan semua hal yang baru aku temukan lewat pesan hari ini. Meskipun hatiku sedang berdarah saat ini, aku tidak bisa begitu saja menggugat cerai Mas Harun. Ada anak-anak yang sangat dekat dengannya.[Apa Mbak Nana punya solusi?] Tanyaku setelah selesai curhat.Terlihat di layar komputer Mbak Nana tengah mengetik. [Sebenarnya jika pria punya lebih dari satu istri tidak di larang dalam agama. Seorang istri juga tidak bisa menggugat cerai suami hanya karena hal itu. Secara agama, itu tidak di benarkan, Lan.] Mbak Nana yang pernah mondok selama enam tahun mulai memberikan petuahnya.[Hanya hal tertentu yang membuat seorang istri bisa menggugat cerai suami. Di antaranya, kekerasan dalam rumah tangga, zina dengan wanita lain atau mengabaikan masalah nafkah lahir dan batin. Jika Harun tidak memenuhi semua kriteria itu, cobalah untuk bertahan. Tapi, jika suatu saat Harun bersikap tidak adil dengan lebih condong ke Raya, maka kamu berhak menuntut cerai.][Terima kasih banyak atas nasihatnya Mbak.][Kamu adalah wanita kuat Lan. Yang sabar ya.]Setelah berbalas pesan dengan Mbak Nana, aku berjalan menuju nakas untuk mengambil hp Mas Harun. Aku juga sudah membeli hp baru. Jadi, bisa kugunakan untuk membajak hp suamiku. Dua minggu waktu yang cukup untuk aku mencari tahu semuanya tentang rahasia yang selama ini mereka sembunyikan. Setidaknya aku harus mencari bukti apakah mereka sudah pernah berzina atau tidak.Keesokan harinya, Raya pamit untuk pergi pagi-pagi sekali. “Hati-hati di jalan ya. Maaf Mas Harun nggak bisa mengantar kamu. Anak-anak sudah merengek minta di temani pergi ke pantai.”“Iya Mbak. Nggak masalah.” Jawabnya sambil tersenyumTapi, ada selarik rasa kesal yang bisa aku lihat di kedua bola matanya. Pagi-pagi sekali aku sudah membangunkan Mas Harun dengan alasan anak-anak ingin pergi ke pantai. Jika sudah menyangkut tentang Alana dan Syifa, dia tidak akan bisa mengelak lagi. Dengan begitu aku bisa menggagalkan rencana Mas Harun yang akan mengantarkan Raya kembali ke rumah kosnya.Dua minggu berlalu dengan cepat. Mas Harun ternyata punya tabungan sendiri untuk mempersiapkan pernikahannya dengan Raya. Karena hal itulah aku sama sekali tidak berhak menyabotase pernikahan mereka. Selama ini aku tidak hanya diam. Membaca semua pesan Mas Harun dan Raya sudah kulakukan. Ternyata mereka sudah selingkuh selama setengah tahun ini. Alasan Mas Harun mau menerima Raya karena dia di tuntut oleh Ibu untuk punya anak laki-laki.Bukannya aku tidak bisa hamil lagi. Setelah lima tahun menjalani KB, kemungkinan hamilku jadi sangat kecil. Aku juga sudah mengajak Mas Harun untuk melakukan konsultasi ke dokter kandungan. Tidak ada masalah apapun. Jika aku belum bisa mengandung anak laki-laki, itu semua karena sperma Mas Harun yang menentukan. Seperti penjelasan dokter kandungan yang pernah kami datangi. Sayangnya Ibu mertua tetap tidak terima dengan hasil tes itu.Pernikahan di adakan di dalam aula hotel. Untuk menyewa aula hotel ini, Mas Harun sampai harus kasbon di kantor. Karena tabungannya sudah habis untuk membeli mas kawin dan barang-barang lain. Aku sengaja datang ke pernikahan mereka untuk menunjukkan diriku sebagai istri pertama pada semua orang yang kenal dengan Raya. Agar aku tidak di cap sebagai pelakor saat mereka melihatku jalan dengan Mas Harun.Setelah pulang ke rumah, akhirnya aku bisa menemukan video di sosial media Raya yang lain. Dua minggu mencari video yang membuatku yakin jika Mas Harun dan Raya sudah berzina. Tapi, baru ketemukan setelah mereka sah menjadi suami istri. Segera saja aku membuat surat perjanjian yang tentu saja akan memberatkan Mas Harun.Tok.. tok.. tok… tok…“Buka pintunya Lan. Aku mau tidur sama kamu.” Ketukan di pintu bersamaan dengan suara Mas Harun membuat lamunanku tentang kejadian dua minggu ini buyar. “Malam ini aku akan tidur denganmu. Ijinkan aku menjelaskan semuanya sekali lagi. Saat aku ingin anak laki-laki, bukan berarti aku tidak sayang dengan anak-anak kita. Aku sangat sayang pada Alana dan Syifa. Aku juga masih cinta padamu.” Kata Mas Harun yang masih bisa kudengar.Tanpa perlu membalas perkataannya, aku melangkah menuju tempat tidur yang besar. Malam ini pertama kalinya aku tidak bisa tidur. Karena sejak hari ini aku harus rela berbagi suami dengan Raya. Tapi, tidak akan aku biarkan Raya dan Bulek May bisa menjalankan rencana mereka. Karena aku sudah mengamankan semua asetku di tempat yang aman. Aset yang merupakan peninggalan mendiang Bapak.Bantal sudah menutup telingaku agar tidak mendengar suara Mas Harun yang masih terus mengetuk pintu. Mata yang sudah berat karena terus menangis membuatku dengan cepat bisa tertidur. Sepertinya aku baru terlelap sebentar saja, saat kelopak mataku kembali terbuka. Jarum jam di dinding baru menunjukkan pukul setengah satu pagi.Kandung kemihku terasa penuh. Aku segera turun dari tempat tidur lalu berjalan menuju kamar mandi yang ada di dalam kamar. Setelah selesai buang air kecil, aku meraih gelas yang ada di atas nakas. “Tadi aku ngga ngisi gelas ini.” Sepertinya karena aku sudah terlalu kelelahan.Aku segera berjalan menuju pintu. Saat membukanya, sudah tidak terlihat keberadaan Mas Harun di depan kamar. Dia juga tidak terlihat tidur di sofa ruang tengah. Apa yang baru saja kamu harapkan dari Mas Harun? Dia akan tidur di depan pintu atau di sofa untuk memohon padamu? Aku segera menggelengkan kepala. Itu tidak mungkin. Tentu saja dia akan masuk ke dalam kamar tamu untuk tidur bersama istri mudanya.Untuk pergi ke dapur, aku harus melewati kamar Ibu mertua dan kamar tamu yang kini mungkin di tempati oleh Raya dan Mas Harun. Rasa ragu menyelusup dalam hatiku untuk melewati kamar mereka. Haruskan aku melakukannya? “Jangan takut Wulan. Sekarang kamu sedang berada di rumahmu sendiri.” Aku berusaha menguatkan hati lalu berjalan menuju dapur.Baru saja aku melewati kamar tamu, terdengar suara Mas Harun dan Raya yang tengah mendesah. Membuat tubuhku seketika mematung. Tanpa sadar air mataku kembali mengalir. Betapa menyakitkannya harus berbagi suami.Dengan cepat aku segera berjalan menjauh hingga suara langkah kakiku terdengar nyaring. Karena kamar tamu ada tepat di sebelah dapur, seharusnya aku masih bisa mendengar aktivitas pasangan pengantin baru itu. Tapi, hanya suara air dari dispenser yang mengisi keheningan rumah ini.Tidak ingin larut dalam kesedihan seorang diri, aku segera berjalan menuju kamar. Suara bisikan Raya yang cukup keras membuatku seketika menghentikan langkah. “Apa Mbak Wulan sudah masuk ke dalam kamarnya Mas?”“Sepertinya belum. Aku tidak mendengar suara pintu kamar yang terbuka dan tertutup.”Dasar bodoh. Tanpa harus menguping di depan pintu kamar kalian aku bisa tahu apa yang terjadi. Aku segera melanjutkan langkah menuju kamar lalu mengunci pintu kembali. Kini aku sudah duduk di depan komputer untuk memantau kamar tamu menggunakan kamera CCTV. Kamera yang aku pasang dua minggu lalu. Sehari setelah mengetahui perselingkuhan Mas Harun dengan Raya.“Sudah aman Mas?” Tanya Raya yang menutupi tubuhnya dengan s
“Uhuk, uhuk, uhuk.” Raya segera mengulurkan segelas air pada Mas Harun bersamaan denganku. Pandangan kami bertemu untuk sesaat. “Maaf Ayah jadi terbatuk sayang.” Tangan Mas Harun otomatis mengambil gelas air yang di sodorkan Raya. Membuat adik maduku itu seketika tersenyum senang.“Tuhkan. Ayah lebih milih gelas dari Tante Raya daripada gelas yang di berikan Ibu.” PrangGelas yang di pegang Mas Harun tadi jatuh ke bawah. Wajahnya berubah menjadi pucat pasi karena Syifa bertanya hal yang kritis lagi. “Nggak ada yang spesial sayang. Ayah kira tadi gelas air itu dari Ibu. Bukan dari Tante Raya.” Kilah Mas Harun gugup.“Terus kenapa tadi Ayah keluar bareng Tante Raya?” Tanya Alana lagi mengulangi pertanyaan Syifa tadi.“Kebetulan saja sayang.” Kilahnya lagi. Aku mendengus mendengar jawaban Mas Harun.Bude Yah segera membersihkan pecahan gelas itu lalu membuangnya di tempat sampah. Aku segera mengalihkan perhatian anak-anak dengan menanyakan kegiatan mereka di sekolah hari ini. Syifa leb
Aku segera memegang tangan Raya dan mengambil gelang itu. “Apa yang sedang kamu lakukan Mbak? Kenapa kamu harus mengambil gelangku?” Raya berusaha mengambil gelang emas ini dariku. Untung saja aku bisa menghindarinya hingga Raya jatuh sendiri.“Ya ampun kalian ini. Bisa nggak sih nggak bertengkar di pagi hari ini seperti ini.” Tegur Ibu mertua yang sudah membantu Raya untuk berdiri. Kepalanya celingukan ke kanan kiri. Mungkin takut para tetangga akan melihat.“Mbak Wulan itu Bu. Dia mengambil gelas emas pemberian Ibu saat lamaran di rumahku.” Lapor Raya meringis kesakitan. Kedua mata Ibu mertua seketika membulat saat aku mengeluarkan gelang emas itu.“Jadi, Ibu memberikan gelang ini untuk acara lamaran di rumah Raya?” Tanyaku sambil menunjukkan gelang itu ke hadapan Ibu.“Iya. Memang kenapa sih Mbak? Mas Harun yang membelikan gelang emas itu sendiri kok. Benarkan Bu?” Justru Raya yang menjawab. Membuatku seketika tertawa hingga perutku terasa sakit.“Apa yang lucu? Kalau cemburu bilan
“I, itu bisa aku jelaskan sayang.” Amarahku sudah hampir meluap. Melihat orang-orang yang berlalu lalang membuatku menghela nafas berulang kali. Aku tidak boleh marah di tempat umum seperti ini.“Suruh Raya bawa balik motorku. Atau kalau nggak aku akan langsung melaporkan kalian ke polisi. Ingatlah Mas. Jika aku belum menandatangani surat yang mengijinkan agar pernikahanmu dan Raya disahkan secara negara.” Kataku pelan agar tidak menarik perhatian semakin banyak orang.Tanpa melihat wajah Raya lagi, aku langsung masuk ke dalam mobil. Terlihat dari kaca spion Mas Harun tengah bicara dengan Raya. Sepertinya mereka tengah berdebat. Karena sudah tidak sabar lagi, aku menelpon Mas Harun. “Cepatlah. Jangan sampai semua orang merekam kalian.” Kataku begitu dia mengabgkat panggilan. Tanganku menunjuk pada orang-orang yang masih menonton kami. Mas Harun menganggukan kepalanya lalu segera duduk di balik kemudi.Selama di perjalanan, aku terus melihat ke kaca spion untuk memastikan jika Raya t
Tubuh Raya seketika bergetar. Dia langsung bersembunyi di belakang tubuh Mas Harun. Tanganku meraup wajah kesal. Niat hati ingin menyembunyikan dulu pernikahan kedua suamiku malah berakhir seperti ini. Gara-gara Mas Harun yang mengabulkan keinginan istri keduanya itu. Masalah kami justru sudah di ketahui oleh para tetangga.“Maaf Ibu-ibu kami mau lewat.” Kata Mas Harun yang suaranya tenggelam di antara para Ibu-ibu yang sedang bicara. “Mas Harun benar Ibu-ibu. Tolong jangan halangi jalan mereka. Biarkan mereka pergi dari rumah saya. Satu hal lagi. Tolong jangan bicarakan kejadian ini pada Alana dan Syifa. Karena saya masih ingin menjaga perasaan kedua putri saya.”“Baiklah. Kami pergi dulu Lan. Kalau butuh bantuan bilang saja sama salah satu dari kami. Biar kami yang memberikan pelakor ini pelajaran.” Kata Bu Wati lalu mengajak para tetangga untuk pergi. Tapi, bukan pulang ke rumah mereka masing-masing. Melainkan berkumpul di rumah Bu Wati untuk bergosip.“Terima kasih banyak Lan.” K
Suasana hening terasa di ruang makan ini. Ibu mertua dan Mas Harun memilih untuk tidak menjawab permintaan Rani. Membuat gadis itu berdecak kesal lalu duduk di samping Ibunya. Tangan Rani sudah sibuk mencomot bakwan jagung di atas meja. Aku sendiri tidak berminat untuk menjawab. Biarlah mereka lebih dulu berkata pada Rani sedang tidak punya uang.“Ibu aneh banget deh. Kenapa nggak mau jawab?” Omel Rani tidak sopan pada Ibunya sendiri. Gadis itu sudah menyendokan nasi ke dalam piring lalu mengambil lauk yang ada.Dia bahkan tidak menyadari suasana ruang makan ini yang canggung. Karena Alana dan Syifa memilih diam saja. Tidak ada celoteh kedua putriku yang membuat meja makan jadi ramai. Alana dan Syifa yang sudah selesai makan pamit untuk masuk ke dalam kamar lebih dulu. Aku segera merapikan piring kami lalu meletakannya di tempat cuci piring. Bude Yah yang akan mencucinya nanti. Baru saja aku hendak beranjak pergi ke kamar, Mas Harun sudah menahan tanganku.“Besok siang aku mau langsu
Ternyata ada salah satu hal yang luput dari pencarianku. Salah satunya tentang pesan Mas Harun dan Bulek May. Sebelum mereka menikah, aku terlalu sibuk membuka pesan Raya dengan orang tuanya. Atau pesan Raya dengan Mas Harun. Tidak pernah terpikir dalam benakku untuk memeriksa pesan Mas Harun dengan orang tua Raya juga. Karena aku sudah tahu jika Bulek May setuju dengan hubungan terlarang anaknya. Bahkan dia sendiri yang menyuruh Raya untuk menjadi selingkuhan Mas Harun. Malam ini, Allah kembali membuka rahasia yang sudah di sembunyikan Mas Harun dariku.Jari ini menggulir layar hp untuk melihat semua pesan yang sudah terkirim. Rupanya Mas Harun mulai mengirim uang pada Bulek May sejak sepuluh bulan lalu. Di pesannya tertulis jika Mas Harun mendapat bonus dari kantor. Tapi, aku tahu dia sudah berbohong karena sudah menelusuri semua hasil pendapatan Mas Harun di kantor. Bagaimana Mas Harun bisa rutin memberikan uang pada orang tua Raya? Pasti ada sesuatu yang masih ia sembunyikan darik
Aku hanya bisa tertawa mendengar tuduhan Bulek May. Dasar tidak tahu diri. Setelah kebusukannya terbongkar, kini dia semakin berani menunjukkan sifat aslinya. Jika di ingat kembali, memang seperti inilah sifat Bulek May pada keluargaku saat masih miskin dulu. Dia berubah baik saat aku bisa suskes membangun usaha. Tapi, ternyata semua kebaikannya dulu itu ternyata palsu. Karena di belakangku Bulek May punya rencana jahat. Dasar manusia bermuka dua.“Kenapa kamu malah tertawa? Cepat berikan hpmu pada Harun. Dia harus mengirimkan uangnya padaku karena sudah menikah dengan Raya. Sudah jadi tanggung jawab Harun untuk ikut menafkahi keluarga Raya sekarang.” Kata Bulek May yang membuat wajah Mas Harun jadi merah padam.Dia jelas sedang marah dan kesal mendengar penuturan Ibu mertuanya itu. Rasakan kamu Mas. Selamat menjadi sapi perah untuk keluarga Raya.“Mas Harun ada di sampingku sejak tadi kok. Kami lagi mengobrol sambil minum teh bersama. Sekarang aku harus menghabisakan qulity time berd